kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Melemah, The Fed dan Geopolitik Global Jadi Sorotan

Rupiah Merosot ke Level Rp15.912, Pelaku Pasar Pantau Kebijakan AS
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pada penutupan perdagangan Selasa (27/08) Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar 56,5 poin, menetap di level 15.495 per dolar AS. Penurunan ini sudah terlihat sejak awal perdagangan hari itu.

Rupiah diprediksi akan berfluktuasi pada perdagangan hari ini, Rabu (28/08), dengan potensi penguatan di kisaran 15.420 hingga 15.520 per dolar AS. Pergerakan mata uang akan tetap fluktuatif, tetapi ada kemungkinan penutupan dengan penguatan.

Pemprov Sulsel

Dari sisi eksternal, penguatan dolar AS yang terjadi secara tipis dipicu oleh ketegangan di Timur Tengah dan optimisme investor terhadap kemungkinan penurunan suku bunga AS yang semakin dekat. Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam pidatonya baru-baru ini mengindikasikan bahwa langkah penurunan suku bunga bisa terjadi pada pertemuan FOMC di bulan September. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Gubernur The Fed San Francisco, Mary Daly, yang mengisyaratkan potensi penurunan sebesar seperempat poin persentase pada bulan depan.

Kenaikan suku bunga yang agresif dari The Fed selama dua tahun terakhir telah memperkuat dolar AS, membuat mata uang lainnya, termasuk rupiah, berada di bawah tekanan. Ibrahim menyatakan bahwa pasar telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga yang akan datang dan memprediksi adanya pelonggaran hingga 100 basis poin pada akhir tahun.

Dari sisi domestik, rupiah juga terpengaruh oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang disampaikan oleh Bank Indonesia (BI). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksikan berada di kisaran 4,7 hingga 5,5 persen, sedikit berbeda dari pertumbuhan pada kuartal kedua 2024 yang tercatat sebesar 5,05 persen secara tahunan.

Pertumbuhan ini didukung oleh permintaan domestik yang kuat dan peningkatan kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga, sebagai kontributor utama pertumbuhan, tumbuh 4,93 persen (yoy) berkat adanya libur hari besar keagamaan dan libur sekolah yang lebih panjang.

Ibrahim menilai bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi, pemerintah perlu mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga, terutama setelah berakhirnya dampak musiman seperti hari besar keagamaan nasional dan pemilu pada semester pertama 2024.

Bank Indonesia juga memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah pada tahun 2025 akan berada di rentang Rp 15.300 hingga Rp 15.700 per dolar AS. Proyeksi ini berbeda dengan asumsi pemerintah dalam RAPBN 2025 yang menetapkan nilai tukar di level Rp 16.100 per dolar AS.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa penurunan suku bunga acuan oleh The Fed sebesar 50 basis poin di tahun 2024 dan tambahan 75 basis poin di tahun 2025 akan memberikan dampak positif berupa peningkatan aliran modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Kondisi ini diperkirakan akan menurunkan imbal hasil US Treasury 10 tahun, yang pada gilirannya akan mendorong masuknya modal ke pasar negara berkembang.

Perry juga menekankan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat, dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di sekitar 5 persen dan inflasi yang terjaga sesuai target, yaitu di kisaran 2,5 persen plus minus 1 persen. “Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inflasi yang rendah memberikan persepsi positif bagi investor untuk menanamkan portofolio dan investasi di Indonesia,” jelasnya.

Selain itu, imbal hasil surat berharga negara (SBN) juga diprediksi tetap menarik, meskipun yield US Treasury 10 tahun diperkirakan berada di angka 3,6 persen tahun depan. BI terus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, terutama terkait penerbitan SBN dan sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI), untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan menguatkan rupiah.

Namun, Perry mengingatkan bahwa risiko defisit transaksi berjalan yang diperkirakan akan naik menjadi 0,5 hingga 1,3 persen dari PDB pada tahun depan perlu diwaspadai, terutama mengingat volatilitas kondisi geopolitik yang bisa mempengaruhi pergerakan mata uang.

Sebelumnya, Nilai tukar rupiah berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini. Senin (26/8/2024), rupiah ditutup menguat 0,34% ke level Rp15.439 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya di Rp15.492 per dolar AS pada Jumat (23/8/2024).

Penguatan rupiah dan mata uang emerging markets lainnya didorong oleh pernyataan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang memberikan sinyal bahwa pembalikan kebijakan moneter AS sudah mendekati waktunya. Pernyataan Powell yang disampaikan dalam Simposium Jackson Hole akhir pekan lalu menciptakan optimisme di pasar bahwa pemangkasan suku bunga AS mungkin akan segera dilakukan.

Seiring dengan pernyataan tersebut, mayoritas mata uang Asia pun mengalami penguatan terhadap dolar AS. Peso Filipina memimpin dengan kenaikan sebesar 0,7%, diikuti oleh ringgit Malaysia, dolar Taiwan, yen Jepang, rupiah, won Korea, yuan China, dan rupee India. Namun, beberapa mata uang seperti dolar Singapura, baht Thailand, dan dolar Hong Kong justru melemah tipis, masing-masing kurang dari 0,1%.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, melemah ke posisi 100,71—level terendahnya sejak Juli 2023 atau dalam 13 bulan terakhir. Pelemahan ini semakin memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan segera menurunkan suku bunga.

Berdasarkan data dari Refinitiv, rupiah pada Senin (26/8) menguat lebih lanjut ke level Rp15.425 per dolar AS, mencatatkan kenaikan sebesar 0,39% dibandingkan dengan penutupan pekan lalu. Penguatan ini menjaga posisi rupiah sebagai salah satu mata uang yang paling stabil di kawasan Asia sejak awal tahun.

Pengaruh positif dari pernyataan Powell diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang pekan ini. Pelaku pasar akan terus memantau rilis data inflasi inti (core PCE) AS pada Jumat (30/8/2024) yang menjadi indikator penting dalam menentukan prospek pemangkasan suku bunga Fed. Jika data inflasi tersebut berada di kisaran 0,10% hingga 0,15% secara bulanan, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga sebesar 100 basis poin di akhir tahun 2024 kemungkinan akan semakin kuat.

Dari dalam negeri, situasi politik yang mulai mereda turut memberikan dukungan bagi stabilitas rupiah. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk secara resmi mengadopsi Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) melalui PKPU No. 10/2024 membantu meredakan ketidakpastian politik. Keputusan ini termasuk revisi terhadap ambang batas pencalonan kepala daerah dan syarat minimum usia calon, yang berdampak signifikan pada peta politik lokal.