kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Menguat di Tengah Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Rupiah Tertekan Sepekan Imbas Sentimen Global Tak Menentu
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan pada awal perdagangan kemarin, Rabu (03/07), di tengah harapan bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), akan memangkas suku bunganya dua kali tahun ini. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka pada level Rp16.360 per dolar AS, menguat 0,02 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.

Optimisme Pasar terhadap Kebijakan The Fed

Pemprov Sulsel

Para pelaku pasar semakin optimis bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali hingga akhir tahun 2024. Meskipun The Fed menyatakan akan menunggu hingga inflasi benar-benar terkendali, data dari perangkat Fedwatch menunjukkan bahwa pemangkasan pertama diproyeksikan terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin, dengan peluang sebesar 59,9 persen, menurunkan suku bunga ke kisaran 5,00 persen – 5,25 persen. Pemangkasan kedua diperkirakan terjadi pada pertemuan Desember, kembali sebesar 25 basis poin, menjadi 4,75 persen – 5,00 persen.

Pandangan Jerome Powell dan Data Inflasi

Ketua Federal Reserve Jerome Powell menekankan bahwa bank sentral AS masih memerlukan lebih banyak data sebelum memutuskan untuk memangkas suku bunga. Dalam konferensi kebijakan moneter di Portugal yang disponsori oleh Bank Sentral Eropa, Powell mengatakan bahwa The Fed ingin memastikan bahwa inflasi yang lebih rendah baru-baru ini mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya. Data inflasi bulan Mei menunjukkan tidak adanya peningkatan, dengan tingkat kenaikan harga tahunan menurun menjadi 2,6 persen, masih di atas target The Fed sebesar 2 persen namun dalam tren penurunan.

“Kami hanya ingin memastikan bahwa angka yang kami lihat benar-benar mencerminkan apa yang terjadi dengan inflasi,” ujar Powell. Ia menambahkan bahwa The Fed akan terus memantau data ekonomi untuk memastikan langkah yang tepat dalam menentukan kebijakan suku bunga di masa mendatang.

Penutupan Perdagangan Rupiah

Pada penutupan perdagangan Rabu kemarin, rupiah ditutup menguat 25 poin atau 0,15 persen ke level Rp16.371 per dolar AS, setelah sempat dibuka di level Rp16.388 per dolar AS.

Menurut data Bloomberg, pergerakan dolar AS dipengaruhi oleh pernyataan Jerome Powell yang mengindikasikan kemungkinan dimulainya siklus pelonggaran moneter pada akhir tahun ini. Pernyataan tersebut memperkuat harapan pasar bahwa suku bunga akan turun, memberikan tekanan pada dolar AS dan mendukung penguatan mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Data Lowongan Pekerjaan AS dan Pengaruhnya

Selain pernyataan Powell, data lowongan pekerjaan di AS juga mempengaruhi pergerakan mata uang. Data dari Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) menunjukkan peningkatan lowongan pekerjaan sebanyak 221.000 menjadi 8,14 juta pada akhir bulan Mei. Menyusul laporan JOLTS dan pernyataan Powell, peluang penurunan suku bunga berjangka meningkat menjadi 69 persen pada bulan September, naik dari sekitar 63 persen pada hari Senin, menurut perhitungan LSEG.

Dampak pada Imbal Hasil Obligasi dan Pasar Eropa

Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik hampir 14 basis poin menjadi 4,479 persen semalam. Kenaikan ini dikaitkan dengan ekspektasi bahwa Donald Trump akan memenangkan Pemilu Presiden AS, yang diperkirakan akan mendorong tarif lebih tinggi dan pinjaman pemerintah yang lebih besar.

Di Eropa, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde menyatakan bahwa zona euro berada pada jalur disinflasi yang maju, meskipun masih ada kekhawatiran mengenai prospek pertumbuhan ekonomi. Inflasi di kawasan tersebut melambat bulan lalu, namun tekanan harga pada sektor jasa masih tetap tinggi. Lagarde menyebutkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih ada tantangan yang perlu dihadapi untuk memastikan stabilitas ekonomi.

Utang Pemerintah Indonesia dan Rasio terhadap PDB

Dari dalam negeri, Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024, meningkat sebesar Rp14,59 triliun dibandingkan bulan sebelumnya. Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tercatat sebesar 38,71 persen, masih berada di bawah batas aman 60 persen PDB yang ditetapkan dalam UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa posisi utang pemerintah masih dalam batas aman dan terkelola dengan baik. “Kita terus memantau dan memastikan bahwa pengelolaan utang tetap dalam batas yang aman dan sesuai dengan strategi pengelolaan utang jangka menengah,” ujar Sri Mulyani.

Proyeksi Pergerakan Rupiah

Berdasarkan proyeksi data, mata uang rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif pada perdagangan berikutnya, namun diharapkan kembali menguat di rentang Rp16.320-Rp16.440. Para analis memperkirakan bahwa sentimen positif dari luar negeri serta kebijakan fiskal dan moneter yang stabil di dalam negeri akan terus mendukung penguatan rupiah.

Pada pembukaan perdagangan kemarin, kurs rupiah dibuka pada level Rp16.385,50 per dolar AS, menguat sebanyak 11 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.396. Sepanjang perdagangan pagi kemarin rupiah bergerak dalam rentang Rp16.380 hingga Rp16.389,50. Secara year-to-date (YTD), rupiah menunjukkan pelemahan sebesar 6,37 persen.

Rupiah berpotensi menguat lebih lanjut terhadap dolar AS menyusul pidato dovish Ketua The Fed Jerome Powell. Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah setelah pidato Kepala The Fed Powell yang relatif lebih dovish. Namun, penguatan rupiah kemungkinan akan terbatas mengingat data tenaga kerja AS terbaru yang menunjukkan kekuatan lebih dari perkiraan sebelumnya.

Dengan demikian, pasar keuangan Indonesia tetap optimis namun waspada terhadap perkembangan kebijakan moneter global dan data ekonomi domestik yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah di masa mendatang.

Kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia dan prospek kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed menjadi faktor penting yang mendukung penguatan rupiah. Investor diharapkan terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.