kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Menguat Ditopang Dana Asing dan Data Inflasi

Rupiah Tertekan Sepekan Imbas Sentimen Global Tak Menentu
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (01/07) kemarin. Kenaikan ini didukung oleh aliran dana asing yang masuk dan data inflasi yang positif.

Menurut data dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,31% ke level Rp16.320/US$, mencatatkan apresiasi selama tiga hari berturut-turut dan mencapai posisi terkuat sejak 13 Juni 2024.

Pemprov Sulsel

Selain itu, indeks dolar AS (DXY), yang mencerminkan nilai tukar dolar terhadap enam mata uang utama dunia, melemah 0,24% ke posisi 105,61 pada pukul 15:05 WIB. Ini merupakan penurunan dari 105,86 pada hari sebelumnya (28/06), memberikan dukungan tambahan bagi penguatan rupiah.

Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa investor asing melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp19,69 triliun dari 24 hingga 27 Juni 2024. Aliran dana tersebut terdiri dari pembelian bersih Rp8,30 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Rp2,23 triliun di pasar saham, dan Rp9,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Angka ini hampir mencapai Rp20 triliun, sebuah jumlah yang signifikan dan mencerminkan kepercayaan tinggi investor asing terhadap pasar keuangan Indonesia.

Selama tahun 2024, hingga 27 Juni, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp36,46 triliun di pasar SBN dan Rp9,78 triliun di pasar saham, namun melakukan pembelian bersih sebesar Rp123,21 triliun di SRBI. Angka-angka ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan jual di beberapa segmen, daya tarik SRBI tetap kuat dan menjadi penopang utama bagi stabilitas dan penguatan rupiah.

Selain aliran dana asing, data inflasi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) juga memberikan sentimen positif bagi pasar. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia untuk Juni 2024 mencatat deflasi sebesar 0,08% secara bulanan (month-to-month), setelah pada Mei juga mengalami deflasi sebesar 0,03%. Secara tahunan (year-on-year), inflasi tercatat naik 2,51%, turun dari 2,84% pada Mei.

Target inflasi oleh BI untuk tahun 2024 berada dalam kisaran 1,5-3,5%. Dengan inflasi yang masih berada dalam rentang tersebut, pelaku pasar melihat ini sebagai tanda positif bahwa tekanan harga dapat terjaga dengan baik, yang mendukung stabilitas ekonomi dan penguatan rupiah.

Pada awal perdagangan di semester kedua 2024, rupiah menguat 0,33% ke level Rp16.321 per dolar AS. Penguatan rupiah ini berlawanan dengan mayoritas mata uang Asia yang melemah. Maybank memperkirakan bahwa kurs rupiah menunjukkan potensi penguatan dengan level support di Rp16.250 per dolar AS, didorong oleh perkembangan eksternal terkait AS dan Eropa.

Rupiah memimpin penguatan mata uang Asia pada hari ini, diikuti oleh dolar Singapura, ringgit Malaysia, dan baht Thailand. Sementara itu, mata uang seperti won Korea, dolar Taiwan, yen Jepang, peso Filipina, rupee India, dolar Hong Kong, dan yuan China mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Indeks dolar AS melemah ke 105,64 dari 105,87 pada akhir pekan lalu, mencerminkan penurunan nilai tukar dolar terhadap mata uang utama dunia.

Selain itu, pasar juga mengantisipasi pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari ini, Selasa (02/07) dan rilis risalah pertemuan The Fed Juni pada Rabu (03/07) besok.

Data nonfarm payrolls untuk bulan Juni yang akan dirilis pada Jumat (05/07) juga menjadi fokus utama pelaku pasar, karena data ini akan memberikan indikasi lebih lanjut tentang kondisi pasar tenaga kerja AS dan kemungkinan arah kebijakan moneter The Fed.

Menyusul data inflasi yang dirilis, dana berjangka Fed sedikit meningkatkan kemungkinan pelonggaran pada September menjadi sekitar 67%, dari sekitar 65% pada akhir Kamis (27/6), menurut perhitungan LSEG. Pasar juga memperkirakan antara satu atau dua kali penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin setiap tahunnya pada tahun ini.

Penguatan rupiah yang berkelanjutan mencerminkan sentimen positif pasar terhadap stabilitas ekonomi Indonesia dan daya tarik aset-aset domestik bagi investor asing. Dukungan dari aliran dana asing dan data inflasi yang terkendali menjadi faktor utama yang mendorong apresiasi rupiah, meskipun ada tantangan dari perkembangan ekonomi global.

Secara keseluruhan, penguatan rupiah menegaskan keyakinan pasar terhadap ekonomi Indonesia, yang didukung oleh aliran dana asing dan data ekonomi yang menunjukkan stabilitas. Pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan terus menjaga kondisi ekonomi yang kondusif untuk mempertahankan kepercayaan investor dan stabilitas nilai tukar rupiah ke depan.