KabarMakassar.com — Diare merupakan kondisi feses encer atau berair dengan frekuensi lebih sering dari biasanya. Perlu diwaspadai, diare yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan dehidrasi, malnutrisi, hingga syok hipovolemik.
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan besar di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini disebabkan oleh angka morbiditas yaitu perbandingan antara kelompok masyarakat yang sakit dan yang sehat dalam sebuah populasi, serta mortalitas cukup tinggi.
Kelompok umur dengan prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan tertinggi ada pada kelompok umur 1 sampai 4 tahun sebesar 11,5 persen dan bayi sebesar 9 persen. Kelompok umur lansia di atas 75 tahun juga merupakan kelompok dengan prevalensi tinggi sebesar 7,2 persen di Indonesia. Ini menurut data dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Diare bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari infeksi, keracunan makanan, alergi makanan, hingga penyakit lain yang dapat memicu terjadinya diare. Dilansir dari Hellosehat yang merupakan mitra resmi Kementerian Kesehatan, diare disebabkan oleh beberapa hal berikut.
- Infeksi bakteri Campylobacter dan Escherichia coli, yang biasanya disebut dengan keracunan makanan, disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak dimasak hingga matang.
- Infeksi bakteri Salmonella, yang umumnya terjadi akibat konsumsi daging kurang matang, terutama daging ayam, dan telur mentah atau setengah matang.
- Infeksi Cryptosporidium, yang terjadi setelah meminum atau tidak sengaja menelan air yang terkontaminasi dan tidak dimasak.
- Radang usus, yang dapat disertai dengan sakit perut, sering mulas, bahkan diare dengan darah atau lendir.
- Intoleransi laktosa, yang biasanya disertai dengan kembung, feses berbau asam, hingga anus perih atau kemerahan setelah konsumsi makanan dengan kandungan susu.
- Amebiasis dan infeksi bakteri Shigella, yang ditandai dengan tinja berbau amis, berdarah, atau berlendir.
Gejala diare
Gejala utama diare adalah buang air besar dengan tinja encer atau berair yang terjadi lebih dari 3 kali sehari. Keluhan lain yang bisa dialami oleh penderita diare adalah, perut kembung, tidak mampu menahan keinginan buang air besar, perut mulas, mual atau muntah, demam, tinja berlendir atau berdarah.
Diare parah yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan dehidrasi. Gejala-gejala yang menunjukkan penderita mengalami dehidrasi adalah, pusing, rasa sangat haus, buang air kecil menjadi sedikit atau jarang, urine menjadi berwarna gelap, mulut atau kulit kering dan menjadi lemas.
Diare yang tidak segera ditangani dapat sebabkan komplikasi
1. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik terjadi ketika kehilangan volume darah atau cairan tubuh yang signifikan menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis, yang dapat menyebabkan organ-organ tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi.
2. Dehidrasi berat
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat melalui tinja yang encer. Jika tidak digantikan dengan asupan cairan yang cukup, tubuh dapat mengalami dehidrasi berat, yang ditandai dengan gejala seperti mulut kering, urin berwarna gelap, dan penurunan tekanan darah.
3. Pingsan
Dehidrasi berat dan penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara mendadak, yang dapat memicu pingsan atau kehilangan kesadaran.
4. Kerusakan organ, seperti gagal ginjal akut
Kurangnya cairan dalam tubuh dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, ini mengakibatkan gagal ginjal akut. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penumpukan racun dalam tubuh dan gangguan fungsi ginjal.
5. Hipokalemia
Kekurangan kalium (hipokalemia) sering terjadi akibat kehilangan elektrolit yang signifikan melalui diare. Kondisi ini dapat menyebabkan kelemahan otot, aritmia jantung, dan gangguan fungsi jantung lainnya.
6. Hipomagnesemia
Kehilangan magnesium yang signifikan dapat terjadi akibat diare. Hipomagnesemia dapat menyebabkan gejala seperti kram otot, kejang, dan gangguan fungsi neurologis.
7. Prolaps rektum
Dalam kasus diare kronis atau berat, otot-otot di sekitar rektum dapat melemah dan menurunkan posisi rektum keluar dari anus, yang dikenal sebagai prolaps rektum. Ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan masalah kesehatan lainnya.
8. Kekurangan bikarbonat darah, yang dapat menyebabkan asidosis metabolik
Diare yang terus-menerus dapat mengakibatkan kehilangan bikarbonat, komponen penting dari buffer darah yang membantu menjaga keseimbangan pH. Kekurangan ini dapat menyebabkan asidosis metabolik, yaitu kondisi di mana darah menjadi terlalu asam.
Dianjurkan apabila menderita diare agar segera ditangani dengan cepat dan efektif, hal ini dilakukan agar dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang telah disebutkan diatas.