kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Stagnan Pasca Pemangkasan Suku Bunga BI, Pasar Menunggu Langkah The Fed

Rupiah Diprediksi Tertekan Akibat Sentimen Konsumen AS yang Menguat
Ilustrasi KabarMakassar
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan tetap stabil setelah keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan.

Pada perdagangan Rabu (18/09) kemarin, nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp15.335 per USD, tidak mengalami perubahan dari penutupan hari sebelumnya. Pemangkasan suku bunga acuan BI sebesar 25 basis poin menjadi 6,00% dinilai telah tercermin dalam harga pasar, sehingga tidak berdampak signifikan pada nilai tukar rupiah hari ini.

Pemprov Sulsel

Rupiah Stabil Meski Ada Penurunan Suku Bunga BI

Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 6,25% menjadi 6,00%. Pemangkasan ini merupakan yang pertama sejak Februari 2021, setelah BI sempat menaikkan suku bunga sebesar 275 basis poin selama periode Agustus 2022 hingga April 2024. Langkah ini diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah inflasi yang terkendali, serta menjaga daya saing perekonomian Indonesia.

Meskipun BI telah memangkas suku bunga, nilai tukar rupiah tidak banyak bergerak karena pasar telah memperhitungkan kemungkinan ini. Menurut data Bloomberg, pada akhir perdagangan rupiah tetap stabil di level Rp15.335 per dolar AS, dengan indeks dolar AS yang turun sebesar 0,16% ke posisi 100,59. Beberapa mata uang Asia lainnya juga mencatatkan penguatan serupa, termasuk yen Jepang yang naik 0,11%, dolar Taiwan yang menguat 0,36%, dan won Korea yang naik 0,25%.

Pengaruh Suku Bunga The Fed dan Prospek Rupiah ke Depan

Pasar keuangan global saat ini sedang menanti keputusan dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dipimpin oleh The Fed terkait suku bunga acuan AS. Ada ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin pada pertemuan ini. Jika pemotongan hanya sebesar 25 basis poin, dampaknya terhadap rupiah mungkin terbatas, dengan pergerakan dalam kisaran Rp15.300 hingga Rp15.500 per dolar AS dalam beberapa minggu ke depan.

Namun, jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin, rupiah berpotensi mengalami penguatan lebih lanjut. Ekspektasi ini didorong oleh data ekonomi AS yang menunjukkan pelambatan, termasuk inflasi yang melandai dan data ketenagakerjaan yang menunjukkan angka pengangguran yang tinggi. Hal ini membuat pelaku pasar memprediksi bahwa The Fed akan lebih agresif dalam memangkas suku bunganya.

Surplus Neraca Perdagangan dan Kuatnya Ekonomi Indonesia

Selain menurunkan suku bunga, Bank Indonesia juga melaporkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut hingga Agustus 2024. Surplus ini tercatat berlangsung selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus neraca perdagangan tersebut dinilai menjadi faktor pendukung utama ketahanan eksternal perekonomian Indonesia, yang turut memberikan stabilitas terhadap nilai tukar rupiah.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa BI akan terus mengoptimalkan instrumen moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah-langkah tersebut termasuk penggunaan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) guna menarik aliran modal asing dan memperkuat rupiah.

“Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan akan cenderung terus menguat seiring dengan imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif,” ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu (18/09).

Kinerja Mata Uang Asia Beragam

Pada perdagangan Rabu, sejumlah mata uang Asia bergerak variatif. Mata uang seperti rupee India dan yen Jepang mencatat penguatan masing-masing sebesar 0,15% dan 0,36%. Sementara itu, ringgit Malaysia juga menguat 0,51%, menunjukkan daya tarik pasar negara berkembang di tengah ketidakpastian global.

Di sisi lain, beberapa mata uang mengalami pelemahan terhadap dolar AS, seperti dolar Taiwan yang turun 0,34% dan peso Filipina yang melemah 0,08%. Meski demikian, tren positif pada mata uang regional masih didorong oleh optimisme terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar dari bank sentral utama dunia, termasuk The Fed dan Bank Indonesia.

Keputusan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan pada Rabu (18/09) menjadi sorotan pasar, namun belum memberikan dampak signifikan pada nilai tukar rupiah yang tetap stabil. Dengan prospek penurunan suku bunga The Fed dan kondisi ekonomi domestik yang solid, rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran yang terbatas dalam beberapa minggu ke depan. Stabilitas ini didukung oleh surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut serta komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi melalui berbagai instrumen moneter yang tersedia.