kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Melemah di Level Rp15.206, Pasar Tunggu Pernyataan The Fed

Rupiah Diprediksi Fluktuasi di Rentang Rp15.640-Rp15.750 per Dolar AS
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan pada perdagangan Selasa (01/10). Rupiah ditutup melemah hingga berada di level Rp15.206 per dolar AS, dipicu oleh penguatan dolar yang terus berlanjut.

Berdasarkan data dari Bloomberg, rupiah turun sebesar 66 poin atau 0,44% dibandingkan penutupan sebelumnya. Sementara itu, indeks dolar AS menguat sebesar 0,18% ke posisi 100,96, menunjukkan penguatan mata uang AS secara global.

Pemprov Sulsel

Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia juga turut melemah. Yen Jepang turun 0,25%, sedangkan won Korea mencatatkan penurunan sebesar 0,55%. Mata uang lainnya seperti yuan China dan rupee India masing-masing melemah sebesar 0,11% dan 0,02%, sementara baht Thailand mengalami penurunan sebesar 0,43%.

Pelemahan rupiah mulai terlihat sejak awal pembukaan perdagangan. Saat dibuka kemari pagi, nilai tukar rupiah kembali dibuka melemah di posisi Rp15.190 per dolar AS. Pelemahan ini terjadi di tengah tren penurunan greenback dan sebagian besar mata uang Asia lainnya. Rupiah dibuka turun 50,50 poin atau 0,33%, sementara indeks dolar AS juga tercatat turun 0,06% ke posisi 100,71.

Mata uang di Asia lainnya juga mengalami tren serupa, dengan yen Jepang dan won Korea masing-masing melemah sebesar 0,04% dan 0,36%. Selain itu, yuan China turun 0,11%, rupee India melemah 0,12%, dan peso Filipina tercatat turun 0,16%.

Pasar Tunggu Pernyataan The Fed

Pasar saat ini menantikan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang diharapkan memberikan petunjuk terkait percepatan pelonggaran moneter. Powell dijadwalkan memberikan pernyataan pekan ini, yang akan disusul dengan rilis data terkait lowongan pekerjaan, perekrutan swasta, serta survei ISM tentang manufaktur dan jasa. Hal ini penting bagi pasar untuk memahami arah kebijakan suku bunga AS ke depan.

Para trader tetap optimis bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan berikutnya di November 2024. Meski demikian, perkiraan pasar mengenai pemangkasan sebesar 50 basis poin (bps) telah menurun dari 53,3% menjadi 35,4% berdasarkan data dari FedWatch Tool milik CME Group.

Pidato Powell dinilai krusial karena bertepatan dengan banyaknya data ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini, termasuk indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) yang akan diumumkan pada malam hari. Laporan nonmanufaktur akan menyusul pada Kamis (03/10), disusul laporan pekerjaan bulanan yang penting pada Jumat (04/10).

Dampak Konflik Timur Tengah dan Penurunan Aktivitas Manufaktur China

Konflik geopolitik di Timur Tengah turut mempengaruhi kondisi pasar global, termasuk dalam nilai tukar rupiah. Ketegangan meningkat setelah Israel memperluas serangannya terhadap kelompok Hizbullah dan Houthi yang didukung Iran, yang memperparah konflik di kawasan Lebanon.

Di Asia, aktivitas manufaktur di China mencatat penurunan tajam pada September 2024 akibat merosotnya pesanan domestik dan internasional. Hal ini tercermin dalam indeks PMI manufaktur Caixin/S&P Global China yang turun menjadi 49,3, menunjukkan penurunan signifikan dari periode sebelumnya.

Wacana Prefunding APBN 2025 Didukung Pasar

Di dalam negeri, pasar menyambut positif wacana pemerintah mengenai prefunding untuk mendukung pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Prefunding ini rencananya akan ditempuh melalui penerbitan surat berharga negara (SBN) dalam valuta asing, bukan dalam rupiah. Langkah ini bertujuan untuk menutup celah kebutuhan investasi jangka panjang, terutama dengan memanfaatkan likuiditas asing yang dapat mengalir ke pasar Indonesia.

Penurunan suku bunga oleh The Fed sebesar 50 bps pada September lalu diharapkan dapat mendorong aliran dana ke luar AS, dengan kemungkinan masuk ke pasar negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini membuka peluang untuk penguatan investasi di pasar domestik, terutama di tengah kebijakan moneter yang lebih longgar.

Sementara, dalam pasar saham global, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa positif pada awal perdagangan Oktober 2024, ditutup dengan kenaikan signifikan. Berdasarkan data dari RTI, Selasa (01/10), IHSG mengalami penguatan sebesar 1,52% atau naik 114,2 poin, mencapai level penutupan di 7.642,13. Sepanjang hari, IHSG bergerak di kisaran 7.547,11 hingga menyentuh level tertingginya di 7.642,13.

Total volume saham yang diperdagangkan mencapai 25,42 miliar lembar dengan nilai transaksi mencapai Rp41,54 triliun. Dari total perdagangan, tercatat 310 saham mengalami penguatan, 258 saham melemah, sementara 228 saham stagnan.

Meskipun IHSG ditutup menguat hari ini, secara mingguan dan bulanan, indeks saham utama Indonesia ini masih mencatatkan kinerja negatif. Selama sepekan terakhir, IHSG melemah sebesar 1,75% dan mengalami koreksi sebesar 0,68% dalam satu bulan terakhir.