KabarMakassar.com — Ekonom Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Murtiadi Awaluddin, memproyeksikan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar kurang lebih 2 persen, didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat dan konsumsi selama beberapa bulan terakhir.
Menurut Murtiadi, salah satu faktor utama yang berkontribusi pada peningkatan kinerja ekonomi, khususnya sektor perdagangan ecer ini adalah banyaknya hari libur nasional dan cuti bersama yang mendorong masyarakat melakukan perjalanan liburan.
“Banyaknya tanggal merah menyebabkan peningkatan konsumsi, terutama karena adanya mobilitas masyarakat untuk berlibur,” ujarnya, Kamis (19/09)
Ia juga menyoroti sektor sandang, terutama pakaian, yang mengalami peningkatan signifikan. Tren digital marketing, yang semakin berkembang, memainkan peran besar dalam peningkatan penjualan ritel, khususnya di sektor ini.
“Live shopping yang hampir setiap malam, ditambah dengan promo-promo dan kemudahan pembayaran, menjadi faktor yang mendorong kenaikan konsumsi di sektor sandang,” tambah Murtiadi.
Kemudahan akses terhadap dana cepat melalui pinjaman online (pinjol) legal dan sistem pembayaran paylater juga memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan konsumsi.
“Dengan semakin mudahnya mendapatkan dana untuk berbelanja, masyarakat lebih terdorong untuk melakukan pembelian, baik secara tunai maupun kredit,” jelasnya.
Murtiadi juga menegaskan bahwa kondisi ini tidak hanya terjadi secara nasional, tetapi juga terasa di Sulawesi Selatan, terutama dengan mobilisasi nasional yang semakin meningkat. Dampaknya terlihat pada berbagai sektor, termasuk transportasi dan bahan bakar.
“Saat liburan, otomatis ada peningkatan perjalanan darat, laut, maupun udara, yang berimbas pada kenaikan konsumsi bahan bakar serta penjualan tiket transportasi,” katanya.
Namun, ia juga mengingatkan adanya potensi risiko inflasi di beberapa sektor jika peningkatan konsumsi tidak diimbangi dengan produksi yang memadai.
“Sisi negatifnya, inflasi bisa terjadi di beberapa sektor jika permintaan terus naik tanpa diikuti peningkatan pasokan yang seimbang,” pungkasnya.
Secara keseluruhan, libur panjang dan kemudahan akses keuangan menjadi faktor penting dalam mendongkrak perekonomian, namun diperlukan kebijakan yang tepat untuk menjaga keseimbangan agar inflasi tetap terkendali.
Baru-baru ini, Bank Indonesia baru merilis kinerja penjualan eceran di Indonesia pada Agustus 2024 yang diproyeksikan mengalami peningkatan yang signifikan.
Dikutio dari laman resmi Bank Indonesia, Kamis (19/09) berdasarkan data Indeks Penjualan Riil (IPR), penjualan pada bulan tersebut diperkirakan mencapai 215,9, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,8% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kenaikan penjualan ini didorong oleh meningkatnya permintaan di berbagai kelompok barang, terutama Barang Budaya dan Rekreasi, Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Subkelompok Sandang.
Secara bulanan, penjualan eceran pada Agustus 2024 juga diprediksi meningkat 1,6% (month-to-month/mtm), setelah sebelumnya mengalami kontraksi 7,2% pada Juli 2024. Pemulihan penjualan ini terutama dipicu oleh peningkatan permintaan pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, Peralatan Informasi dan Komunikasi, serta Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya.
Peningkatan ini juga didorong oleh strategi potongan harga yang diterapkan oleh retailer dalam rangkaian event Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia.
Pada bulan sebelumnya, yakni Juli 2024, IPR tercatat berada di level 212,4, mengalami pertumbuhan sebesar 4,5% (yoy) dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini dipicu oleh peningkatan penjualan di Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Subkelompok Sandang. Selain itu, penjualan Suku Cadang dan Aksesori serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor juga mencatat pertumbuhan, meskipun secara keseluruhan penjualan mengalami kontraksi bulanan sebesar 7,2% (mtm).
Kontraksi ini terjadi karena normalisasi permintaan pasca-Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha, yang biasanya memicu lonjakan permintaan.
Meski penurunan ini tercatat, beberapa sektor seperti Subkelompok Sandang dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor berhasil menahan penurunan kinerja penjualan yang lebih signifikan. Sementara itu, Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi tetap mencatat pertumbuhan meskipun melambat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Dari sisi harga, tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, khususnya pada Oktober 2024 dan Januari 2025. Hal ini terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) yang diproyeksikan masing-masing mencapai 141,3 untuk Oktober dan 166,7 untuk Januari, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat 134,5 dan 161,0. Peningkatan inflasi ini sejalan dengan pola historis yang terjadi dalam tiga tahun terakhir.
Secara keseluruhan, prospek penjualan eceran pada akhir 2024 diperkirakan akan terus menguat seiring dengan peningkatan permintaan dan strategi pemasaran yang agresif dari retailer, meskipun tekanan inflasi di masa mendatang tetap perlu diantisipasi oleh pelaku usaha.