kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Ditutup pada Level Rp15.655 per Dolar AS

Dinamis Sepanjang Pekan, Rupiah Ditutup di Level Rp15.875 per Dolar AS
Ilustrasi Rupiah (Dok: KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (08/10) mengalami penguatan di tengah ketidakpastian global. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup menguat tipis 0,20 persen atau naik sebesar 31,50 poin, mencapai Rp 15.655 per dolar AS. Penguatan ini dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang berada di level Rp 15.686 per dolar AS.

Kurs tengah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga mencatat peningkatan serupa. Pada Selasa, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 15.671, sedikit lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya yang berada di Rp 15.680 per dolar AS.

Pemprov Sulsel

Mata uang Garuda itu bergerak ke level Rp15.655 per Dolar AS, menguat 31,5 poin atau naik 0,20 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya.

Sementara itu mayoritas mata uang Asia lainnya terpantau kompak berada ke zona merah hari ini. Baht Thailand melemah 0,02 persen, Yuan China anjlok 0,54 persen, dan Peso Filipina ambruk 0,22 persen.

Selanjutnya, Dolar Hong Kong terpantau melemah 0,08 persen, Won Korea Selatan minus 0,35 persen pada penutupan perdagangan sore ini.

Di sisi lain, mata uang utama negara maju bergerak bervariasi. Euro Eropa melesat 0,13 persen, Poundsterling Inggris menguat 0,10 persen.

Sementara, Franc Swiss melemah 0,04 persen, Dolar Australia minus 0,43 persen, dan Dolar Kanada juga lesu 0,15 persen hari ini.

Penguatan rupiah ini terjadi seiring investor memantau prospek suku bunga AS (Fed Funds Rate). Laporan pekerjaan AS yang kuat minggu lalu telah membuyarkan harapan pasar untuk penurunan suku bunga yang signifikan dalam waktu dekat.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa meskipun prospek penurunan suku bunga dari Federal Reserve masih ada, banyak pelaku pasar yang kini tidak lagi memperkirakan pelonggaran besar pada November.

“Pasar kini memperkirakan peluang sebesar 86 persen untuk penurunan suku bunga 25 basis poin (bps) pada Desember, berkurang dari ekspektasi sebelumnya yang mencapai lebih dari 70 bps,” jelas Ibrahim dalam pernyataan tertulisnya.

Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga turut mempengaruhi sentimen pasar global. Konflik yang semakin memanas di wilayah tersebut terus menimbulkan kekhawatiran bagi para investor, yang cenderung mencari aset safe haven dalam kondisi ketidakpastian seperti ini.

Para pelaku pasar kini memfokuskan perhatian mereka pada beberapa data penting yang akan dirilis dalam pekan ini, termasuk laporan inflasi AS yang akan diumumkan pada Kamis dan risalah rapat Federal Reserve bulan September yang dijadwalkan rilis pada Rabu hari ini.

Ekspektasi terhadap kebijakan moneter AS akan sangat bergantung pada data inflasi ini, yang dapat menjadi faktor penentu langkah-langkah kebijakan suku bunga The Fed ke depan. Jika inflasi masih tinggi, harapan untuk penurunan suku bunga yang signifikan bisa kembali meredup, yang berpotensi mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah di pasar global.

Selain faktor domestik, kondisi pasar global, termasuk dari Tiongkok, juga berperan dalam pergerakan nilai tukar rupiah. Pasar ekuitas Tiongkok yang baru saja dibuka kembali pasca libur panjang sepekan memberikan dorongan optimisme bagi para pelaku pasar, meskipun optimisme tersebut sedikit terganggu oleh kurangnya rincian tentang langkah-langkah stimulus ekonomi yang akan diterapkan oleh pemerintah Tiongkok.

Pejabat Tiongkok dikabarkan akan mengadakan pengarahan lebih lanjut untuk menjelaskan langkah-langkah tersebut. Pasar akan mengamati dengan seksama dampak dari kebijakan tersebut terhadap ekonomi regional, yang juga dapat mempengaruhi sentimen terhadap rupiah.

Melihat pergerakan pasar saat ini, nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus bergerak dalam fluktuasi moderat, tergantung pada perkembangan lebih lanjut dari kebijakan suku bunga The Fed dan situasi geopolitik internasional. Namun, dengan fundamental ekonomi domestik yang masih kuat dan langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia, rupiah diharapkan tetap stabil dalam jangka menengah.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis oleh Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.671 per dolar AS, sedikit lebih tinggi dari posisi sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa meskipun ada tekanan dari faktor eksternal, rupiah masih mampu menjaga posisinya di tengah ketidakpastian global.

Meskipun ketidakpastian global terus membayangi, termasuk kebijakan suku bunga AS dan ketegangan di Timur Tengah, rupiah mampu menunjukkan penguatan moderat. Dengan fokus pasar yang kini tertuju pada data inflasi AS dan kebijakan The Fed, nilai tukar rupiah akan terus dipantau oleh para pelaku pasar.