kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Melemah, Pengamat: Potensi Menyebabkan Cost Push Inflation

Suku Bunga BI Naik, Potensi "Senggol" Investasi Sektor Rill
Pengamat Ekonomi Uinam, Murtiadi Awaluddin.
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar Rupiah masih mengalami pelemahan terhadap Dollar, mata uang rupiah masih ditutup melemah pada rentang Rp16.160-Rp16.250 per dolar AS pada Rabu (17/4).

Pengamat Ekonomi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (Uinam), Murtiadi Awaluddin, menyatakan bahwa sektor importir menjadi yang paling terdampak langsung oleh pelemahan Rupiah terhadap Dollar.

Pemprov Sulsel

Menurut Murtiadi, ketergantungan terhadap bahan baku impor akan berdampak pada kenaikan harga beberapa komoditas. Contohnya, kacang kedelai yang menjadi bahan baku utama untuk produk seperti tempe dan tahu diprediksi akan mengalami kenaikan harga akibat naiknya biaya impor.

“Yang pertama kena dampak ekonomi adalah produk-produk kacang kedelai, seperti tempe tahu, tentu akan ada koreksi disitu, karena biaya impor yang naik,” katanya.

Selain kedelai, gandum juga berpotensi turut terdampak apalagi kebutuhan gandum cukup besar. Termasuk pada produk turunan gandum seperti tepung terigu dan roti.

“Fenomena ini disebut Cost Push Inflation, inflasi karena adanya tekanan harga atau biaya, kalau yang lalu kan sering terjadi harga naik karena permintaan, ini karena memang biaya bahan bakunya, ” lanjutnya.

Selain itu, pengusaha penyedia perjalanan luar negeri juga menjadi sektor yang terdampak, menurutnya, salah satu bentuk antisipasi pelaku usaha ialah dengan menggunakan tarif dollar.

“Jadi mereka harus sesuaikan sehingga dengan gunakan tarif dollar. Biasanya, ada juga yang mensiasati dengan menetapkan harga atau fix rate, jadi berapapun nilai dolar harga itu yang dipakai, tapi biasanya eksportir luar tidak pakai itu,” terang Murtiadi.

Meski begitu, Murtiadi menyebut kondisi ini tidak akan bertahan lama, sebab Pemerintah akan melakukan intervensi untuk tetap mempertahankan kestabilan pasar. Setidaknya, pemerintah akan melepaskan cadangan devisa agar dollar dapat terkoreksi.

“Tapi biasa pemerintah biarkan dahulu, setidaknya sampai eksportir Indonesia untung baru bergerak menstabilkan,” tandasnya.