kabarbursa.com
kabarbursa.com

Pemangkasan Suku Bunga The Fed, Rupiah Diproyeksi Menguat

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Didukung Penurunan Utang Pemerintah
ilustrasi rupiah (doc KabarMakassar)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Mata uang Rupiah diprediksi akan melanjutkan tren penguatan pada perdagangan pembukaan pekan ini Senin (19/09). Hal ini didorong oleh ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Pada Jumat, (16/08) kemarin, Rupiah mencatat penguatan tipis sebesar 0,04% terhadap dolar AS di pasar spot, berada pada level Rp 15.693 per dolar AS, menurut data Bloomberg. Namun, di sisi lain, nilai tukar Jisdor BI menunjukkan pelemahan sebesar 0,18% ke level Rp 15.716 per dolar AS.

Pemprov Sulsel

Tren penguatan Rupiah diperkirakan berlanjut meskipun pergerakannya mungkin akan terbatas. Hal ini disebabkan oleh minimnya rilis data ekonomi penting baik dari dalam negeri maupun global yang bisa memicu volatilitas pasar. Secara teknikal, pergerakan Rupiah dalam beberapa hari terakhir menunjukkan tren sideways, menandakan fase konsolidasi setelah penguatan signifikan yang terjadi sebelumnya.

Penguatan Rupiah pekan lalu turut didorong oleh data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan, baik pada tingkat produsen maupun konsumen. Data tersebut meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang pada akhirnya memperlemah dolar AS dan memberikan sentimen positif bagi Rupiah.

Namun, meski ada data penjualan ritel dan klaim pengangguran AS yang menunjukkan hasil lebih baik, investor justru meresponsnya dengan kekhawatiran akan potensi resesi yang mereda, yang kembali menekan dolar AS.

Dari sisi domestik, arus masuk modal asing ke Surat Berharga Negara (SBN) juga menjadi faktor pendukung penguatan Rupiah. Investor asing mulai mengantisipasi kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) yang dapat menurunkan imbal hasil obligasi Indonesia.

Selain itu, pergerakan Rupiah juga mendapatkan dukungan dari respons positif pasar terhadap pidato Presiden Joko Widodo di Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI, yang menyoroti capaian infrastruktur selama 10 tahun masa kepemimpinannya. Sentimen positif ini semakin memperkuat posisi Rupiah di tengah dinamika pasar global.

Disisi lai, pergerakan nilai tukar rupiah pekan lalu menunjukkan apresiasi yang signifikan, didorong oleh masuknya dana asing yang deras ke pasar keuangan domestik.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) yang dirilis pada periode 12-15 Agustus 2024, tercatat investor asing melakukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp9,67 triliun. Rinciannya, Rp7,36 triliun mengalir ke pasar Surat Berharga Negara (SBN), Rp2,18 triliun ke pasar saham, dan Rp0,13 triliun ke Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Memasuki pekan ini, perhatian pelaku pasar akan tertuju pada berbagai sentimen domestik yang diprediksi mempengaruhi pergerakan rupiah. Salah satu isu utama adalah kemungkinan reshuffle kabinet yang akan dilakukan Presiden Joko Widodo, yang dijadwalkan berlangsung hari ini, Senin (19/08).

Dalam reshuffle kali ini, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly, yang merupakan politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dikabarkan akan digantikan oleh Supratman Andi Agtas, politikus dari Partai Gerindra.

Selain itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif, juga disebut-sebut akan diganti oleh Bahlil Lahadalia, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Posisi Bahlil sendiri di BKPM kabarnya akan diisi oleh Rosan Roeslani, yang saat ini menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran.

Tidak hanya perombakan kabinet, Presiden Jokowi juga dirumorkan akan melantik dua kepala badan baru, termasuk Kepala Badan Gizi Nasional yang baru dibentuk melalui Perpres 82/2024.

Selain reshuffle kabinet, sentimen dari dalam negeri juga dipengaruhi oleh hasil pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025. Presiden Jokowi baru saja menyampaikan Pidato RAPBN 2025 dan Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR RI akhir pekan lalu, yang menjadi perhatian penting bagi investor dan pelaku pasar.

Bank Indonesia juga akan menjadi sorotan pekan ini dengan Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan berlangsung, serta rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2024 yang diperkirakan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ekonomi nasional.

Dari sisi eksternal, pelaku pasar global akan memantau pertemuan FOMC pada Selasa (22/08) besok, di mana risalah rapat tersebut diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).

Selain itu, Simposium Ekonomi Jackson Hole yang akan berlangsung selama tiga hari juga menjadi acara penting yang ditunggu-tunggu, dengan kehadiran sejumlah pejabat bank sentral, pemangku kebijakan, akademisi, hingga ekonom dari berbagai negara.

PDAM Makassar