kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Masih Melemah, Suku Bunga BI Diprediksi Tetap 6,25%

Rupiah Terancam Sentuh Rp16.000, Utang Jatuh Tempo Jadi Pemicu Utama
Pengamat ekonomi, keuangan, dan perbankan, Sutardjo Tui (Dok Ist).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pengamat ekonomi, keuangan, dan perbankan Sutardjo Tui, menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, termasuk dolar AS, sangat dipengaruhi oleh neraca perdagangan, neraca pembayaran, serta tingkat suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).

Menurutnya, BI cenderung mengikuti kebijakan suku bunga acuan dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Dengan The Fed yang belum menurunkan suku bunganya, BI kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuannya di 6,25%.

Pemprov Sulsel

“Jika The Fed belum menurunkan suku bunga, BI akan mempertahankan suku bunga acuannya di 6,25%,” ujarnya.

Ia menambahkan, jika terjadi penurunan suku bunga acuan BI sementara The Fed tetap mempertahankan suku bunganya akan memicu pelarian modal ke luar negeri, yang berpotensi menyebabkan kekurangan likuiditas di dalam negeri.

“Kemungkinan akan tetap di level 6,25. Jika BI mencoba menurunkan sementara The Fed tetap mempertahankan suku bunganya, bisa memicu arus keluar dana asing dari Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan likuiditas dalam negeri,” lanjutnya.

Sutardjo pun menegaskan pentingnya sikap hati-hati BI dalam menentukan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mencegah risiko pelarian modal yang dapat mengganggu likuiditas domestik.

Jika BI tidak menurunkan suku bunga acuannya dan melakukan intervensi di pasar uang dengan menggunakan cadangan devisa, kemungkinan pelemahan nilai rupiah dapat dikendalikan.

“Namun, potensi kenaikan suku bunga masih kecil karena pasar masih menunggu keputusan The Fed terkait suku bunga acuannya,” tandasnya.