KabarMakassar.com — Polewali Mandar (Polman) menjadi saksi pelepasan dua perahu tradisional Sandeq dalam ekspedisi Bajau Sulawesi yang berlangsung di pesisir Pantai Palippis, Desa Bala, Kecamatan Balanipa, Sabtu (23/11).
Ekspedisi ini digagas Kementerian Kebudayaan bekerja sama dengan komunitas Bahari Mandar, bertujuan melestarikan tradisi maritim Nusantara.
Dua perahu Sandeq yang masing-masing membawa lima awak, terdiri dari pelaut Mandar profesional dan pecinta alam dari Universitas Hasanuddin, akan menyusuri jalur Teripang atau jalur rempah sepanjang 3.000 kilometer dalam waktu 50 hari.
Ketua Tim Kerja Diplomasi Budaya Kementerian Kebudayaan, Mohamad Atqa, menjelaskan bahwa perjalanan ini menghidupkan kembali jejak jalur sejarah maritim Indonesia.
“Jalur Teripang dan jalur Bajau yang ditempuh akan menjadi bagian dari riset budaya maritim untuk memperkuat pengajuan warisan budaya tak benda kepada UNESCO,” kata Atqa kepada wartawan.
Ekspedisi ini juga menyoroti peran tradisi maritim Bajau dan Mandar yang memiliki keterkaitan erat. Di Banggai, tujuan akhir ekspedisi, akan digelar Festival Lupus Selebes yang mempromosikan ekosistem laut dan pangan bahari, termasuk Kongres Budaya Bajau yang menghadirkan delegasi dari negara-negara ASEAN.
Ridwan Alimuddin, Ketua Tim Ekspedisi, menyebutkan bahwa perahu Sandeq yang digunakan telah berusia 40 tahun. “Persiapannya memakan waktu satu bulan, dan kami optimis perjalanan ini dapat berjalan lancar meski memasuki musim barat,” ujarnya. Selama perjalanan, para awak akan singgah di pulau-pulau kecil untuk mendokumentasikan tradisi lisan suku Bajau.
Ridwan juga menegaskan pentingnya ekspedisi ini sebagai upaya membawa tradisi orang laut suku Bajau sebagai warisan budaya tak benda di UNESCO.
“Melalui riset kontemporer, ekspedisi ini akan menjadi landasan untuk memperkuat pengetahuan dan kerja sama budaya maritim,” tambahnya.
Apa itu Jalur Rempah!
Jalur Rempah adalah rute perdagangan maritim kuno yang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan dunia luar. Rute ini menjadi jalur utama bagi komoditas rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan lada, yang dihargai tinggi di pasar internasional sejak abad ke-7 hingga era kolonial.
Keberadaan jalur ini tidak hanya memengaruhi perekonomian, tetapi juga budaya, agama, dan teknologi. Bangsa-bangsa besar seperti India, Arab, Tiongkok, dan Eropa menjalin hubungan dengan Nusantara melalui jalur ini, menjadikannya poros penting peradaban dunia.
Sejarah mencatat, jalur Teripang dan Bajau merupakan bagian penting dari Jalur Rempah yang menghubungkan komunitas maritim Nusantara.
Dengan melibatkan tradisi perahu Sandeq, ekspedisi ini bertujuan mengangkat nilai-nilai budaya maritim untuk diapresiasi secara global.