kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Berpeluang Menguat Didorong Sentimen Positif Pasar dan Pernyataan Dovish The Fed

Rupiah Tertekan Sepekan Imbas Sentimen Global Tak Menentu
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pada perdagangan Selasa (25/06) kemarin, rupiah diprediksi akan melanjutkan tren penguatannya. Hal ini didukung oleh meredanya kekhawatiran pasar terhadap prospek fiskal Indonesia dalam jangka pendek dan sinyal dari pejabat Federal Reserve (The Fed) tentang potensi peningkatan pengangguran yang membuka peluang penurunan suku bunga acuan tahun ini.

Penguatan rupiah tampak jelas di pasar offshore, dengan kontrak forward (NDF) bergerak menuju zona Rp16.300-an. Pada pagi kemarin, NDF untuk 1 bulan dan 1 pekan berada di sekitar Rp16.401 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS stabil di 105,49, dan imbal hasil Treasury AS menurun, dengan UST-10Y berada di 4,23%.

Pemprov Sulsel

Dilansir Bloomberg, Gubernur The Fed San Francisco, Mary Daly, menyatakan bahwa pasar tenaga kerja AS mendekati titik di mana perlambatan lebih lanjut dapat meningkatkan pengangguran.

Menurutnya, pasar tenaga kerja mengalami penyesuaian yang lambat dan tingkat pengangguran hanya meningkat sedikit. Namun, kita semakin mendekati titik di mana kemungkinan terjadinya hal yang tidak berbahaya akan semakin kecil. Melambatnya pasar tenaga kerja di masa depan dapat menyebabkan pengangguran lebih tinggi. Pada titik itu, inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang bakal hadapi.

Pernyataan tersebut memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga The Fed tahun ini. Valuta Asia menunjukkan penguatan pada pembukaan pasar, dengan won Korea naik 0,3%. Para trader di pasar swap meningkatkan taruhan penurunan suku bunga The Fed pada September sebesar 25 bps, dengan probabilitas mencapai 61,1%, naik dari 59% kemarin dan 44,9% sebulan lalu. Probabilitas penurunan Fed fund rate pada November mencapai 50,8%, sementara pada Desember, peluang penurunan kedua terbuka dengan probabilitas 45,9%.

Bursa Asia juga menguat, dengan KOSPI dibuka naik 0,17% dan Nikkei Jepang menguat 0,28%, didorong sentimen positif dari bursa saham Wall Street yang juga ditutup hijau.

Pemerintah Indonesia telah menggelar lelang rutin Surat Utang Negara dengan target Rp22 triliun dan maksimal Rp33 triliun. Pasar juga menantikan rilis data indeks keyakinan konsumen AS serta pidato dari dua pejabat The Fed yang dijadwalkan bicara hari ini atau dini hari nanti waktu Indonesia Barat.

Pada penutupan pasar kemarin, rupiah spot berhasil ditutup menguat di level Rp16.394 per dolar AS, menjadikannya mata uang Asia dengan penguatan terbesar di antara mayoritas mata uang regional lainnya. Kurs JISDOR Bank Indonesia ditutup di level lebih tinggi, Rp16.431 per dolar AS.

Analisis Teknikal

Secara teknikal, rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan hari ini dengan target kenaikan terdekat menuju Rp16.370-Rp16.340 per dolar AS. Level resistance selanjutnya adalah Rp16.300 per dolar AS, dengan potensi mendekati MA-50. Dalam jangka pendek, rupiah mulai membentuk tren pembalikan arah, meski masih memerlukan konfirmasi lanjutan, dan berpotensi menuju Rp16.350 per dolar AS, sesuai analisis time frame daily dan tren satu tahun ke belakang.

Jika terjadi pelemahan, support terdekat dapat menuju Rp16.410 per dolar AS, dengan rentang gerak rupiah dalam support di antara Rp16.440-Rp16.480 per dolar AS.

Kebijakan dan Langkah Bank Indonesia

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, mengungkapkan beberapa strategi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, termasuk pembentukan lembaga kliring sentral untuk transaksi derivatif suku bunga dan nilai tukar, yang disebut Central Counterparty untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar (CCP SBNT). Pembentukan CCP ini diharapkan dapat menambah instrumen moneter yang bisa diperdagangkan di pasar uang.

Destry menjelaskan, pembentukan CCP tinggal menunggu persetujuan antar pemegang saham dan rencananya akan mulai diimplementasikan pada semester II-2024. Lembaga ini diharapkan bisa memperdalam pasar uang dan menambah likuiditas.

Bank Indonesia juga terus mendorong penggunaan mata uang lokal untuk transaksi antar negara atau Local Currency Transaction (LCT), yang telah dilakukan dengan beberapa bank sentral seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan Tiongkok. Hingga Mei 2024, pembayaran melalui LCT telah mencapai US$3,8 miliar, naik 39% dibandingkan Mei tahun lalu. Jumlah pelaku LCT juga meningkat menjadi 4.386 pelaku per Mei 2024, dibandingkan 2.602 pelaku pada tahun sebelumnya.

Destry menambahkan bahwa BI terus mengembangkan berbagai kebijakan jangka menengah-panjang untuk memperkuat nilai tukar, termasuk operasi moneter melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan penggunaan diler utama bersama BI untuk menambah likuiditas di pasar.

Pasar Spot dan Masyarakat

Nilai tukar rupiah di pasar spot diperkirakan akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup menguat pada rentang Rp16.380-Rp16.450 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan Senin (24/6), rupiah menguat 56 poin atau 0,34% ke level Rp16.394 per dolar AS. Indeks dolar AS turun 0,12% ke posisi 105,67.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa pasar merespons positif pernyataan Dana Moneter Internasional (IMF), yang mengingatkan presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, untuk menjaga defisit fiskal tetap di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara itu, Ibrahim menambahkan bahwa greenback terpicu oleh pembacaan PMI yang lebih tinggi dari perkiraan, yang memicu kekhawatiran bahwa ketahanan ekonomi AS memungkinkan The Fed mempertahankan suku bunga tinggi. Pasar China mengalami kerugian akibat tarif tinggi dari Uni Eropa terhadap impor kendaraan listrik China, meningkatkan kemungkinan perang dagang.

Dengan demikian, nilai tukar rupiah di pasar spot diperkirakan tetap fluktuatif tetapi akan ditutup menguat pada rentang Rp16.380-Rp16.450 per dolar AS.