kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Diperkirakan Fluktuatif, Simak Faktor Pengaruh dan Proyeksi

Rupiah Diprediksi Fluktuasi di Rentang Rp15.640-Rp15.750 per Dolar AS
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Rupiah diperkirakan fluktuatif, simak faktor pengaruh dan proyeksi hari ini. Pada perdagangan awal pekan ini, Senin (30/09), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak dengan pola yang fluktuatif, meskipun terdapat potensi penguatan.

Pada penutupan Jumat (27/09), rupiah berhasil menguat sebesar 40 poin atau sekitar 0,26% dan mencapai level Rp15.125 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS juga mencatat kenaikan sebesar 0,17%, berada di posisi 100,73.

Pemprov Sulsel

Secara umum, pergerakan mata uang di kawasan Asia bervariasi. Yen Jepang dan won Korea masing-masing menguat sebesar 1,06% dan 0,11%, sementara yuan China, rupee India, serta baht Thailand justru mengalami penurunan tipis, masing-masing turun sebesar 0,02%, 0,06%, dan 0,10% terhadap dolar AS.

Untuk perdagangan pekan terakhir bulan ini, pada Senin (30/09), rupiah diproyeksikan akan terus berfluktuasi, dengan potensi penguatan pada kisaran Rp15.030 hingga Rp15.140 per dolar AS. Faktor eksternal yang mempengaruhi pergerakan dolar AS adalah ekspektasi bahwa The Fed akan melanjutkan penurunan suku bunganya pada pertemuan FOMC di bulan November mendatang.

Berdasarkan data FedWatch CME Group, pasar memperkirakan adanya penurunan suku bunga setidaknya sebesar 25 basis poin, dengan probabilitas mencapai 51,3%.

Dari sisi ekonomi global, kebijakan moneter China menjadi perhatian, di mana bank sentral negara tersebut memutuskan untuk menurunkan suku bunga dan menyuntikkan likuiditas tambahan ke sektor perbankan. Langkah ini diambil untuk merangsang pertumbuhan ekonomi agar mencapai target 5% pada akhir tahun.

Di dalam negeri, sentimen positif datang dari laporan Kementerian Keuangan yang menunjukkan penurunan jumlah utang pemerintah hingga Agustus 2024. Utang pemerintah tercatat sebesar Rp8.461,93 triliun, turun Rp40,76 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai Rp8.502,69 triliun.

Selain itu, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) juga mengalami penurunan menjadi 38,49%, mendekati masa akhir jabatan Presiden Joko Widodo. Rasio ini tetap berada di bawah ambang batas aman 60% PDB sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Namun demikian, terdapat potensi bahwa rupiah bisa melemah, meski penurunan ini diperkirakan akan terbatas. Kenaikan dolar AS juga didukung oleh kondisi geopolitik di Timur Tengah yang berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global.

Sementara itu, investor akan menantikan data manufaktur China yang dijadwalkan rilis pada Senin pagi, dengan ekspektasi peningkatan pada indeks dari National Bureau of Statistics of China (NBS) menjadi 49,5 dari 49,1 bulan sebelumnya, dan dari Caixin menjadi 50,5 dari 50,4.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan sepekan 23-27 September 2024 menunjukkan tren penguatan. Pada akhir pekan, rupiah spot mencatat kenaikan sebesar 0,26% dan ditutup di level Rp15.125 per dolar AS.

Secara keseluruhan, dalam sepekan rupiah menguat sebesar 0,16% jika dibandingkan dengan penutupan awal pekan di level Rp15.165. Di sisi lain, nilai tukar rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga meningkat sebesar 0,22% dan berada di posisi Rp15.171 per dolar AS pada Jumat (27/9).

Bank Indonesia telah melaporkan perkembangan indikator stabilitas nilai tukar rupiah selama pekan tersebut. BI menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta memaksimalkan strategi kebijakan bauran guna menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Namun, BI juga mencatat adanya aliran modal asing keluar dari pasar keuangan domestik yang mencapai Rp9,73 triliun selama periode 23-26 September 2024. Menurut Erwin Haryono, Kepala Departemen Komunikasi BI, jumlah ini terdiri dari arus keluar modal asing di pasar saham sebesar Rp2,88 triliun, Surat Berharga Negara (SBN) Rp1,30 triliun, dan di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencapai Rp5,55 triliun.

Meskipun demikian, sejak awal bulan hingga 26 September 2024, total arus masuk modal asing bersih di pasar SBN tercatat sebesar Rp31,07 triliun, di pasar saham sebesar Rp57,13 triliun, dan di SRBI mencapai Rp193,60 triliun.

Berdasarkan data setelmen hingga 26 September 2024 untuk semester kedua, nonresiden mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp56,79 triliun di pasar saham, Rp65,03 triliun di pasar SBN, dan Rp63,25 triliun di SRBI.