KabarMakassar.com — Bank Indonesia (BI) melalui keterangan rilisnya, Sabtu (03/08) menyebut ketidakpastian di pasar keuangan global tetap tinggi meskipun ekonomi dunia menunjukkan pertumbuhan yang stabil.
Menurut laporan terbaru World Economic Outlook (WEO) yang dirilis oleh IMF pada Juli 2024, ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,2% secara tahunan (yoy) pada 2024, sedikit menurun dari 3,3% pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat masih kuat didorong oleh permintaan domestik yang tinggi. Sementara itu, ekonomi Tiongkok belum menunjukkan pemulihan yang signifikan dengan pertumbuhan triwulan II-2024 sebesar 4,7% yoy, disebabkan oleh lemahnya permintaan domestik dan tekanan berkelanjutan di sektor properti.
Perkembangan Ekonomi Global dan Dampaknya
BI mencatat, pada Juni 2024, inflasi di Amerika Serikat menurun seiring dengan penurunan tekanan harga energi dan perumahan. Namun, tingkat pengangguran meningkat, memicu spekulasi bahwa Fed Funds Rate (FFR) mungkin akan diturunkan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada akhir tahun 2024.
Meski demikian, yield US Treasury 10 tahun diperkirakan tetap tinggi karena kebutuhan pembiayaan defisit anggaran pemerintah AS. Indeks mata uang dolar juga tetap kuat.
Kondisi ini, ditambah dengan ketegangan geopolitik yang terus berlangsung dan dinamika politik global, termasuk pemilu di berbagai negara seperti AS, mengakibatkan aliran modal ke negara berkembang relatif terbatas. Untuk menghadapi dampak negatif dari ketidakpastian global, diperlukan respons kebijakan yang kuat dari negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kinerja Ekonomi Indonesia
Di tengah ketidakpastian global yang tinggi, ekonomi Indonesia menunjukkan performa yang baik. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2024 diperkirakan tetap di atas 5% yoy, melanjutkan kinerja triwulan I-2024 yang tumbuh sebesar 5,11% yoy.
Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang kuat. Ekspor barang juga diperkirakan meningkat, terutama ekspor produk manufaktur dan pertambangan ke negara mitra dagang utama seperti India dan Tiongkok.
Proyeksi dan Kebijakan Ekonomi Domestik
Aktivitas ekonomi domestik diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir tahun 2024. Kebijakan belanja pemerintah yang bertujuan menjaga stabilitas harga dan program perlindungan sosial (Perlinsos) untuk masyarakat rentan diharapkan dapat mendorong konsumsi.
Selain itu, pelaksanaan Pilkada serentak pada November 2024 diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap konsumsi. Investasi diperkirakan menguat seiring penyelesaian target pembangunan infrastruktur dan peningkatan investasi sektor swasta.
Dari sisi produksi, aktivitas ekonomi akan terus didukung oleh sektor manufaktur, konstruksi, dan perdagangan, dengan peningkatan nilai tambah dan output produksi yang didorong oleh hilirisasi. Dengan perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan berada di kisaran 5,0-5,2% yoy.
Bauran Kebijakan Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Kebijakan moneter difokuskan untuk menjaga stabilitas (pro-stability), sementara kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta program ekonomi-keuangan inklusif dan hijau diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (pro-growth).
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung dari Mei hingga Juli 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%. Keputusan ini diambil sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025. Fokus kebijakan moneter jangka pendek adalah memperkuat efektivitas stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.
BI juga terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation. Langkah-langkah yang diambil antara lain: penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dan stabilisasi nilai tukar Rupiah, termasuk melalui struktur suku bunga di pasar uang Rupiah, optimalisasi SRBI, SVBI, dan SUVBI; penguatan intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder; penguatan strategi transaksi term-repo dan swap valas yang kompetitif untuk menjaga kecukupan likuiditas perbankan; serta penguatan koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas DHE SDA.
Dengan kombinasi kebijakan ini, BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah tantangan global yang terus berkembang, memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, dan mendukung kesejahteraan masyarakat.