kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Ditutup di Level Rp15.567 per Dolar AS Pasca Rilis Data Ekonomi

Dinamis Sepanjang Pekan, Rupiah Ditutup di Level Rp15.875 per Dolar AS
Ilustrasi Rupiah (Dok: KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali melemah hingga penutupan perdagangan Selasa (22/10) kemarin. Berdasarkan data dari Bloomberg, rupiah melemah 63,5 poin atau 0,41 persen dari perdagangan sebelumnya ke level Rp15.567 per USD. Sementara itu, menurut Yahoo Finance, rupiah ditutup pada Rp15.555 per USD, melemah 66 poin atau 0,43 persen.

Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menyebutkan bahwa penguatan dolar AS hari ini dipicu oleh serangkaian data ekonomi yang positif dari Amerika Serikat.

Pemprov Sulsel

Hal ini mendorong investor mengurangi ekspektasi terhadap seberapa besar dan cepat Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunganya. Indeks dolar AS menguat karena data ekonomi yang kuat, yang mendorong spekulasi bahwa penurunan suku bunga dari Fed mungkin akan terjadi lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Peluang Penurunan Suku Bunga Fed

Pasar saat ini memperkirakan peluang 87 persen bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan di bulan November, sementara 13 persen sisanya memperkirakan suku bunga akan tetap stabil.

Hal ini tercermin dari alat prediksi FedWatch Tool milik CME yang digunakan oleh pelaku pasar untuk mengantisipasi kebijakan suku bunga Fed.

Presiden Federal Reserve Bank of Dallas, Lorie Logan, menyatakan pada Senin lalu bahwa ia memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih bertahap ke depan.

Logan juga menekankan bahwa tidak ada alasan bagi Fed untuk menghentikan upaya memperkecil neraca bank sentral. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter ketat mungkin masih akan berlanjut dalam waktu dekat.

Selain itu, Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis, Neel Kashkari, juga menyampaikan pandangannya terkait suku bunga. Kashkari mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga akan terjadi secara bertahap dalam beberapa kuartal mendatang. Namun, jika terjadi kemerosotan tajam di pasar tenaga kerja, ia tidak menutup kemungkinan akan menyerukan penurunan suku bunga yang lebih agresif.

Pelemahan rupiah yang terjadi seiring dengan penguatan dolar AS menjadi tantangan bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam hal stabilitas harga dan inflasi.

Kenaikan dolar AS dapat meningkatkan biaya impor, termasuk untuk barang-barang penting seperti energi dan bahan baku, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi harga-harga di dalam negeri.

Ke depan, pelaku pasar dan investor akan terus memantau kebijakan moneter dari bank sentral AS dan dampaknya terhadap nilai tukar rupiah.

Pergerakan Rupiah

Pada pembukaan perdagangan kemarin, rupiah dibuka melemah 0,38% atau 58,5 poin ke level Rp15.562 per dolar AS pada pukul 09.08 WIB. Sementara itu, indeks dolar AS juga melemah 0,08% ke level 103,93.

Hingga penutupan sesicI perdagangan kemarin, Rupiah kian tertekan dengan melemah 0,46% atau 71 poin ke level Rp15.574,5 per dolar AS pukul 13.15 WIB. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,09% ke level 103,92.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah juga mengalami pelemahan pada perdagangan Senin (21/10) setelah sentimen positif yang sempat muncul dari pengumuman kabinet Presiden Prabowo Subianto memudar. Rupiah berada dilevel Rp15.503,5 per dolar AS

Pasar menilai komposisi kabinet yang diumumkan terlalu besar, dengan jumlah menteri yang dianggap “gemuk” atau “obesitas”. Akibatnya, dampak positif dari pengumuman tersebut yang sempat menguatkan rupiah sehari sebelumnya berbalik arah.

Secara global, dinamika politik di Amerika Serikat turut mempengaruhi pasar valuta asing. Peluang Donald Trump untuk kembali ke Gedung Putih sebagai calon presiden dari Partai Republik kian meningkat, dengan beberapa jajak pendapat terbaru menunjukkan keunggulan tipis atas Wakil Presiden Kamala Harris. Kondisi ini menambah ketidakpastian politik di AS jelang pemilihan umum yang tinggal dua minggu lagi.

Selain itu, ketegangan di Timur Tengah semakin memanas. Serangan Israel terhadap Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon terus meningkat, dengan pemerintah Israel mengumumkan rencana serangan tambahan ke lokasi-lokasi di Beirut yang terkait dengan Hizbullah. Ketidakstabilan geopolitik ini turut menambah tekanan pada aset-aset berisiko, termasuk mata uang emerging markets seperti rupiah.

Dari Asia, Bank Rakyat China (PBoC) memangkas suku bunga acuan pinjaman, yang sedikit lebih besar dari ekspektasi pasar. Pemangkasan Loan Prime Rate (LPR) ini adalah bagian dari langkah stimulus agresif pemerintah China untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah pelambatan sektor properti dan lemahnya sentimen konsumen.

Meskipun awalnya mendorong saham-saham China ke level tertinggi dalam dua tahun, pasar kemudian kehilangan momentum karena kurangnya rincian mengenai skala dan waktu pelaksanaan stimulus lebih lanjut. Ketidakpastian ini juga memengaruhi sentimen pasar global, termasuk Indonesia.

Di dalam negeri, susunan kabinet baru Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga menjadi perhatian pelaku pasar. Meski ada sejumlah nama profesional, komposisi kabinet yang masih mencakup banyak menteri dari pemerintahan sebelumnya, terutama di tim ekonomi, dianggap mencerminkan keberlanjutan pengaruh mantan Presiden Joko Widodo.