kabarbursa.com
kabarbursa.com

Sambut Kabinet Baru, Rupiah di Level Rp15.503,5 per Dolar AS

Ketimpangan Ekonomi Mengintai, Pengamat Kritik Kebijakan Kenaikan PPN 12 Persen
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (21/10) kemarin ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah sentimen positif yang sempat muncul dari pengumuman kabinet Presiden Prabowo Subianto memudar. Rupiah berada dilevel Rp15.503,5 per dolar AS.

Pasar menilai komposisi kabinet yang diumumkan terlalu besar, dengan jumlah menteri yang dianggap “gemuk” atau “obesitas”. Akibatnya, dampak positif dari pengumuman tersebut yang sempat menguatkan rupiah sehari sebelumnya berbalik arah.

Pemprov Sulsel

Pada perdagangan kemarin, rupiah melemah 22,5 poin, setelah sebelumnya, rupiah sempat menguat 25 poin ke level Rp15.481 per dolar AS pada awal perdagangan.

Secara global, dinamika politik di Amerika Serikat turut mempengaruhi pasar valuta asing. Peluang Donald Trump untuk kembali ke Gedung Putih sebagai calon presiden dari Partai Republik kian meningkat, dengan beberapa jajak pendapat terbaru menunjukkan keunggulan tipis atas Wakil Presiden Kamala Harris. Kondisi ini menambah ketidakpastian politik di AS jelang pemilihan umum yang tinggal dua minggu lagi.

Selain itu, ketegangan di Timur Tengah semakin memanas. Serangan Israel terhadap Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon terus meningkat, dengan pemerintah Israel mengumumkan rencana serangan tambahan ke lokasi-lokasi di Beirut yang terkait dengan Hizbullah. Ketidakstabilan geopolitik ini turut menambah tekanan pada aset-aset berisiko, termasuk mata uang emerging markets seperti rupiah.

Dampak Pemotongan Suku Bunga China

Dari Asia, Bank Rakyat China (PBoC) memangkas suku bunga acuan pinjaman, yang sedikit lebih besar dari ekspektasi pasar. Pemangkasan Loan Prime Rate (LPR) ini adalah bagian dari langkah stimulus agresif pemerintah China untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah pelambatan sektor properti dan lemahnya sentimen konsumen.

Meskipun awalnya mendorong saham-saham China ke level tertinggi dalam dua tahun, pasar kemudian kehilangan momentum karena kurangnya rincian mengenai skala dan waktu pelaksanaan stimulus lebih lanjut. Ketidakpastian ini juga memengaruhi sentimen pasar global, termasuk Indonesia.

Kabinet Baru Prabowo-Gibran Jadi Sorotan

Di dalam negeri, susunan kabinet baru Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga menjadi perhatian pelaku pasar. Meski ada sejumlah nama profesional, komposisi kabinet yang masih mencakup banyak menteri dari pemerintahan sebelumnya, terutama di tim ekonomi, dianggap mencerminkan keberlanjutan pengaruh mantan Presiden Joko Widodo.

Beberapa analis menilai kehadiran sejumlah figur lama memberikan stabilitas dan kontinuitas, namun penunjukan beberapa tokoh dari kalangan partai politik dan tim pendukung Prabowo-Gibran juga memunculkan kekhawatiran terkait efisiensi dan fokus pemerintahan baru.

Secara keseluruhan, pasar masih mencermati dampak kebijakan ekonomi dan komposisi kabinet terhadap stabilitas politik dan ekonomi Indonesia ke depan.

Sebelumnya, Pada awal pekan ini, optimisme pasar dipicu oleh momentum transisi pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto, yang baru saja dilantik sehari sebelumnya. Kepastian mengenai susunan kabinet yang diumumkan pada Minggu malam, termasuk kembalinya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, diharapkan membawa angin segar bagi perekonomian dan mendorong penguatan rupiah serta aset keuangan domestik.

Pada sesi perdagangan pagi, rupiah di pasar offshore menunjukkan penguatan yang signifikan. Rupiah NDF satu bulan diperdagangkan di level Rp15.490 per dolar AS pada pukul 05:15 WIB, mengindikasikan kelanjutan tren positif dari pekan lalu. Selain itu, rupiah NDF satu minggu berada di kisaran Rp15.473 per dolar AS. Posisi ini tidak jauh berbeda dari penutupan spot pekan lalu di Rp15.465 per dolar AS, yang mencerminkan penguatan mingguan sebesar 0,74%.

Sentimen Regional dan Pelemahan Dolar AS Mendorong Rupiah
Penguatan rupiah hari ini turut didukung oleh kondisi regional yang cenderung positif. Pada pembukaan pasar, sebagian besar mata uang Asia menguat, dipimpin oleh ringgit Malaysia yang naik 0,09%, disusul oleh won Korea Selatan yang meningkat 0,08%. Yuan offshore dan dolar Hong Kong juga mencatatkan kenaikan meskipun tipis. Sebaliknya, yen Jepang, yang dikenal sebagai mata uang safe haven, juga menunjukkan kenaikan sebesar 0,1%, mengisyaratkan sentimen positif di kawasan.

Di sisi lain, indeks dolar AS terpantau melemah dan berada di level 103,47, memberikan peluang bagi mata uang lain, termasuk rupiah, untuk menguat. Penurunan dolar ini juga berkaitan dengan ekspektasi bahwa kebijakan moneter The Fed tidak akan terlalu agresif ke depannya, setelah adanya data ekonomi yang menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja AS.

Optimisme Pasca-Pelantikan dan Penantian Kebijakan Baru

Pelaku pasar menyambut positif pengumuman susunan kabinet Prabowo, terutama karena kembalinya Sri Mulyani di posisi Menteri Keuangan dianggap akan menjaga kesinambungan kebijakan fiskal. Pengalaman dan kepemimpinannya di Kementerian Keuangan selama dua periode pemerintahan sebelumnya diyakini dapat memberikan stabilitas dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

Selain menantikan langkah-langkah kebijakan dari tim ekonomi kabinet baru, pasar juga akan memantau perkembangan regional, termasuk keputusan suku bunga pinjaman People’s Bank of China yang dijadwalkan hari ini. Di dalam negeri, Bank Indonesia akan merilis hasil Survei Perbankan kuartal III-2024, yang akan memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan dan likuiditas di sektor perbankan.

Sementara itu, pertemuan tahunan IMF dan World Bank yang dimulai hari ini di Washington, AS, diperkirakan juga akan mempengaruhi sentimen pasar, terutama terkait diskusi mengenai prospek ekonomi global dan kebijakan moneter.

Dengan ekspektasi positif dari pasar serta dukungan kebijakan pemerintah baru, rupiah diprediksi akan terus menguat dan bergerak dalam rentang Rp15.380-Rp15.500 per dolar AS pada hari ini. Namun, pasar tetap waspada terhadap potensi volatilitas, terutama mengingat tantangan eksternal seperti kebijakan moneter global dan dinamika harga komoditas.

Jika pemerintahan Prabowo mampu memberikan kepastian dan mengimplementasikan kebijakan ekonomi yang tepat, termasuk insentif bagi sektor riil dan penanganan defisit anggaran, maka rupiah memiliki peluang untuk mencapai level yang lebih kuat lagi. Kebijakan fiskal dan moneter yang harmonis di bawah kabinet baru diharapkan dapat membawa stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.