KabarMakassar.com — Penyaluran kredit untuk sub sektor budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan menunjukkan peningkatan luar biasa hingga Oktober 2024.
Total penyaluran kredit mencapai Rp539 miliar, naik signifikan sebesar 117 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu Rp458 miliar.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar, Darwisman, menjelaskan bahwa Kabupaten Jeneponto menjadi daerah dengan penyaluran kredit tertinggi.
Hingga Oktober 2024, Jeneponto mencatatkan angka Rp107 miliar dengan kontribusi sebesar 19,97 persen terhadap total kredit sub sektor rumput laut. Penyaluran kredit di kabupaten ini melonjak hingga 136 persen dari Rp78 miliar pada Oktober 2023.
Selain Jeneponto, Kota Palopo juga menunjukkan performa signifikan dengan penyaluran kredit sebesar Rp98 miliar atau 18,21 persen dari total kredit.
Kredit di wilayah ini tumbuh 105 persen dibandingkan tahun lalu. Menyusul di posisi ketiga adalah Kabupaten Luwu Utara yang mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp70 miliar, meningkat 131 persen dari Rp54 miliar pada Oktober 2023.
“Peningkatan ini luar biasa, khususnya di wilayah-wilayah dengan potensi budidaya rumput laut yang besar seperti Jeneponto, Palopo, dan Luwu Utara. Kami optimistis pengembangan sektor ini akan terus berlanjut,” ujar Darwisman.
Penyaluran kredit ini berhasil menjangkau sebanyak 15.266 rekening pelaku usaha budidaya rumput laut, meningkat dari 12.867 rekening pada periode yang sama di 2023. Tingkat kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) tercatat cukup terkendali di angka 3,69 persen.
Secara keseluruhan, sektor perikanan di Sulawesi Selatan juga mencatatkan pertumbuhan yang menjanjikan. Hingga Oktober 2024, total kredit sektor perikanan mencapai Rp2,1 triliun, naik 108 persen dari Rp1,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kredit untuk sub sektor budidaya rumput laut sendiri berkontribusi sebesar 25,68 persen terhadap total kredit sektor perikanan tersebut.
Tidak hanya dari sisi penyaluran kredit, nilai produksi komoditas rumput laut di Sulawesi Selatan juga mengalami peningkatan signifikan.
Darwisman menyebutkan bahwa nilai produksi tahunan komoditas ini meningkat 42,31 persen. Pada 2021, nilai produksi mencapai Rp10,750 triliun, sedangkan pada 2022 angka tersebut melonjak menjadi Rp15,298 triliun.
Kabupaten Takalar menjadi wilayah dengan nilai produksi terbesar pada 2022, mencapai Rp3,579 triliun atau meningkat 15,19 persen dibandingkan 2021. Kabupaten Wajo mengikuti di posisi kedua dengan nilai produksi Rp2,400 triliun, tumbuh 24,02 persen dari Rp1,935 triliun pada tahun sebelumnya.
Kabupaten Luwu mencatat peningkatan signifikan sebesar 89,41 persen, dengan nilai produksi naik dari Rp1,124 triliun pada 2021 menjadi Rp2,129 triliun pada 2022.
“Yang menarik adalah Jeneponto, karena nilai produksinya meningkat pesat sebesar 129,97 persen, dari Rp692 miliar di 2021 menjadi Rp1,592 triliun di 2022,” tambah Darwisman.
Dari sisi produksi, Kabupaten Luwu memimpin dengan total produksi 633.924 ton pada 2022, naik 3,20 persen dibandingkan 614.258 ton pada 2021.
Kabupaten Takalar berada di posisi kedua dengan produksi 588.396 ton, naik tipis 0,23 persen dari tahun sebelumnya. Kabupaten Barru mencatatkan peningkatan produksi tertinggi sebesar 42 persen, dari 669 ribu ton menjadi 950 ribu ton.
Harga rumput laut di tingkat produsen juga menunjukkan tren positif. Rata-rata harga meningkat dari Rp7.382 per kilogram (kg) pada 2021 menjadi Rp10.521 per kg di 2022, dan kembali naik menjadi Rp13.183 per kg di 2023.
Meski begitu, Darwisman mencatat masih ada tantangan yang perlu diatasi dalam pengembangan sub sektor ini. Salah satunya adalah penyerapan produk rumput laut yang belum optimal di tingkat pasar, serta hilirisasi produk yang masih minim.
“Kami harus terus mendorong hilirisasi, misalnya untuk produksi nori, agar-agar, atau produk turunan lainnya. Ini penting untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas rumput laut,” jelasnya.
Selain itu, tantangan lain adalah standar kualitas rumput laut yang dihasilkan petani, yang belum sepenuhnya sesuai dengan spesifikasi yang diminta pasar. Edukasi dan pelatihan bagi para petani menjadi langkah penting untuk mengatasi masalah ini.
Dengan potensi besar yang dimiliki Sulawesi Selatan, pengembangan komoditas rumput laut diharapkan dapat terus berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.