kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Dari Petani ke Pasar Nasional, Menggali Keajaiban Madu Sulawesi

Dari Petani ke Pasar Nasional, Menggali Keajaiban Madu Sulawesi
Salah satu proses panen madu (Dok : Ist).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Kisah perjalanan Roemank Madu dimulai pada tahun 2017, ketika Kaimuddin, seorang pengusaha asal Sulawesi Selatan, menghadapi pertanyaan sederhana yang mengubah hidupnya, apakah madu yang ia konsumsi murni atau palsu? Pertanyaan itu muncul ketika istrinya membawa madu ke rumah, memunculkan rasa penasaran yang membawa Kaimuddin bertemu dengan Dg. Ngelleng, seorang petani madu lokal.

“Dari beliau, saya belajar bahwa madu itu lebih dari sekadar cairan manis. Ada ilmu yang sangat luas, mulai dari proses panen hingga manfaatnya yang luar biasa,” kenang Kaimuddin.

Pemprov Sulsel

Kekagumannya terhadap dunia madu menginspirasi Kaimuddin untuk mendirikan Roemank Madu, sebuah usaha yang tidak hanya menjual madu murni, tetapi juga memberdayakan petani lokal di Sulawesi Selatan.

Roemank Madu bekerja sama dengan petani di berbagai daerah, termasuk Gowa, Barru, Bone, hingga Kepulauan Banggai. Melalui kemitraan ini, petani tidak hanya mendapatkan penghasilan yang layak, tetapi juga pelatihan untuk meningkatkan kualitas madu.

“Kami memastikan bahwa petani mendapatkan pendapatan yang adil dan mendukung mereka dengan edukasi soal teknik panen,” ujar Kaimuddin.

Namun, perjalanan ini bukan tanpa tantangan. Ketika musim paceklik melanda, kebutuhan madu sering kali harus dipenuhi dari daerah seperti Maros atau Barru. Daerah-daerah ini menjadi andalan karena memiliki kapasitas produksi yang lebih stabil.

“Ketika produksi di satu daerah menurun, kami mengandalkan suplai dari wilayah lain untuk menjaga ketersediaan produk,” tambahnya.

Adapun harga madu, sangat bervariasi tergantung pada jenis lebah, sumber nektar, dan lokasi panen. Misalnya, madu trigona dari Soppeng cenderung lebih murah karena produksinya melimpah, sedangkan madu yang dihasilkan di Maros biasanya memiliki harga lebih tinggi karena keterbatasan jumlah.

“Harga madu ditentukan oleh faktor-faktor seperti kualitas nektar dan tingkat kesulitan panen. Inilah yang membuat setiap daerah memiliki keunikan tersendiri,” jelas Kaimuddin.

Diketahui, Sulawesi dikenal dengan kekayaan jenis lebahnya, mulai dari Apis dorsata, lebah liar yang tidak bisa dibudidayakan, hingga Apis cerana, lebah yang lebih jinak dan cocok untuk budidaya.

Selain itu, terdapat lebah impor dari Eropa yang mulai diperkenalkan pada 1980-an, serta Trigona, lebah tanpa sengat yang populer di kalangan peternak karena karakteristiknya yang unik.

Menurut Kaimuddin, kualitas madu yang baik berasal dari lebah yang hanya mengonsumsi nektar bunga, bukan pakan gula.

“Di Sulawesi, saya belum menemukan petani yang menggunakan pakan gula. Tetapi, di Jawa hal ini cukup sering terjadi,” katanya.

Roemank Madu tidak hanya fokus pada produksi dan penjualan, tetapi juga aktif mengedukasi masyarakat dan petani melalui komunitas ILMI (Ikatan Lebah Madu Indonesia). Komunitas ini memberikan pelatihan tentang teknik panen yang higienis dan cara membedakan madu murni dari yang palsu.

“Ada tiga indikator sederhana untuk mengenali madu murni,” jelas Kaimuddin.

  1. Aroma khas: madu murni memiliki wangi alami dari nektar bunga.
  2. Warna keruh: madu yang murni biasanya tidak terlalu jernih karena mengandung sari alami dari sarang.
  3. Tekstur encer: madu murni sering kali lebih cair, terutama di wilayah tropis.

Selain itu, Roemank Madu memperkenalkan konsep uji sanat, yaitu melacak asal-usul madu berdasarkan daerah produksi, jenis lebah, hingga sumber nektar.

“Dengan uji sanat, konsumen bisa mengetahui detail dari mana madu yang mereka konsumsi berasal,” tambah Kaimuddin.

Sebagai bagian dari visinya, Kaimuddin tengah mempersiapkan sebuah toko oleh-oleh khas Sulawesi yang berfokus pada madu murni.

Dengan tagline “Pelopor Madu Murni di Sulawesi”, ia ingin menjadikan tokonya sebagai tujuan utama bagi wisatawan yang mencari madu berkualitas tinggi.

Selain itu, ia juga merancang Taman Wisata Lebah Madu, sebuah destinasi edukasi dan rekreasi di mana pengunjung dapat mempelajari proses budidaya lebah, melihat langsung proses panen, dan mencicipi madu segar langsung dari sarang.

“Taman wisata ini akan menjadi tempat di mana masyarakat dapat memahami pentingnya lebah bagi ekosistem,” katanya.

Meski fokus pada pasar lokal, Roemank Madu telah mulai memperluas distribusinya ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Mamuju, Bogor, Tangerang, dan Solo. Produk-produk madu ini juga tersedia melalui reseller di beberapa kota.

“Kami ingin menunjukkan bahwa Sulawesi memiliki madu unggulan, termasuk madu hitam, yang menjadi ciri khas wilayah kami,” ujar Kaimuddin.

Dalam setiap proses panennya, Roemank Madu menerapkan teknik panen lestari. Teknik ini memungkinkan lebah untuk tetap berkembang biak, meskipun madu telah dipanen.

“Panen lestari berarti kita hanya mengambil madu tanpa merusak calon lebah. Kami juga meminimalkan penggunaan asap saat panen demi menjaga keselamatan lebah,” jelasnya.

Bagi Kaimuddin, madu adalah representasi dari harmoni antara manusia dan alam. Dengan Roemank Madu, ia tidak hanya ingin memperkenalkan keajaiban madu Sulawesi ke seluruh Indonesia, tetapi juga menjaga ekosistem lebah agar tetap lestari.

“Setiap tetes madu membawa cerita: tentang kerja keras petani, keindahan alam, dan masa depan yang lebih berkelanjutan,” tutup Kaimuddin.