kabarbursa.com
kabarbursa.com

Pekan Kedua, IHSG Diprediksi Konsolidasi Jelang Rilis Data PDB Kuartal II/2024

Pasar Saham Indonesia Bergairah IHSG Sentuh Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah
Ilustrasi KabarMakassar
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami konsolidasi pada awal perdagangan pekan kedua Agustus yang jatuh hari ini, Senin (05/08). Hal ini terjadi menjelang rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal II/2024. IHSG menutup perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (02/08) kemarin, dengan melemah 0,24% ke level 7.308,12. Secara teknikal, terdapat pola golden cross pada Stochastic RSI dan penyempitan negative slope pada MACD.

Meskipun demikian, pola bullish spinning top yang terbentuk mengindikasikan potensi konsolidasi pada pergerakan IHSG. Dengan demikian, IHSG diprediksi akan bergerak di area 7.300-7.330 pada Senin.

Pemprov Sulsel

Pada perdagangan awal pekan ini, level resistance IHSG diperkirakan berada di angka 7.380, dengan level pivot di 7.350 dan level support di 7.300.

Pasar domestik menantikan rilis data penting PDB pada Senin (5/8), yang diperkirakan berada di level 5% untuk kuartal II/2024, turun dari level 5,11% di kuartal I/2024. Secara kuartalan, ekspektasi peningkatan PDB sebesar 3,71% menunjukkan adanya pemulihan setelah penurunan 0,83% pada kuartal I/2024.

Meskipun proyeksi tersebut lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2024, laju pertumbuhan ekonomi tetap positif di kisaran level 5%, meski terdapat ketidakpastian dari perekonomian global.

Dari sentimen global, Bursa Asia mayoritas melemah setelah aksi sell-off di Wall Street menyusul rilis data ekonomi AS yang lemah. Indeks manufaktur ISM pada Juli 2024 turun ke level 46,8, menandai kontraksi di sektor manufaktur selama empat bulan berturut-turut, mengindikasikan perlambatan pada perekonomian AS. Hal ini mendorong investor untuk beralih ke instrumen investasi yang lebih aman atau safe haven.

Saham-saham yang dapat diperhatikan pada Senin (05/08) meliputi ADMR, HRUM, PTBA, MAPI, BBTN, dan EXCL.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (2/8/2024) sore ditutup turun mengikuti pelemahan bursa saham kawasan Asia. IHSG ditutup melemah 17,85 poin atau 0,24 persen ke posisi 7.308,12, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 6,13 poin atau 0,66 persen ke posisi 919,36.

Bursa Asia cenderung melemah, dengan pasar mengantisipasi perlambatan ekonomi global akibat rilis data ekonomi AS dan kekhawatiran akan meluasnya konflik di Timur Tengah. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan risiko pasokan minyak mentah turut mempengaruhi sentimen pasar.

Di dalam negeri, data Kementerian Ketenagakerjaan mengungkapkan peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepanjang semester I 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada periode Januari-Juni 2024, terdapat 32.064 tenaga kerja yang ter-PHK, naik 21,45 persen dari 26.400 orang pada periode yang sama tahun lalu, menunjukkan dampak ketidakpastian ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tiga sektor menguat dipimpin oleh sektor energi sebesar 0,80 persen, diikuti oleh sektor barang konsumen non primer dan sektor properti yang masing-masing naik 0,57 persen dan 0,46 persen. Sedangkan delapan sektor lainnya mengalami penurunan, dengan sektor transportasi & logistik turun paling dalam sebesar 0,96 persen, diikuti oleh sektor infrastruktur dan sektor barang baku yang turun masing-masing 0,88 persen dan 0,73 persen.

Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar meliputi DART, TGUK, HALO, RAAM, dan DSSA, sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yaitu CAMP, HELI, URBN, MBTO, dan IOTF.

Di sisi lain, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street turut melemah pada akhir perdagangan pekan kemarin. Pelemahan ini dipicu oleh laporan pekerjaan yang jauh lebih lemah dari yang diantisipasi pada Juli, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi dapat jatuh ke dalam resesi.

Indeks S&P 500 turun 1,84 persen ke posisi 5.346,56, sementara indeks Nasdaq anjlok 2,43 persen ke posisi 16.776,16, yang membuatnya merosot lebih dari 10 persen dari titik tertingginya baru-baru ini. Indeks Dow Jones juga terpangkas 1,51 persen ke posisi 39.737,26.

Wall Street merosot setelah laporan dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di AS pada Juli melambat lebih dari yang diharapkan, dengan hanya 114.000 pekerjaan baru, jauh di bawah perkiraan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones yang memperkirakan 185.000 pekerjaan. Selain itu, tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3 persen, tertinggi sejak Oktober 2021.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun ke level terendah sejak Desember, karena investor beralih ke obligasi mencari keamanan di tengah kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) mungkin membuat kesalahan dengan mempertahankan suku bunga acuan.

Saham-saham berkapitalisasi besar juga mengalami penurunan signifikan. Kinerja kuartal II Amazon yang mengecewakan menyebabkan sahamnya turun 8,8 persen. Selain itu, Intel juga merosot 26 persen setelah mengumumkan arahan yang lemah dan PHK. Nvidia mengalami penurunan 1,8 persen setelah sebelumnya turun 6 persen sehari sebelumnya.

Indeks Nasdaq menjadi yang pertama dari tiga indeks acuan utama yang memasuki wilayah koreksi, turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya. Sementara itu, S&P 500 dan Dow Jones masing-masing turun 5,7 persen dan 3,9 persen dari rekor tertingginya.