KabarMakassar.com — Menurut Halodoc, pneumonia merupakan kondisi peradangan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru yang disebabkan karena infeksi. Infeksi tersebut dapat mengganggu proses pertukaran oksigen di dalam paru-paru dan menyebabkan gejala seperti batuk, sesak napas, juga demam.
Terdapat sejumlah faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena pneumonia antara lain usia lanjut, sistem kekebalan tubuh yang lemah, merokok, penyakit paru-paru kronis, dan infeksi saluran pernapasan atas sebelumnya.
Gejala pneumonia sendiri meliputi batuk yang disertai dahak, demam, menggigil, sesak napas, dan kelelahan. Beberapa orang juga dapat mengalami nyeri dada dan kebingungan, terutama pada lansia.
Studi terbaru menunjukkan jika pneumonia tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Penelitian juga mengungkapkan bahwa vaksinasi dan pengobatan yang tepat dapat mengurangi risiko komplikasi berat akibat pneumonia.
Diagnosis pneumonia umumnya dilakukan melalui pemeriksaan fisik, riwayat medis, serta tes pencitraan seperti X-ray dada. Dokter juga dapat melakukan tes darah atau kultur dahak untuk menentukan penyebab infeksi.
Pengobatan pneumonia tergantung pada penyebab infeksi. Untuk pneumonia bakteri, antibiotik biasanya diberikan. Apabila penyebabnya adalah virus, pengobatan suportif seperti obat pereda gejala dan cairan tubuh yang cukup diperlukan. Beberapa kasus pneumonia juga memerlukan rawat inap dan perawatan intensif.
Saat tidak diobati dengan tepat, pneumonia bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti sepsis, abses paru, atau gagal napas. Oleh karena itu, pengobatan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi.
Pencegahan pneumonia sendiri bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan tangan, menghindari merokok, serta mendapatkan vaksinasi, seperti vaksin pneumokokus dan vaksin flu tahunan.
Kantung udara yang terinfeksi pada pneumonia akan terisi oleh cairan atau nanah (pus/dahak purulen). Gangguan ini dapat menyebabkan gejala seperti batuk berdahak, demam, menggigil, hingga kesulitan bernapas.
Infeksi pneumonia dapat terjadi pada salah satu sisi paru-paru atau keduanya. Penyebab utama dari peradangan ini adalah infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.
Pneumonia, yang lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia, tidak hanya dapat menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir.
Baik pneumonia yang disebabkan oleh virus maupun bakteri merupakan penyakit yang menular. Artinya, seseorang yang terinfeksi dapat menularkannya ke orang lain melalui tetesan udara yang dihirup, yang berasal dari batuk atau bersin.
Oleh karena itu, pengidap pneumonia disarankan untuk menggunakan masker guna menghindari penyebaran cairan dari mulut mereka kepada orang lain.
Penyebab pneumonia
Penyebab pneumonia amat bervariasi, namun umumnya dibedakan berdasarkan jenis organisme yang menyebabkan infeksi dan tempat penyebarannya.
Terdapat dua jenis pneumonia yang utama:
- Pneumonia komunitas, penyebaran infeksi ini terjadi di lingkungan masyarakat umum.
- Pneumonia yang ditularkan di Rumah Sakit (nosokomial), infeksi ini didapatkan oleh pasien selama perawatan di rumah sakit.
Berikut beberapa kategori penyebab pneumonia:
1. Pneumonia yang didapat di lingkungan umum
Organisme yang menyebabkan pneumonia yang ditularkan di lingkungan umum berbeda dengan yang ada di rumah sakit. Umumnya, organisme penyebab pneumonia yang ditularkan di rumah sakit cenderung lebih sulit diobati.
Contoh organisme yang menyebabkan pneumonia yang ditularkan di tempat umum antara lain:
- Bakteri, yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae.
- Organisme yang menyerupai bakteri, seperti mycoplasma pneumonia.
- Jamur, biasanya menyerang orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.
- Virus, penyebab pneumonia yang lebih jarang namun tetap signifikan.
2. Pneumonia yang didapat di rumah sakit
Beberapa orang dapat mengembangkan pneumonia saat dirawat di rumah sakit karena penyakit lain. Penyakit ini dapat menjadi lebih serius karena bakteri yang menyebabkannya mungkin lebih resisten terhadap antibiotik.
Selain itu, pneumonia yang didapat di rumah sakit bisa lebih berbahaya bagi pasien yang sudah memiliki kondisi kesehatan tertentu. Pasien yang menggunakan mesin pernapasan (ventilator), terutama yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU), memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia jenis ini.
3. Pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan
Pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan rentan terjadi pada orang yang dirawat di fasilitas perawatan jangka panjang atau yang rutin menerima perawatan di klinik rawat jalan, termasuk pusat dialisis ginjal.
Seperti halnya pneumonia yang ditularkan di rumah sakit, pneumonia yang terkait dengan perawatan kesehatan juga bisa disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten terhadap antibiotik.
Faktor risiko pneumonia
Walau pneumonia dapat terjadi pada siapa saja, ada beberapa kelompok orang yang lebih rentan untuk terkena penyakit ini, antara lain:
- Usia di bawah 2 tahun: Sistem kekebalan tubuh bayi dan anak-anak masih dalam tahap perkembangan, sehingga mereka lebih rentan terhadap infeksi.
- Orang dengan kekebalan tubuh lemah: Seperti pengidap HIV/AIDS, kanker, atau yang sedang menjalani kemoterapi.
- Pengidap penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, diabetes, penyakit jantung, atau gangguan ginjal kronis: Penyakit-penyakit ini dapat melemahkan tubuh dan meningkatkan risiko pneumonia.
- Perokok aktif dan pasif: Perokok lebih rentan terkena pneumonia karena merokok merusak saluran pernapasan.
- Terpapar polusi udara atau zat kimia berbahaya: Paparan terhadap polusi atau bahan kimia dapat merusak paru-paru dan meningkatkan risiko infeksi.
- Kekurangan nutrisi: Kekurangan gizi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh lebih mudah terinfeksi.
- Prosedur medis: Seperti operasi atau penggunaan ventilator, yang dapat meningkatkan risiko infeksi paru-paru.
- Udara dingin dan kering: Kondisi ini dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan, termasuk pneumonia.
- Tinggal di lingkungan yang padat atau tidak bersih: Lingkungan yang padat dan kurang higienis dapat meningkatkan risiko penularan infeksi.