KabarMakassar.com — Penurunan produksi padi di Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga 60% pada Kuartal I/2024 berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi wilayah.
Data menunjukkan ekonomi Sulsel hanya tumbuh sebesar 4,82% (yoy) pada kuartal pertama tahun ini, lebih rendah dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,29% (yoy).
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, M Abdul Majid Ikram, menjelaskan sektor pertanian, yang menjadi penopang utama struktur PDRB Sulsel, mengalami kendala yang signifikan.
Produksi padi tidak sebaik pada tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh fenomena El Nino pada Kuartal IV/2023 yang menyebabkan kekeringan dan mempengaruhi produksi di kuartal berikutnya.
Selain itu, distribusi pupuk yang tidak optimal juga menjadi faktor penting dalam melambatnya produktivitas sektor pertanian.
“Meskipun sektor penopang lain seperti perdagangan, industri pengolahan dan konstruksi mengalami pertumbuhan, tapi pertanian kita kontraksi 3,72%. Sektor ini mengalami kendala, produksi padi tidak sebaik tahun sebelumnya, produktivitas kita rendah, juga realisasi pupuk yang tidak meyakinkan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Bank Indonesia mendorong Sulsel untuk meningkatkan produksi padi di kuartal-kuartal mendatang dengan memperhatikan sumber daya manusia, distribusi pupuk, mencegah alih fungsi lahan pertanian, dan menerapkan teknologi yang mutakhir.
Selain itu, pemanfaatan infrastruktur, khususnya pelabuhan hub di Makassar, diharapkan dapat memperlancar distribusi dan mendorong pengembangan industri di sekitar kota Makassar.
“Kita harus berintegrasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Sulsel harus memperhatikan sumber daya manusia, distribusi pupuk, mencegah alih fungsi lahan pertanian, dan menerapkan teknologi terbaru. Fokus kita harus pada sektor pertanian, yang tidak hanya berdampak pada PDRB, tetapi juga pada industri dan tenaga kerja,” jelas Ikram.