KabarMakassar.com — Saat membuka perdagangan akhir pekan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau kembali melemah. Mengacu pada data Bloomberg, rupiah melemah 34,5 poin atau 0,22% menjadi Rp15.618 per dolar AS pada pagi hari ini, Jumat (25/10).
Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah juga tercatat melemah 34 poin menjadi Rp15.609 per dolar AS, dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di posisi Rp15.575 per dolar AS.
Hari ini, rupiah diperkirakan akan bergerak di level Rp15.574 hingga Rp15.614 per dolar AS. Melansir dari Investing.com, permintaan terhadap dolar AS meningkat seiring dengan data ekonomi terbaru yang menunjukkan bahwa ekonomi AS bertahan dengan cukup baik.
Ini mengindikasikan bahwa Federal Reserve mungkin akan kurang agresif dalam kebijakan moneter mereka dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.
Beige Book Federal Reserve, yang dirilis pada hari Rabu, mencatat bahwa aktivitas ekonomi tidak banyak berubah sejak awal September, dengan pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda kekuatan.
Prospek ekonomi yang stabil ini terjadi di tengah serangkaian data ekonomi yang lebih kuat, termasuk laporan pekerjaan dan penjualan ritel bulan September.
Saat ini, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga kurang dari 50 basis poin untuk sisa tahun ini, yang menunjukkan kemungkinan pemangkasan sebesar 25 basis poin pada bulan November.
Selain itu, mendekatnya pemilihan presiden AS juga berkontribusi pada penguatan dolar AS, karena investor semakin memposisikan diri menjelang pemungutan suara awal bulan depan.
Adapun pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (24/10), Beberapa mata uang Asia lainnya mencatatkan penguatan seperti yen Jepang yang menguat 0,38%, dolar Singapura 0,23%, dan dolar Taiwan 0,02%.
Namun, ada juga mata uang kawasan yang mengalami pelemahan, seperti peso Filipina dan ringgit Malaysia, yang masing-masing terkoreksi 0,05% dan 0,03%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan bahwa pergerakan rupiah pada penutupan perdagangan kemarin dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga lanjutan dari The Fed akhir tahun ini.
“Pasar memperkirakan peluang 88,9% untuk pemotongan 25 basis poin pada pertemuan Fed November, dengan peluang 11,1% bahwa bank sentral mempertahankan suku bunga tetap stabil,” ujar Ibrahim dalam siaran pers pada Kamis (24/10).
Di sisi lain, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan inflasi Indonesia akan stabil di level 2,3% hingga akhir tahun 2024.
Dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2024, IMF juga meramalkan inflasi Indonesia di tahun 2025 berada di level 2,5%. Untuk tingkat inflasi global, diproyeksikan mencapai 3,5% pada akhir tahun 2025, sedikit di bawah rata-rata 3,6% antara 2000 dan 2019.
Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tetap stabil di angka 3,2% untuk tahun 2024 dan 2025. Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk memperkuat efektivitas kebijakan moneter demi menjaga inflasi tahun 2024 dan 2025 tetap terkendali dalam sasaran 2,5%.