KabarMakassar.com — Suasana debat pamungkas oleh ketiga capres begitu damai tentram tanpa sentimen sangat jauh berbeda debat sebelumnya, Minggu (4/2) malam, di Jakarta Convention Center.
Debat Pilpres 2024 terlihat begitu adem dan cair saat berlangsungnya sesi tanya jawab. Suasana penonton atau para pendukung juga terlihat tertib dalam ruang forum tersebut.
Untuk tema yang dibahas tak seberat debat sebelumnya khususnya debat kedua, Jumat (22/12) lalu, soal ekonomi bisnis, tapi tema kesejahteraan rakyat yang dekat masyarakat tak membuat debat semalam jadi lebih menarik.
Dimana temanya yakni Pendidikan, Kesehatan, Kebudayaan, Tenaga Kerja, SDM, Teknologi Informasi (TI), dan Inklusi. Capres masing-masing Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo saat debat saling banyak sepakat.
Setidaknya bagi penulis, membuat keseruan dinamika pertukaran gagasan dari mereka tak didapat lagi seperti dua debat capres sebelumnnya.
Saat babak pembuka, ketiga calon punya program originalitas yang menarik bagi rakyat, khususnya pada bidang pendidikan dan kesehatan.
Prabowo konsisten dengan programnya yakni Makan Siang Gratis. Ganjar sendiri dengan kesejahteraan untuk pendidik serta perbaikan sarana kesehatan.
Sedangkan, Anies menekankan perlunya akses yang setara dan terbuka untuk seluruh program kesejahteraan rakyat sebagaimana diajarkan founding father di BPPUPKI.
Disisi lain, Ganjar menyebut semua kebijakan bidang tersebut harus disertai proses demokratisasi lebih baik dengan tidak ada konflik kepentingan sebagaimana dicontohkan mundurnya Mahfud MD sebagai Menko Polhukam.
Terlebih keresahan para tokoh sudah disuarakan, seiring dengan para guru besar dan sivitas akademika dari berbagai kampus, sehingga Ganjar memungkasi dengan penekanan, “Tuanku adalah rakyat, jabatan ini hanya mandat.”
Lalu, Anies hanya secara halus menyentil soal bansos yang disesuaikan dengan kepentingan pemberi, bukan disesuaikan dengan kepentingan penerima.
Sementara etika dan nilai persatuan diterapkan dengan benar, bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok, apalagi keluarga.
Karenanya, sebagaimana istiqomah-nya Prabowo soal keberlanjutan, maka Anies sama dengan jargon perlunya perubahan.
Sementara itu, Netizen makin ramai membicarakan Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo jelang debat capres final 2024.
Percakapan soal Prabowo dibanjiri sentimen negatif, sedangkan Ganjar paling sedikit dibicarakan di media sosial.
Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit, menerbitkan analisis terkini lewat akun media sosial X yang dulu disebut sebagai Twitter.
Dimana fokus analisisnya adalah pembicaraan di Twitter soal Anies, Prabowo, dan Ganjiar dari 3 Februari pukul 00.00 WIB hingga 4 Februari pukul 11.59 WIB.
Anies dan Prabowo bersaing ketat sebagai capres yang paling banyak disebut di Twitter X, meskipun Anies masih unggul.
Ada 47.613 sebutan soal Anies di X, sedangkan Prabowo disebut 44.533 kali. Ganjar adalah capres yang paling sedikit dibahas di X, dengan 28.491 kali jumlah sebutan.
Mayoritas percakapan soal Anies ditempatkan sebagai pembicaraan positif, yaitu 90 persen. Di sisi lain, percakapan soal Prabowo dikuasai oleh sentimen negatif yaitu 63 persen.
Lalu, Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati memberikan tanggapannya dalam perbincangan bersama Pro3 RRI, Senin (5/2).
Dimana ia menilai, debat capres semalam berlangsung tanpa gereget. Menurutnya, karena tanpa gereget, akhirnya hasil debat menjadi antiklimaks.
“Mereka cenderung main aman dan tidak mengeluarkan statement yang berlebihan. Ini supaya tidak menjadi bola salju di ruang publik,”ucap Wasisto.
Wasisto lalu menyayangkan para capres tidak membahas mengenai nasib periset di Tanah Air. Debat tersebut lebih banyak menyinggung kesejahteraan guru dan dosen.
“Padahal di luar itu ada akademisi yang perlu diperhatikan. Seperti, periset, perekayasa dana analisis ilmiah, sayangnya tidak disebut dalam debat semalam dan fokus guru dan dosen,” ujarnya.