KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (26/07) diprediksi akan bergerak fluktuatif dan cenderung melemah, berada di kisaran Rp16.240 hingga Rp16.300 per dolar AS. Hal ini terjadi menjelang rilis data ekonomi Amerika Serikat yang akan diumumkan akhir pekan ini.
Pada perdagangan Kamis (25/06), rupiah ditutup turun 0,22% atau 35 poin ke level Rp16.250 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga melemah 0,22% ke posisi 103,900. Penurunan ini mencerminkan ketidakpastian pasar global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (26/07) pukul 08.43 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dollar berada di level Rp16.250. Nilai tukar rupiah kemungkinan akan menghadapi tekanan yang semakin besar dalam perdagangan pasar spot hari ini, Jumat (26/07). Sentimen pasar memburuk setelah rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan perekonomian terbesar di dunia itu masih sangat tangguh.
Meskipun indeks dolar AS stabil di level 104,29 sejak semalam, aset-aset di pasar emerging market tetap terpengaruh oleh penurunan keyakinan terhadap pelonggaran moneter Federal Reserve pada akhir kuartal ini.
Rupiah di pasar offshore terperosok ke level Rp16.300-an sejak penutupan bursa New York dini hari tadi, memberikan sinyal bahwa rupiah spot hari ini kemungkinan akan makin melemah setelah kemarin ditutup di level Rp16.250 per dolar AS.
Ditambah, perhatian pasar akan tertuju pada rilis data inflasi PCE AS pada Jumat malam waktu Indonesia Barat. Data ini akan menjadi indikator penting sebelum pertemuan Komite Pasar Terbuka The Fed pada 31 Juli mendatang.
Faktor Global yang Mempengaruhi Rupiah
Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, beberapa mata uang regional juga menunjukkan pelemahan. Won Korea tergerus 0,19% di awal transaksi, yuan offshore turun tipis 0,02%, dan ringgit Malaysia melemah 0,06%. Sementara itu, baht Thailand masih stabil dengan kenaikan tipis 0,01%.
Di pasar swap, ekspektasi terhadap penurunan bunga acuan The Fed pada bulan September menurun, dengan probabilitas kini menjadi 87,7% dari sebelumnya 94%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh data Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal II/2024 dan pertemuan Federal Reserve (The Fed) yang akan berlangsung akhir pekan ini.
Meski ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan ini masih rendah, sinyal dari The Fed mengenai kemungkinan perubahan kebijakan pada bulan September semakin kuat. Hal ini didorong oleh tren penurunan inflasi yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Sebanyak lebih dari tiga perempat ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan Bank of Japan (BOJ) akan mempertahankan kebijakan moneternya bulan ini, dengan kemungkinan perubahan kebijakan baru pada bulan September atau Oktober.
Spekulasi mengenai intervensi mata uang baru-baru ini juga membuat para pelaku pasar terburu-buru menutup perdagangan carry trade, yang selama ini menguntungkan dengan memanfaatkan pinjaman dalam yen berimbal hasil rendah untuk diinvestasikan dalam aset dengan suku bunga lebih tinggi.
Selain itu, pasar Tiongkok mengalami penurunan tajam akibat serangkaian data ekonomi yang lemah, yang semakin melemahkan sentimen investor terhadap negara tersebut. Perekonomian Tiongkok tumbuh di bawah ekspektasi pada kuartal kedua tahun ini, menambah tekanan pada pasar global.
Tantangan Domestik untuk Pemerintahan Baru
Dari dalam negeri, pemerintahan baru Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, dihadapkan pada tantangan besar terkait utang jatuh tempo yang diwariskan dari pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Dalam lima tahun ke depan hingga 2029, total utang yang harus dibayar mencapai Rp3.748,2 triliun. Dari jumlah tersebut, utang berupa Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp3.245,3 triliun untuk periode 2025 hingga 2029.
Pemerintah baru harus berhati-hati dalam mengelola utang ini, karena utang yang digunakan untuk menutup defisit anggaran juga membawa kewajiban pembayaran bunga. Jumlah utang yang besar ini belum termasuk beban pembayaran bunga, yang akan menambah tekanan pada anggaran pemerintah.
Proyeksi Pergerakan Rupiah Hari Ini
Ibrahim memproyeksikan bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, tetapi cenderung ditutup melemah dalam rentang Rp16.240 hingga Rp16.300 per dolar AS. Sentimen global dan tantangan domestik akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan rupiah di pasar.
Sisi lain, Secara teknikal, nilai rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan dengan koreksi terdekat di level Rp16.300 per dolar AS yang menjadi level support setelah MA-50 tertembus. Level pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.350 per dolar AS.
Apabila level tersebut kembali jebol, nilai rupiah berpotensi melemah lebih dalam menuju level Rp16.370 per dolar AS sebagai support terkuatnya.
Sebaliknya, jika terjadi penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp16.200 per dolar AS dan selanjutnya di Rp16.180 per dolar AS. Dalam tren jangka menengah, rupiah masih memiliki potensi penguatan meskipun terbatas, dengan target kembali ke level Rp16.150 per dolar AS.