kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Terus Menguat Jelang Akhir Pekan, Berada di Level Rp15.893,50

Optimisme Pasar terhadap Kabinet Baru Dorong Penguatan Rupiah
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Rupiah ditutup menguat signifikan pada akhir penutupan perdagangan Kamis (08/08) kemarin dengan kenaikan sebesar 141,50 poin atau 0,88%, membawa nilai tukar rupiah ke level Rp15.893,50 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS melemah 0,22% menjadi 102,97.

Para trader saat ini mengantisipasi pelonggaran suku bunga oleh The Federal Reserve sebesar 110 basis poin (bps) tahun ini. CME FedWatch Tools menunjukkan peluang pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps pada bulan September hampir 70%, turun dari 85% pada awal pekan ini. Para pembuat kebijakan Federal Reserve menegaskan bahwa meskipun data pekerjaan bulan Juli lebih lemah dari perkiraan, ekonomi belum memasuki resesi. Namun, mereka juga memperingatkan bahwa pemangkasan suku bunga mungkin diperlukan untuk mencegah resesi.

Pemprov Sulsel

Di dalam negeri, sentimen positif datang dari laporan cadangan devisa Indonesia. Bank Indonesia mengumumkan cadangan devisa per akhir Juli 2024 mencapai US$145,4 miliar, meningkat dari posisi akhir Juni 2024 yang sebesar US$140,2 miliar. Cadangan devisa ini cukup untuk membiayai 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Pada perdagangan akhir pekan hari ini, Jumat (09/08) diprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif namun tetap menguat dalam rentang Rp15.980-Rp16.050 per dolar AS dalam waktu dekat. Rupiah terus menunjukkan tren penguatan, masih bertahan di bawah Rp16.000 per dolar AS. Sentimen dovish dari Federal Reserve dan data positif domestik mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

Menurut Bloomberg, pada perdagangan kemarin, rupiah spot menguat sekitar 0,88% ke level Rp15.893 per dolar AS. Rupiah Jisdor Bank Indonesia juga mencatatkan penguatan 0,92% ke level Rp15.952 per dolar AS. Penguatan rupiah didorong oleh pelemahan dolar AS, di tengah kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi AS yang masih menghadapi tingkat pengangguran tinggi dan inflasi yang belum mereda, serta kekhawatiran resesi.

Investor berharap The Fed akan segera menurunkan suku bunga acuan setelah pertemuan bank sentral akhir Juli lalu yang mengindikasikan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada September mendatang. Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia sedikit meningkat pada Juli 2024 dibandingkan dengan Juni 2024, menunjukkan indeks keyakinan konsumen bulan Juli sebesar 123,4, naik tipis dari 123,3 pada bulan sebelumnya.

Investor sangat mengantisipasi data klaim pengangguran AS yang akan dirilis pada Kamis malam. Kekhawatiran resesi di Amerika Serikat semakin meningkat akibat pelemahan sektor tenaga kerja yang signifikan.

Meskipun demikian, dolar AS masih memiliki peran tradisional sebagai aset safe-haven jika pasar terus bergejolak atau jika terjadi peningkatan ancaman geopolitik di Timur Tengah. Selain itu, fenomena “Trump trade” dapat kembali terjadi, di mana investor menaruh dana pada aset seperti dolar AS atau Bitcoin, yang pada akhirnya dapat menguatkan nilai aset tersebut jika Donald Trump kembali terpilih sebagai presiden.

Para trader saat ini mengantisipasi pelonggaran suku bunga sebesar 110 basis poin (bps) dari The Fed sepanjang tahun ini. Menurut CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps pada bulan September mencapai hampir 70%, turun dari 85% di awal pekan ini.

Para pembuat kebijakan bank sentral AS pada awal pekan ini menolak anggapan bahwa data pekerjaan bulan Juli yang lebih lemah dari perkiraan menandakan ekonomi sedang menuju resesi. Namun, mereka juga memperingatkan perlunya pemangkasan suku bunga untuk menghindari hasil tersebut.

Sementara itu, Wakil Gubernur Bank of Japan, Shinichi Uchida, menyatakan bahwa BOJ tidak akan menaikkan suku bunga saat pasar tidak stabil. Pernyataannya ini meningkatkan optimisme bahwa suku bunga Jepang tidak akan naik setajam yang diperkirakan sebelumnya.

Di dalam negeri, sentimen positif datang dari cadangan devisa Indonesia per akhir Juli 2024. Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa Indonesia mencapai US$145,4 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024 sebesar US$140,2 miliar. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.

Kenaikan cadangan devisa ini menunjukkan ketahanan sektor eksternal dan stabilitas makroekonomi Indonesia.

Cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, melebihi standar kecukupan internasional yang sekitar tiga bulan impor.

Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa yang memadai ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI optimis cadangan devisa akan tetap cukup untuk mendukung ketahanan sektor eksternal.

Sebelumnya, pada perdagangan Rabu (07/08), rupiah berada di level Rp16.110/US$, menguat 0,31% dari penutupan perdagangan sebelumnya di Rp16.160/US$.

Di Sisi lain, Sahm Rule Indicator, indikator yang sering digunakan untuk mendeteksi resesi di AS, menunjukkan kenaikan konsisten selama tiga bulan berturut-turut sejak Mei 2024, mencapai 0,53% pada Juli 2024.

Sejarah menunjukkan bahwa setelah peringatan Sahm Rule muncul atau indikator mencapai 0,50 poin persentase, angka pengangguran cenderung meningkat, yang telah terjadi sejak 1953 tanpa kesalahan dalam mendeteksi resesi.

Dengan kemungkinan resesi di AS dan survei CME FedWatch Tool yang menunjukkan The Fed kemungkinan besar akan memangkas suku bunganya pada bulan September, tekanan terhadap rupiah diperkirakan akan semakin minim. Aliran modal asing diperkirakan akan kembali masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga mendukung penguatan rupiah lebih lanjut.

Potensi penguatan rupiah ke bawah Rp16.110 masih terbuka luas karena nilai tukar rupiah saat ini masih undervalued atau berada di bawah harga pasar.

PDAM Makassar