KabarMakassar.com — Menjelang tutup tahun 2024, sektor perbankan nasional terus mencatatkan kinerja yang positif meskipun diwarnai berbagai tantangan. Pertumbuhan kredit, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan pencapaian laba bersih menjadi sorotan utama dalam evaluasi kinerja tahun ini.
Hingga November 2024, pertumbuhan kredit perbankan nasional mencapai 10,79% YoY, sedikit melambat dibandingkan Oktober 2024 yang mencatatkan angka 10,92% YoY. Meski demikian, capaian ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2023 sebesar 10,38% YoY.
Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, pertumbuhan kredit ini ditopang oleh beberapa faktor kunci.
“Minat penyaluran kredit perbankan yang tetap terjaga, realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, serta dukungan dari pertumbuhan DPK menjadi pendorong utama,” ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (18/12) lalu.
Selain itu, kebijakan insentif Kredit Likuiditas Makroprudensial (KLM) memberikan dampak positif pada sektor-sektor prioritas.
Sektor tersebut meliputi hilirisasi minerba, pangan, otomotif, perdagangan, listrik, gas, air, pariwisata, UMKM, dan ekonomi hijau.
Pembiayaan syariah juga mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 11,24% YoY, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 4,02% YoY.
Berdasarkan kategori penggunaan, kredit modal kerja tumbuh 8,92% YoY, kredit investasi mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 13,77% YoY, dan kredit konsumsi tumbuh 10,94% YoY pada November 2024.
BI memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 2024 tetap berada di kisaran 10–12%, dengan peluang peningkatan pada 2025 hingga mencapai 11–13%.
Adapun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan pada November 2024 tumbuh sebesar 6,3% YoY, meningkat dari 6,0% YoY pada bulan sebelumnya.
Meskipun pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit sebesar 10,79% YoY, angka ini tetap menunjukkan tren positif.
Menurut laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis BI, total penghimpunan DPK pada November 2024 tercatat sebesar Rp8.534,8 triliun.
Dari sisi nasabah, simpanan korporasi mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 15,2% YoY, meningkat dari 12,8% YoY pada Oktober 2024.
Sebaliknya, DPK perorangan terkontraksi sebesar 1,1% YoY, setelah sebelumnya tumbuh 0,6% YoY pada bulan Oktober.
Jika dilihat berdasarkan jenis simpanan, giro mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 8,4% YoY, naik dari 5,5% YoY pada Oktober 2024.
Tabungan tumbuh 6,6% YoY, melambat dari 7,5% YoY pada bulan sebelumnya. Sementara itu, deposito mencatatkan pertumbuhan paling rendah sebesar 4,3% YoY, turun dari 5,2% YoY pada Oktober 2024.
Sementara, industri perbankan mencatatkan laba bersih sebesar Rp194,97 triliun hingga September 2024, naik 8,04% YoY dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 yang mencatatkan laba sebesar Rp180,47 triliun.
Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tercatat tumbuh 2,7% YoY menjadi Rp407,22 triliun hingga September 2024.
Namun, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) mengalami penurunan dari 4,85% pada September 2023 menjadi 4,60% pada September 2024.
Kelompok Bank Persero atau bank pelat merah tetap menjadi penggerak utama dengan laba bersih sebesar Rp97,76 triliun hingga September 2024, naik 4,87% YoY dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp93,22 triliun. Bank pelat merah ini mendominasi 50,14% dari total laba perbankan nasional.
Di bawah Bank Persero, bank swasta mencatatkan laba sebesar Rp75,96 triliun, tumbuh 11,78% YoY dari Rp67,95 triliun pada September 2023. Laba bank swasta menguasai 38,96% dari total laba perbankan nasional.
Bank asing juga mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan sebesar 30,93% YoY, dengan total laba mencapai Rp11,09 triliun pada September 2024, dibandingkan Rp8,47 triliun pada September 2023.
Meskipun mencatatkan pertumbuhan tinggi, kontribusi bank asing terhadap total laba perbankan nasional masih kecil, yakni hanya 5,69%.
Sementara itu, Bank Pembangunan Daerah (BPD) mencatatkan laba sebesar Rp10,16 triliun hingga September 2024.
Meskipun naik sebesar Rp1 triliun secara bulanan, capaian ini mengalami penurunan 6,11% YoY dibandingkan September 2023 sebesar Rp10,82 triliun.
Dengan kinerja positif sepanjang 2024, industri perbankan menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang di tengah berbagai tantangan ekonomi. Pertumbuhan kredit yang stabil, penghimpunan DPK yang solid, dan dominasi laba oleh Bank Persero memberikan optimisme bagi perkembangan sektor ini pada 2025.
Di sisi lain, tantangan seperti penurunan NIM dan kontraksi simpanan perorangan perlu menjadi perhatian untuk menjaga momentum pertumbuhan di tahun mendatang.
Selain itu, beberapa konsolidasi dan penutupan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) turut menjadi bagian dari dinamika industri perbankan sepanjang tahun.