kabarbursa.com
kabarbursa.com

Pendidikan Saham Diusulkan Masuk Kurikulum SD, BEI Dorong Literasi Keuangan Sejak Dini

Pendidikan Saham Diusulkan Masuk Kurikulum SD, BEI Dorong Literasi Keuangan Sejak Dini
Ilustrasi saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Makassar, Fahmin Amirullah, menyatakan pentingnya edukasi keuangan, termasuk pasar modal, sejak usia dini untuk melindungi investor dan meningkatkan literasi keuangan generasi muda.

Upaya ini tidak hanya bertujuan membangun kesadaran finansial, tetapi juga memberikan dampak positif jangka panjang terhadap pertumbuhan pasar modal Indonesia.

Pemprov Sulsel

Salah satu langkah perlindungan yang telah diterapkan BEI adalah melalui Papan Pemantauan Khusus.

Fasilitas ini memungkinkan investor untuk memahami kondisi fundamental dan likuiditas saham tertentu, membantu mereka memitigasi risiko dalam investasi.

Menurut Fahmin, langkah ini selaras dengan tujuan menciptakan generasi yang melek keuangan.

“Edukasi keuangan sejak dini adalah langkah tepat, apalagi dengan kemajuan teknologi saat ini yang memudahkan generasi muda, termasuk Gen Alpha, mendapatkan informasi. Dengan pendidikan ini, mereka dapat memfilter informasi yang didapatkan dan memahami konsep keuangan secara benar,” ungkap Fahmin, Jumat (03/01).

Ia juga menyoroti potensi manfaat pendidikan saham sejak dini. Dengan memahami konsep investasi dari kecil, anak-anak memiliki peluang lebih besar menjadi investor aktif di masa dewasa.

Hal ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah investor di pasar modal, menciptakan stabilitas melalui diversifikasi investor, dan mencegah generasi muda terjebak dalam penipuan investasi.

Usulan memasukkan pendidikan saham ke dalam kurikulum tingkat sekolah dasar (SD) pun mencuat. Materi yang diberikan nantinya dirancang dengan konsep dasar agar mudah dipahami anak-anak.

Langkah ini dinilai penting untuk membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan keuangan di masa depan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

“Jika dilakukan dengan benar, pendidikan finansial di tingkat SD tidak hanya memungkinkan anak-anak memahami keuangan sejak dini, tetapi juga membawa dampak besar bagi literasi finansial masyarakat Indonesia di masa depan,” tambah Fahmin.

Sebelumnya, Pengamat Pasar Modal STIE Nusantara Makassar, Agus Arman, mengapresiasi adanya wacana upaya literasi pasar modal yang mulai diperkenalkan di tingkat sekolah dasar (SD).

Namun, ia menegaskan perlunya penyesuaian kurikulum agar materi yang diajarkan sesuai dengan kemampuan anak-anak.

“Untuk tingkat SD, ini sangat baik, tetapi harus disesuaikan. Pasar modal cukup kompleks, jadi kurikulum harus dirancang dengan fokus pada konsep dasar keuangan, seperti menabung, investasi, dan pengelolaan risiko,” ujar Agus Arman saat dihubungi, Jumat (03/01).

Menurutnya, materi ajar perlu disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh siswa SD.

Pendekatan yang disarankan adalah melalui simulasi, seperti konsep menabung, berbagi keuntungan, dan pengelolaan uang dalam konteks investasi.

Hal ini bertujuan membangun pemahaman dasar keuangan sejak dini secara menarik dan praktis.

Ia juga menyoroti pentingnya pelatihan bagi para guru agar mampu mengajarkan materi pasar modal dengan baik.

Agus menyarankan agar sekolah dasar menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki dosen berkompeten di bidang pasar modal, terutama yang telah memiliki sertifikasi profesi.

“Sekolah dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki pojok bursa efek untuk praktek atau simulasi. Selain itu, fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat dioptimalkan untuk program literasi keuangan yang melibatkan perguruan tinggi,” tambahnya.

Langkah ini, menurut Agus, akan menjadi fondasi penting dalam membangun generasi muda yang paham keuangan, berdaya saing, dan memiliki keterampilan dasar investasi sejak dini.

Selain itu, pendampingan khususnya dilakukan oleh orang tua menjadi kiat penting jika kebijakan ini benar dilakukan kedepan.

Menurutnya, pendidikan dini yang tak hanyaenjelaskan keuntungan melainkan ada resiko dari setiap keputusan di pasar modal.

“Pendampingan orang tua yang penting, bahwa dalam pasar modal ada keuntungan tetapi juga risiko,” tutupnya.

Untuk informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan komitmennya untuk mendorong Pasar Modal Indonesia berperan lebih aktif dalam mendukung program strategis pemerintah dan target pertumbuhan ekonomi nasional.

Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (02/01).

Menurut Mahendra, penguatan Pasar Modal Indonesia dilakukan melalui peningkatan pendalaman pasar, termasuk peningkatan jumlah dan kualitas perusahaan tercatat serta mendorong emiten berkapitalisasi besar untuk melantai di bursa. OJK juga mengupayakan penguatan regulasi dan sistem penawaran umum agar lebih efisien dan transparan.

Selain itu, program pengembangan produk, infrastruktur, dan layanan baru menjadi fokus utama. OJK mendorong peningkatan peran investor institusi di pasar perdana dan sekunder, serta optimalisasi pemanfaatan Efek Beragunan Aset (EBA) untuk mendukung likuiditas program 3 juta rumah.

“Kami siap memperkuat skema dan ekosistem EBA demi keberhasilan program ini,” ujar Mahendra.

Inisiatif lain meliputi pengembangan produk berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), bursa karbon, serta peningkatan layanan transaksi efek.

Hingga 30 Desember 2024, perdagangan bursa karbon mencatat volume transaksi 908 ribu ton CO2 ekuivalen dengan nilai total Rp50,64 miliar. Sebanyak 100 perusahaan telah berpartisipasi dalam perdagangan karbon ini.