KabarMakassar.com — Pengamat Pasar Modal STIE Nusantara Makassar, Agus Arman, mengapresiasi adanya wacana upaya literasi investasi yang mulai diperkenalkan di tingkat sekolah dasar (SD).
Namun, ia menegaskan perlunya penyesuaian kurikulum agar materi yang diajarkan sesuai dengan kemampuan anak-anak.
“Untuk tingkat SD, ini sangat baik, tetapi harus disesuaikan. Pasar modal cukup kompleks, jadi kurikulum harus dirancang dengan fokus pada konsep dasar keuangan, seperti menabung, investasi, dan pengelolaan risiko,” ujar Agus Arman saat dihubungi, Jumat (03/01).
Menurutnya, materi ajar perlu disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh siswa SD.
Pendekatan yang disarankan adalah melalui simulasi, seperti konsep menabung, berbagi keuntungan, dan pengelolaan uang dalam konteks investasi.
Hal ini bertujuan membangun pemahaman dasar keuangan sejak dini secara menarik dan praktis.
Ia juga menyoroti pentingnya pelatihan bagi para guru agar mampu mengajarkan materi pasar modal dengan baik.
Agus menyarankan agar sekolah dasar menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki dosen berkompeten di bidang pasar modal, terutama yang telah memiliki sertifikasi profesi.
“Sekolah dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki pojok bursa efek untuk praktek atau simulasi. Selain itu, fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat dioptimalkan untuk program literasi keuangan yang melibatkan perguruan tinggi,” tambahnya.
Langkah ini, menurut Agus, akan menjadi fondasi penting dalam membangun generasi muda yang paham keuangan, berdaya saing, dan memiliki keterampilan dasar investasi sejak dini.
Selain itu, pendampingan khususnya dilakukan oleh orang tua menjadi kiat penting jika kebijakan ini benar dilakukan kedepan.
Menurutnya, pendidikan dini yang tak hanyaenjelaskan keuntungan melainkan ada resiko dari setiap keputusan di pasar modal.
“Pendampingan orang tua yang penting, bahwa dalam pasar modal ada keuntungan tetapi juga risiko,” tutupnya.
Untuk informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan komitmennya untuk mendorong Pasar Modal Indonesia berperan lebih aktif dalam mendukung program strategis pemerintah dan target pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (02/01).
Menurut Mahendra, penguatan Pasar Modal Indonesia dilakukan melalui peningkatan pendalaman pasar, termasuk peningkatan jumlah dan kualitas perusahaan tercatat serta mendorong emiten berkapitalisasi besar untuk melantai di bursa. OJK juga mengupayakan penguatan regulasi dan sistem penawaran umum agar lebih efisien dan transparan.
Selain itu, program pengembangan produk, infrastruktur, dan layanan baru menjadi fokus utama. OJK mendorong peningkatan peran investor institusi di pasar perdana dan sekunder, serta optimalisasi pemanfaatan Efek Beragunan Aset (EBA) untuk mendukung likuiditas program 3 juta rumah.
“Kami siap memperkuat skema dan ekosistem EBA demi keberhasilan program ini,” ujar Mahendra.
Inisiatif lain meliputi pengembangan produk berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), bursa karbon, serta peningkatan layanan transaksi efek.
Hingga 30 Desember 2024, perdagangan bursa karbon mencatat volume transaksi 908 ribu ton CO2 ekuivalen dengan nilai total Rp50,64 miliar. Sebanyak 100 perusahaan telah berpartisipasi dalam perdagangan karbon ini.
OJK juga memprioritaskan penguatan tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan anggota bursa dan manajer investasi (MI).
Dengan langkah ini, anggota bursa dan MI diharapkan mampu memperluas penetrasi produk pasar modal dan meningkatkan perlindungan investor untuk menjaga kepercayaan.
Meski IHSG per 30 Desember 2024 berada di level 7.079,91 atau melemah -2,65% secara year-to-date (ytd), kapitalisasi pasar tumbuh 5,74% menjadi Rp12,33 ribu triliun. Dana yang dihimpun melalui penawaran umum mencapai Rp259,24 triliun dengan 43 emiten baru.
Jumlah investor juga menunjukkan peningkatan signifikan. Single Investor Identification (SID) mencapai 14,8 juta, naik 22,21% ytd, dengan mayoritas investor berusia di bawah 40 tahun (79%).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan dukungannya terhadap inisiatif OJK. Ia menyoroti pentingnya literasi keuangan dimulai sejak dini, bahkan di tingkat sekolah dasar.
“Edukasi ini penting agar generasi muda akrab dengan pasar modal sejak awal,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga menegaskan dukungan pemerintah melalui penyempurnaan regulasi sektor keuangan, termasuk produk turunan UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), serta implementasi pajak karbon dan regulasi batas emisi sektoral.