KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) mengalami penguatan pada penutupan perdagangan Rabu (17/07) kemarin setelah sebelumnya mengalami pelemahan selama dua hari berturut-turut.
Menurut data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp16.100 per USD, naik sebanyak 79 poin atau 0,49 persen dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp16.179 per USD.
Penguatan ini menunjukkan pergerakan positif setelah beberapa hari terakhir rupiah tertekan. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah sempat mencapai penguatan hingga 80 poin sebelum akhirnya ditutup pada kenaikan 79 poin. Pergerakan ini memberikan angin segar bagi perekonomian nasional yang sempat mengalami tekanan dari ketidakpastian global.
Di ranah global, salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar adalah pernyataan Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.
Powell mengindikasikan bahwa inflasi akan terus turun dan memberikan sinyal kemungkinan penurunan suku bunga tanpa harus menunggu inflasi mencapai target dua persen. Hal ini memberikan dorongan positif bagi pasar, yang sebelumnya diliputi kekhawatiran akan kebijakan moneter yang lebih ketat.
Selain itu, fokus pasar juga tertuju pada pemilihan Presiden AS setelah insiden upaya pembunuhan terhadap Donald Trump. Ketidakpastian politik ini menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan kepresidenan Trump, yang juga mengguncang pasar saham Tiongkok dalam beberapa sesi terakhir. Ketidakpastian ini menambah volatilitas di pasar global dan turut mempengaruhi pergerakan mata uang.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di angka 6,25 persen.
Hal ini menandakan keputusan ini sudah bertahan selama tiga bulan sejak kenaikan terakhir pada April 2024. BI juga optimis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, memproyeksikan pertumbuhan di kisaran 4,7-5,5 persen hingga akhir 2024, lebih tinggi dibandingkan asumsi makro APBN 2024 yang sebesar 5,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan akan terus didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi, yang memberikan sentimen positif bagi pasar dan turut mendorong penguatan rupiah. BI juga terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, termasuk melalui bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.
Penguatan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang ditempuh BI dalam upaya memitigasi dampak global. Berdasar data yang baru dirilis BI usai RDG pada Rabu(17/07 kemarin), hingga Selasa (16/07), nilai tukar rupiah menguat 1,21 persen dibandingkan posisi akhir Juni 2024.
Penguatan ini didukung oleh komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan fundamental perekonomian Indonesia yang kuat. Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah melemah 4,84 persen dari level akhir Desember 2023, namun ini lebih rendah dibandingkan pelemahan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea yang masing-masing melemah sebesar 5,14 persen, 5,44 persen, dan 7,03 persen.
Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak stabil dengan kecenderungan menguat, didorong oleh imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik.
Komitmen BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah juga diharapkan terus mendorong aliran masuk modal asing.
Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI. BI juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sesuai dengan PP Nomor 36 Tahun 2023. Koordinasi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk informasi, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Beberapa langkah strategis yang diambil antara lain:
1. Penguatan Strategi Operasi Moneter Pro-Market : Bank Indonesia akan meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dalam stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui struktur suku bunga di pasar uang Rupiah. Ini bertujuan menjaga daya tarik imbal hasil dan meningkatkan aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik.
“Optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) juga akan terus dilakukan untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan likuiditas pasar,” jelas Perry.
2. Penguatan Strategi Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah : Upaya ini dilakukan melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Selain itu, strategi transaksi term-repo dan swap valas yang kompetitif juga diperkuat guna menjaga kecukupan likuiditas perbankan.
3. Penguatan Publikasi Asesmen Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) : Pendalaman suku bunga kredit akan difokuskan berdasarkan sektor prioritas kebijakan insentif likuiditas makroprudensial.
4. Penguatan Inovasi dan Akseptasi Layanan Pembayaran Digital: Langkah ini termasuk inklusi ekonomi dan keuangan UMKM serta literasi dan perlindungan konsumen melalui penyelenggaraan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) x Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024.