kabarbursa.com
kabarbursa.com

Utang Luar Negeri Indonesia Menurun, Penguatan Dolar AS Jadi Faktor Kunci

Utang Luar Negeri Indonesia Menurun, Penguatan Dolar AS Jadi Faktor Kunci
Ilustrasi rupiah (Dok : KabarMakassar)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia menunjukkan tren penurunan pada kuartal IV 2024, mencerminkan dinamika ekonomi global yang terus berubah.

Bank Indonesia mencatat ULN Indonesia mencapai US$ 424,8 miliar atau setara dengan Rp 6.881,7 triliun (asumsi kurs Rp 16.200), lebih rendah dibandingkan kuartal III 2024 yang sebesar US$ 428,1 miliar.

Pemprov Sulsel

Penurunan ini menjadi perhatian karena terjadi di tengah fluktuasi nilai tukar global, dengan penguatan dolar AS sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi dinamika ULN nasional.

Meskipun mengalami penurunan secara kuartalan, secara tahunan ULN masih mengalami pertumbuhan sebesar 4,0% (year-on-year/yoy), meski melambat dibandingkan pertumbuhan 8,3% yoy pada kuartal III 2024.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa penurunan ini terjadi baik pada sektor pemerintah maupun swasta, dengan faktor utama berasal dari penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah.

ULN Pemerintah Turun, Kepercayaan Investor Tetap Kuat
Di sektor pemerintahan, ULN pada kuartal IV 2024 tercatat sebesar US$ 203,1 miliar, turun dari US$ 204,1 miliar pada kuartal sebelumnya.

“Secara tahunan, pertumbuhan ULN pemerintah juga melambat menjadi 3,3% yoy, lebih rendah dibandingkan 8,4% yoy pada kuartal III,” papar Ramdan melalui keterangan resminya dikutip Selasa (18/02).

Penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya posisi surat utang, yang sebagian besar disebabkan oleh penguatan dolar AS.

Namun, di tengah penurunan ULN, investor masih menunjukkan kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia.

Aliran modal asing melalui Surat Berharga Negara (SBN), baik internasional maupun domestik, tetap mencatat net inflow, menandakan stabilitas pasar keuangan nasional.

Pemerintah menegaskan komitmennya dalam mengelola ULN secara pruden, terukur, dan fleksibel, dengan memastikan kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang tetap berjalan tepat waktu.

Pemanfaatan ULN pemerintah tetap difokuskan untuk mendanai sektor-sektor strategis, seperti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (20,8% dari total ULN pemerintah), Administrasi Pemerintahan dan Jaminan Sosial (19,7%), serta Jasa Pendidikan (16,7%).

“Selain itu, sektor Konstruksi (13,4%) serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,0%) juga menjadi penerima manfaat dari pembiayaan ini,” lanjutnya.

Bank Indonesia memastikan bahwa hampir seluruh ULN pemerintah memiliki tenor jangka panjang, mencapai 99,9% dari total utang, sehingga risiko jatuh tempo dalam waktu dekat tetap terkendali.

ULN Swasta Mengalami Kontraksi, Didominasi oleh Industri Strategis

Di sektor swasta, ULN juga menunjukkan penurunan. Pada kuartal IV 2024, posisi ULN swasta tercatat US$ 194,1 miliar, lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 196,3 miliar.

Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi 2,2% yoy, lebih dalam dibandingkan kontraksi 0,6% yoy pada kuartal III.

Penurunan ULN swasta terutama terjadi pada sektor lembaga keuangan dan perusahaan non-keuangan, yang masing-masing mencatat kontraksi 2,5% yoy dan 2,1% yoy.

Meski begitu, sektor-sektor utama masih mendominasi penggunaan ULN swasta, dengan Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Pengadaan Listrik dan Gas, serta Pertambangan dan Penggalian berkontribusi 79,5% dari total ULN swasta.

Seperti halnya ULN pemerintah, ULN swasta juga didominasi oleh utang jangka panjang, yang mencakup 76,7% dari total utang, menandakan struktur utang yang relatif aman dalam jangka panjang.

Struktur Utang Tetap Sehat, BI dan Pemerintah Perkuat Koordinasi

Bank Indonesia menegaskan bahwa secara keseluruhan, struktur ULN Indonesia masih dalam kondisi sehat, dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Hal ini tercermin dari rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 30,4% pada kuartal IV 2024, dari 31,1% pada kuartal III.

Selain itu, 84,8% dari total ULN Indonesia merupakan utang jangka panjang, sehingga risiko likuiditas tetap terkendali.

Dalam menghadapi dinamika global, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan ULN, memastikan agar perannya tetap optimal dalam menopang pembangunan nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan strategi pengelolaan yang hati-hati, diharapkan ULN Indonesia tetap menjadi instrumen yang efektif untuk mendukung pertumbuhan tanpa mengorbankan stabilitas ekonomi jangka panjang.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) juga melaporkan bahwa cadangan devisa Indonesia mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah.

Per akhir Januari 2025, cadangan devisa tercatat sebesar US$ 156,1 miliar, naik dari posisi Desember 2024 yang sebesar US$ 155,7 miliar.

Cadangan devisa yang mencapai US$ 156,1 miliar ini setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini jauh melampaui standar kecukupan internasional yang hanya sekitar tiga bulan impor.

harvardsciencereview.com