KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah menunjukkan pelemahan di hadapan dolar AS pada Senin (15/07), meskipun dibayangi ketidakstabilan politik di Amerika Serikat setelah insiden penembakan mantan Presiden Donald Trump saat kampanye.
Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada pagi hari ini turun 13 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.150 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.137 per dolar AS.
Penurunan nilai tukar rupiah di awal perdagangan ini terjadi menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang dijadwalkan pada 16-17 Juli 2024. Pasar tengah menantikan keputusan penting mengenai suku bunga BI-Rate.
Dalam rapat sebelumnya pada 19-20 Juni 2024, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7 persen.
Meski begitu, nilai tukar rupiah hari ini diperkirakan akan tetap menguat meskipun dengan volatilitas yang tinggi terhadap dolar AS. Rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp16.080 hingga Rp16.140 per dolar AS.
Penguatan rupiah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti penurunan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) dan data inflasi yang menurun. Namun, penguatan tersebut dibatasi oleh ketidakpastian politik akibat insiden penembakan calon presiden AS, Donald Trump.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa penembakan terhadap Trump mengindikasikan perpolitikan di AS semakin memanas. Hal ini, menurutnya, akan memperkuat dolar AS yang sebelumnya melemah karena ketidakpastian tersebut membuat investor beralih ke aset safe haven seperti emas.
“Ini akan berdampak pada safe haven, di mana investor besar akan kembali melakukan pembelian jangka panjang terhadap emas,” ujarnya Minggu (14/07).
Ibrahim melanjutkan bahwa dalam pertemuan pekan lalu, The Fed menyatakan tetap akan menurunkan suku bunga dua kali setelah melihat data inflasi inti yang terus mengalami penurunan.
Menurutnya, jika kondisi ekonomi AS terus membaik, The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga lebih dari dua kali tahun ini, dengan target penurunan suku bunga sebesar 75 basis points (bps).
“Untuk perdagangan Senin pekan depan, mata uang rupiah diprediksi akan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.080 hingga Rp16.150,” jelas Ibrahim.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat(12/07) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,36% atau 58 poin ke level Rp16.136 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah tipis 0,02% di posisi 104,42.
Adapun, mayoritas mata uang Asia lainnya terpantau melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,20%, dolar Singapura turun 0,04%, dolar Taiwan melemah 0,10%, won Korea turun 0,28%, dan peso Filipina melemah 0,15%. Pasar saham dan nilai tukar rupiah diprediksi akan bergerak volatil akibat ketidakstabilan politik di AS dan penantian keputusan suku bunga dari Bank Indonesia serta rilis data perdagangan dari China dan Indonesia.
Pekan lalu, pasar keuangan Indonesia, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah, mencatat performa yang cemerlang. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen (IHK), yang merupakan pengukur inflasi utama, turun menjadi 3% pada Juni 2024, dari 3,3% pada bulan Mei 2024. Penurunan ini lebih baik dari ekspektasi pasar yang memperkirakan inflasi melandai ke 3,1%.
Indeks harga konsumen (IHK) mengukur seberapa cepat harga berubah di seluruh ekonomi AS, mencakup segala hal mulai dari buah-buahan dan sayuran hingga potongan rambut, tiket konser, dan peralatan rumah tangga. IHK inti, yang tidak termasuk harga energi dan pangan, juga mencatat penurunan lebih dari yang diharapkan. IHK inti naik 0,1% dari Mei, laju paling lambat sejak Agustus 2021, mendorong laju inflasi inti tahunan lebih rendah menjadi 3,3% dari 3,4%, dan menandai level terendah baru dalam tiga tahun.
Laporan inflasi AS terbaru yang lebih baik dari perkiraan semakin memperkuat harapan bahwa pemotongan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve) dapat terjadi lebih cepat dan membantu membuat pinjaman uang menjadi lebih murah. The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% untuk ketujuh kalinya secara beruntun pada Juni 2024. Dengan inflasi yang melandai, ada harapan bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga.
Pada perdagangan Jumat, Wall Street menguat karena perlambatan inflasi yang diharapkan akan diikuti oleh penurunan suku bunga Federal Reserve pada September. Harga konsumen AS terus menurun, dengan data Juni menunjukkan inflasi kembali mereda setelah pembacaan yang tak terduga tinggi di awal tahun ini. Laporan baru ini dapat membantu memperkuat argumen untuk penurunan suku bunga dari The Fed pada September.
Secara keseluruhan, pasar keuangan, baik di AS maupun di Indonesia, akan dipengaruhi oleh keputusan suku bunga dan kondisi politik yang sedang berlangsung. Investor diharapkan tetap waspada dan mencermati setiap perkembangan yang terjadi untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.