KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat signifikan, pada perdagangan Selasa (20/08) kemarin. Rupiah mencatatkan penguatan sebesar 114 poin atau 0,74 persen ke level Rp15.435 per dolar AS.
Rupiah sebelumnya dibuka pada level Rp15.513 per dolar AS, namun berhasil menunjukkan performa yang solid seiring dengan berbagai sentimen positif yang mendukung penguatan mata uang Indonesia ini.
Penguatan rupiah kali ini tidak lepas dari perhatian investor yang tengah menunggu keputusan Federal Reserve (The Fed) terkait suku bunga. Sebagian besar ekonom yang disurvei oleh Reuters memprediksi bahwa The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada tiga pertemuan terakhir di tahun 2024, lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya. Meskipun potensi resesi di Amerika Serikat dipandang kecil, sinyal pelonggaran kebijakan ini telah memberi tekanan pada dolar AS.
Anggota The Fed seperti Mary Daly dan Austan Goolsbee telah mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September. Hal ini semakin diperkuat oleh ekspektasi bahwa Ketua The Fed Jerome Powell akan memberikan pernyataan dovish dalam pidatonya di Jackson Hole akhir pekan ini. Investor berspekulasi bahwa Powell mungkin mengakui perlunya penurunan suku bunga untuk mendukung ekonomi AS.
Dari sisi eksternal lainnya, People’s Bank of China (PBoC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap tidak berubah. Meskipun keputusan ini sesuai dengan perkiraan pasar, beberapa pedagang kecewa karena berharap adanya penurunan suku bunga lebih lanjut setelah langkah tak terduga PBoC memangkas suku bunga pada bulan Juli lalu. Hal ini menciptakan sentimen campuran di pasar keuangan Asia.
Selain itu, situasi geopolitik yang memanas di Timur Tengah juga memberikan dampak terhadap nilai tukar global. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menerima proposal dari Washington untuk meredakan ketegangan di Gaza, namun kelompok Hamas justru meningkatkan serangan, meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih luas di wilayah tersebut.
Di dalam negeri, ekonomi Indonesia terus menunjukkan stabilitas di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, meskipun pertumbuhannya relatif stagnan di sekitar 5 persen. Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraannya menyatakan bahwa kondisi ini tetap patut disyukuri mengingat banyak negara lain mengalami pertumbuhan yang jauh lebih lambat atau bahkan mengalami kontraksi ekonomi. Kebijakan ekonomi Jokowi lebih fokus pada stabilitas daripada ekspansi cepat, guna mencegah penurunan yang lebih tajam sebagaimana yang dialami pada akhir masa pemerintahan sebelumnya.
Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan memberikan pernyataan penting pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan berlangsung pada pekan ini. Pasar tengah menantikan kebijakan moneter yang akan diambil oleh BI, terutama setelah The Fed mengisyaratkan pemangkasan suku bunga pada bulan September.
Sejak Agustus 2022, BI telah menaikkan suku bunga sebesar 275 basis poin, dari 3,5 persen menjadi 6,25 persen. Namun, jika BI mengikuti langkah The Fed dalam menurunkan suku bunga, hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit dan ekonomi domestik.
Sentimen positif ini diperkirakan akan terus memberikan dorongan bagi rupiah dalam beberapa waktu ke depan. Rupiah diproyeksikan akan bergerak fluktuatif, namun tetap berada dalam rentang penguatan di level Rp15.350 hingga Rp15.450 per dolar AS.
Secara keseluruhan, laju rupiah yang menguat ini menunjukkan respons pasar yang optimis terhadap berbagai perkembangan global dan domestik, terutama terkait kebijakan moneter The Fed dan Bank Indonesia. Dengan situasi geopolitik yang masih berkembang dan kebijakan ekonomi yang terus dipantau, nilai tukar rupiah diperkirakan akan tetap dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal dalam jangka pendek.
Sebelumnya, Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan awal pekan ini, Senin (19/08), didukung oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga AS pada September mendatang. Pada pembukaan perdagangan pagi kemarin, rupiah menguat 68 poin atau 0,43 persen, dari sebelumnya Rp15.693 per dolar AS menjadi Rp15.625 per dolar AS.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS didorong oleh pelemahan beberapa data ekonomi AS, seperti data tenaga kerja, inflasi, dan perumahan. Menurut CME FedWatch tools, peluang penurunan suku bunga AS pada September 2024 sebesar 25 basis poin.
Pada Jumat malam lalu, data pembangunan rumah AS untuk bulan Juli menunjukkan penurunan sebesar 6,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat AS yang mendukung kebijakan pemangkasan suku bunga acuan untuk memulihkan ekonomi AS.
Potensi penguatan rupiah ke arah Rp15.600 per dolar AS dengan level resistensi di sekitar Rp15.720 per dolar AS. Penguatan ini juga didorong oleh sentimen positif dari domestik, di mana pasar merespon positif reshuffle kabinet oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta.
Tiga menteri dan seorang wakil menteri dilantik dalam reshuffle kali ini, yakni Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rosan Roeslani sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM, Supratman Andi Agtas sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), dan Angga Raka Prabowo sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika.