kabarbursa.com
kabarbursa.com

Tekanan Ekonomi Makro dan Geopolitik Pengaruhi Pasar Otomotif

Tekanan Ekonomi Makro dan Geopolitik Pengaruhi Pasar Otomotif
COO HMID, Fransiscus Soerjopranoto dalam Hyundai Online Media Deep Dive yang diadakan melalui Zoom Meeting, Rabu (12/06), (doc : Hanifah KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — PT Hyundai Motors Indonesia (HMId) mengakui adanya penurunan pasar otomotif sepanjang tahun 2024. Chief Operating Officer HMID, Fransiscus Soerjopranoto, mengungkapkan kondisi pasar otomotif di Indonesia yang sedang mengalami kelesuan.

Penyebabnya ialah tekanan makro ekonomi global, termasuk kenaikan tingkat suku bunga dan ketegangan geopolitik Israel-Palestina, menjadi faktor utama yang mempengaruhi penurunan ini.

Pemprov Sulsel

“Pasar otomotif turun sekitar 15 persen atau sebesar 272 ribu unit dibandingkan tahun lalu, penurunan ini sangat signifikan, terutama pada segmen kelas menengah yang paling terdampak karena pengeluaran yang lebih besar.” jelasnya dalam Hyundai Online Media Deep Dive yang diadakan melalui Zoom Meeting, Rabu (12/06).

Ia menyebut, penurunan daya pasar pun membuat pihaknya merivisi target penjualan tahun ini.

“Target penjualan tahun ini telah direvisi menjadi 800-850 ribu unit dari sebelumnya 967 ribu unit, karena situasi pasar yang mengalami kontraksi 15-25 persen. Kami mencanangkan market share 3-4 persen.” terangnya.

Untuk menghadapi tantangan ini, Frans, sapaannya, berencana untuk terus memberikan kemajuan dalam mobilitas di Indonesia dengan memperkenalkan produk baru, meskipun pasar sedang lesu. Hyundai akan berfokus pada dua area utama: mesin kombinasi dan kelistrikan.

“Kami berencana memperkenalkan satu mobil listrik, yaitu All New Kona Electric. Kami berharap ini dapat memicu pasar untuk kembali bergairah,” ujar Soerjopranoto.

Ia menambahkan, Hyundai menawarkan promosi gratis biaya listrik selama setahun untuk mobil ini.

Menurutnya, All New Kona Electric didesain sebagai pilihan yang cerdas dengan tampilan eksterior yang canggih serta fitur konektivitas antara mobil dan ponsel pengguna. Jaringan aftersales Hyundai yang lebih dari 100 channel juga memperkuat pilihan ini sebagai opsi yang cerdas bagi konsumen.

Untuk mendukung fokus pada mobil listrik, Hyundai sedang membangun pabrik baterai mobil listrik pertama di Indonesia dengan investasi sebesar 1,2 miliar USD dan tambahan 60 juta USD untuk baterai pengguna. Diharapkan investasi ini dapat memenuhi kapasitas produksi hingga 150 ribu unit.

Hingga Mei 2024, pasar mobil listrik di Indonesia telah mengalami pertumbuhan signifikan, mencapai 60-70 ribu unit dengan pertumbuhan 2,5-3 persen.

“Jika mendekati 5 persen, kami akan mulai merambah sektor sedan,” ujar Frans.