kabarbursa.com
kabarbursa.com

Impaksi Gigi Mengganggu? Ini yang Harus Diperhatikan

Impaksi Gigi Mengganggu? Ini yang Harus Diperhatikan
Impaksi Gigi Mengganggu? Ini yang Harus Diperhatikan
banner 468x60

KabarMakassar.com — Impaksi gigi merupakan gigi yang tidak dapat tumbuh, baik sebagian maupun sepenuhnya, sehingga tertanam di dalam gusi. Kondisi ini biasanya terjadi pada gigi bungsu, yaitu gigi yang tumbuh terakhir saat dewasa. Kondisi ini dapat mengganggu hingga menyebabkan rasa sakit bagi orang yang menderitanya.

Gigi susu akan mulai tumbuh ketika bayi berusia 4 sampai 6 bulan, kemudian akan lengkap ketika anak berusia 2 hingga 3 tahun. Ketika anak berusia 6 tahun, gigi susu akan mulai tanggal dan digantikan dengan gigi permanen. Normalnya, orang dewasa memiliki 32 gigi, termasuk 4 gigi bungsu. Gigi bungsu adalah gigi yang tumbuh terakhir, yaitu ketika seseorang berusia 17 sampai 25 tahun.

Pemprov Sulsel

Impaksi gigi terjadi apabila salah satu atau beberapa gigi permanen tidak dapat tumbuh sempurna. Dilansir dari Alodokter yang merupakan mitra resmi dari Kementerian Kesehatan, impaksi gigi bisa terjadi akibat berbagai kondisi yaitu:

  1. Faktor genetik yang mengakibatkan rahang sempit sehingga tidak cukup ruangan untuk gigi tumbuh.
  2. Gigi susu yang terlambat tanggal sehingga gigi permanen terhalang untuk tumbuh.
  3. Tumor atau kista di rahang yang menghalangi pertumbuhan gigi.

Gejala Impaksi Gigi

Impaksi gigi kerap kali terjadi pada gigi bungsu, tetapi juga dapat terjadi pada gigi lain, seperti gigi taring. Seperti yang telah dijelaskan, impaksi gigi bisa terjadi total atau sebagian. Umumnya, impaksi gigi total tidak menimbulkan gejala apa pun. Akan tetapi, impaksi gigi total dapat mendorong susunan gigi lain sehingga bentuk baris gigi lama-kelamaan bisa terganggu. Pada impaksi gigi sebagian, sisa-sisa makanan dapat dan plak masuk ke dalam celah gigi yang impaksi tersebut.

Hal ini dapat menimbulkan gejala yang bisa muncul secara tiba-tiba atau berkembang seiring waktu diantaranya:

  • Bau mulut (halitosis).
  • Rasa sakit pada gusi.
  • Sakit kepala yang terus-menerus.
  • Sakit di rahang.
  • Kemerahan dan pembengkakan gusi di area impaksi gigi (perikoronitis).
  • Rasa tidak enak di mulut
  • Timbul celah antara gigi yang mengalami impaksi dengan gigi sekitarnya.
  • Sulit membuka mulut.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher.

Untuk mendiagnosis impaksi gigi, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan gigi. Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

1. Foto Rontgen panoramik gigi, untuk melihat kondisi gigi yang tidak tumbuh dan mendeteksi kerusakan gigi dan gusi.

2. CT scan rahang, untuk melihat kondisi gigi, gusi, saraf, serta tulang secara lebih detail.

Pengobatan impaksi gigi

Ini tergantung pada posisi gigi yang terdampak dan keparahan kondisinya. Jika impaksi gigi tidak menimbulkan gejala, dokter umumnya akan meminta pasien untuk menjalani kontrol secara rutin.

Apabila impaksi gigi menimbulkan gejala, dokter akan melakukan beberapa tindakan berikut:

1. Cabut gigi, prosedur cabut gigi dapat dilakukan jika pasien mengalami gejala impaksi gigi, seperti nyeri atau bau mulut. Perlu diingat bahwa pencabutan gigi hanya bisa dilakukan pada gigi yang impaksi sebagian.

2. Operasi ekstraksi gigi, jika impaksi gigi terjadi menyeluruh, dokter akan menyarankan operasi ekstraksi gigi. Pada operasi ini, dokter akan membuat sayatan pada gusi untuk mencabut gigi yang terkena impaksi. Setelah gigi tercabut, dokter akan menjahit kembali sayatan tersebut dan menutupnya dengan kain kasa.

Setelah memberikan penanganan di atas, dokter akan meresepkan obat pereda nyeri, seperti asam mefenamat. Jika diperlukan, dokter juga akan meresepkan antibiotik untuk mencegah infeksi. Setelah luka cabut gigi atau luka operasi sembuh, dokter dapat menyarankan pemasangan kawat gigi pada pasien impaksi gigi. Pemasangan ini dilakukan jika impaksi gigi menyebabkan gangguan pada bentuk jajaran gigi.

Pencegahan Impaksi Gigi

Tidak ada cara khusus yang bisa dilakukan untuk mencegah impaksi gigi. Hal ini karena impaksi gigi sering kali disebabkan oleh faktor genetik. Namun, jika memiliki gigi yang impaksi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti:

  1. Jaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi dua kali sehari.
  2. Periksakan gigi ke dokter minimal 6 bulan sekali.
  3. Rajin berkumur.
  4. Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika timbul gejala impaksi gigi.

Apabila tidak ditangani segera, impaksi gigi dapat menimbulkan beberapa komplikasi, yaitu, abses gigi di area yang mengalami impaksi, rasa tidak nyaman di mulut dalam jangka panjang, infeksi, gigi tidak sejajar (maloklusi), penumpukan plak pada gigi dan gusi, masalah pada gigi lain di sekitar area impaksi gigi, dan kerusakan saraf jika impaksi gigi terjadi di dekat saraf rahang (saraf mandibula).

Dianjurkan untuk segera ke dokter apabila memiliki gigi yang tidak tumbuh sempurna, terutama jika kondisi tersebut disertai dengan sakit di gusi atau gejala lain. Pemeriksaan ke dokter gigi juga perlu segera dilakukan jika sering mengalami nyeri dari rahang yang menjalar ke wajah, kepala, telinga, dan leher, meskipun hasil pemeriksaan saraf normal.

harvardsciencereview.com
https://inuki.co.id