kabarbursa.com
kabarbursa.com

Pasar Keuangan Bersiap, Peresmian Danantara dan Data Ekonomi AS Jadi Sorotan

Pasar Keuangan Bersiap, Peresmian Danantara dan Data Ekonomi AS Jadi Sorotan
Ilustrasi Badan Pengelola Investasi Indonesia bernama Danantara (Dok : KabarMakassar)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pekan ini, pasar keuangan global bersiap menghadapi berbagai rilis data ekonomi yang berpotensi mempengaruhi kebijakan moneter.

Dari dalam negeri, perhatian tertuju pada data uang beredar (M2) Januari 2025 yang akan dirilis oleh Bank Indonesia (BI).

Pemprov Sulsel

Sementara itu, investor global menanti data inflasi pengeluaran konsumen AS (PCE), pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024, serta laporan ketenagakerjaan AS yang dapat menentukan arah suku bunga The Fed.

Namun, sorotan utama hari ini adalah peluncuran Daya Anagata Nusantara (Danantara), yang menandai babak baru dalam pengelolaan investasi strategis Indonesia.

Presiden RI Prabowo Subianto dijadwalkan meresmikan Danantara dalam sebuah acara yang digelar di Halaman Tengah Istana Kepresidenan, Jakarta, pada hari ini, Senin (24/02).

Menurut Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana, peluncuran ini menjadi momen transformatif bagi ekonomi Indonesia.

“Peluncuran Danantara akan diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto,” ujarnya dikutip Senin (24/02).

Presiden Prabowo sebelumnya menyatakan bahwa pendanaan awal Danantara diproyeksikan mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 326 triliun.

Dalam forum World Government Summit pada 13 Februari lalu, ia juga mengungkapkan bahwa nilai aset yang akan dikelola (AUM) oleh Danantara berpotensi mencapai US$ 980 miliar atau sekitar Rp 15.974 triliun.

“Danantara akan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi kita, dengan investasi di berbagai sektor strategis seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, hingga produksi pangan,” ujar Prabowo.

Ia menambahkan bahwa inisiatif ini juga sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%.

Danantara diproyeksikan memiliki peran serupa dengan Temasek di Singapura, yaitu sebagai entitas yang mengelola investasi dan aset BUMN secara profesional.

Tugas utamanya meliputi optimalisasi dividen BUMN hingga pengelolaan penyertaan modal untuk proyek-proyek berkelanjutan.

Sementara itu, di pasar global, investor juga memantau Dallas Fed Manufacturing Index untuk Februari, yang sebelumnya tercatat di angka 14,1 dan diprediksi turun ke 18. Indeks ini menjadi indikator awal kondisi manufaktur di Texas dan dapat memberikan gambaran tentang permintaan industri di AS.

Dengan peluncuran Danantara serta berbagai faktor global yang berpengaruh, pekan ini akan menjadi periode penting bagi pergerakan pasar keuangan dan investasi di Indonesia.

Menjelang bulan suci Ramadan, pekan ini menjadi periode paling sibuk bagi pasar keuangan dengan serangkaian rilis data ekonomi penting.

Selain peresmian Danantara yang menjadi sorotan utama hari ini, investor global juga akan mencermati sejumlah indikator ekonomi dari Amerika Serikat (AS) yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter The Fed.

Pada esok, Selasa (25/02), perhatian tertuju pada data CB Consumer Confidence Februari yang sebelumnya berada di level 104,1, dengan proyeksi turun ke 103.

Jika angka yang dirilis lebih rendah dari perkiraan, pasar bisa bereaksi negatif karena menandakan pelemahan daya beli konsumen.

Selain itu, laporan S&P/Case-Shiller Home Price Index Desember akan memberikan gambaran lebih lanjut mengenai kondisi pasar properti AS, yang dapat berdampak pada arah suku bunga The Fed.

Memasuki Rabu (26/02) lusa, fokus tertuju pada data New Home Sales Januari, di mana sebelumnya tercatat sebanyak 698 ribu unit.

Jika angka ini turun di bawah ekspektasi, pasar properti AS bisa mengalami tekanan lebih lanjut. Selain itu, laporan API Crude Oil Stock Change akan memberikan wawasan terkait perubahan stok minyak mentah AS.

Sebelumnya, stok minyak meningkat 3,34 juta barel, yang berpotensi mempengaruhi harga minyak global.

Kemudian pada Kamis (27/02), AS dijadwalkan merilis estimasi kedua pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024. Sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh 3,1%, namun jika data terbaru menunjukkan perlambatan, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed bisa semakin menguat.

Selain itu, pasar juga akan memantau data Initial Jobless Claims untuk pekan yang berakhir 22 Februari 2025, di mana sebelumnya tercatat 219 ribu, dengan proyeksi meningkat menjadi 225 ribu. Jika angka ini lebih tinggi dari perkiraan, maka kondisi pasar tenaga kerja AS berpotensi semakin tertekan.

Puncak perhatian akan terjadi pada Jumat (28/02) depan dengan dirilisnya PCE Price Index kuartal IV-2024, yang menjadi indikator utama bagi The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter.

Estimasi awal menunjukkan inflasi PCE berada di 2,3% (qtq), sedangkan inflasi inti PCE diperkirakan 2,5% (qtq). Jika angka yang dirilis lebih tinggi dari perkiraan, harapan pemangkasan suku bunga The Fed bisa semakin menipis.

Selain itu, data neraca perdagangan AS untuk Januari juga akan menjadi perhatian. Sebelumnya, defisit perdagangan AS tercatat US$122,1 miliar, dan jika angka ini semakin melebar, dapat menjadi indikasi tekanan lebih lanjut bagi ekonomi AS.

Dengan sederet data ekonomi yang akan dirilis sepanjang pekan ini, pasar keuangan diperkirakan akan mengalami volatilitas tinggi, terutama dalam menyikapi arah kebijakan moneter The Fed di tengah dinamika global.

Dari segi pasar modal Sepanjang pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan sebesar 2,48%, mengakhiri perdagangan di level 6.803 dibandingkan pekan sebelumnya yang berada di posisi 6.638.

Tren positif ini diiringi oleh peningkatan kapitalisasi pasar yang tumbuh 3,37% menjadi Rp11.786 triliun dari Rp11.401 triliun pada pekan sebelumnya.

Peningkatan ini mencerminkan optimisme investor terhadap pasar modal Indonesia di tengah dinamika ekonomi global yang masih penuh tantangan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata volume transaksi harian mencatat lonjakan sebesar 18,99%. Jika pekan lalu tercatat sebanyak 15,45 miliar lembar saham yang diperdagangkan, pekan ini jumlahnya meningkat menjadi 18,38 miliar lembar saham.

Hal serupa juga terjadi pada frekuensi perdagangan harian yang mengalami kenaikan 6,17%, dari 1,16 juta transaksi pada pekan lalu menjadi 1,23 juta transaksi dalam sepekan ini.

Kenaikan volume dan frekuensi transaksi ini mencerminkan adanya peningkatan aktivitas di pasar modal, menunjukkan bahwa minat investor masih tinggi dalam melakukan transaksi saham.

Namun demikian, nilai transaksi harian justru mengalami sedikit penurunan. Tercatat, nilai transaksi harian turun 3,74% menjadi Rp11,78 triliun dari Rp12,24 triliun pada pekan sebelumnya.

Meskipun terdapat penurunan, pasar tetap menunjukkan dinamika positif dengan meningkatnya aktivitas perdagangan yang dapat mencerminkan adanya strategi diversifikasi yang dilakukan oleh para investor dalam menghadapi pergerakan harga saham.

Sementara itu, investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp705,15 miliar pada akhir pekan ini. Secara akumulatif sejak awal tahun 2025, investor asing telah membukukan jual bersih senilai Rp11,68 triliun, mencerminkan adanya strategi diversifikasi portofolio oleh investor global dalam menghadapi dinamika pasar keuangan.

Meskipun investor asing cenderung melakukan aksi jual, pasar domestik masih menunjukkan ketahanan dengan adanya peningkatan aktivitas perdagangan oleh investor lokal yang turut menjaga pergerakan IHSG tetap positif.

BEI melalui keterangan resminya yang dikutip Minggu (23/02) menyebut kapitalisasi pasar mengalami peningkatan signifikan sebesar 3,37%, menunjukkan adanya kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.

Kenaikan kapitalisasi pasar ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan dari aksi jual investor asing, pasar tetap tumbuh berkat minat investor domestik yang cukup kuat dalam melakukan transaksi di bursa.

Selain pergerakan IHSG, dalam sepekan ini Bursa Efek Indonesia mencatatkan penerbitan dua obligasi dan satu sukuk.

Pada Senin (17/2), PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Adira Finance Tahap V Tahun 2025 senilai Rp2,06 triliun dengan peringkat idAAA (Triple A). PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat dalam penerbitan obligasi ini.

Kehadiran obligasi ini menambah pilihan investasi bagi pelaku pasar yang mencari instrumen dengan risiko lebih rendah dibandingkan saham.

Pada hari yang sama, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) juga mencatatkan Obligasi Berkelanjutan VII Sarana Multigriya Finansial Tahap VIII Tahun 2025 dengan nilai Rp704,9 miliar.

Selain itu, perusahaan tersebut turut menerbitkan Sukuk Musyarakah Berkelanjutan I Sarana Multigriya Finansial Tahap IV Tahun 2025 dengan nominal Rp362,8 miliar.

Pefindo memberikan peringkat idAAA (Triple A) untuk obligasi tersebut dan idAAAsy (Triple A Syariah) untuk sukuknya. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dipercaya sebagai Wali Amanat dalam transaksi ini.

Kehadiran sukuk dalam pencatatan bursa ini menambah keberagaman instrumen keuangan berbasis syariah yang semakin diminati oleh investor.

Dengan tambahan pencatatan tersebut, total penerbitan obligasi dan sukuk yang telah tercatat di BEI sepanjang tahun 2025 mencapai 16 emisi dari 12 emiten dengan nilai total Rp18,39 triliun.

Secara keseluruhan, jumlah emisi obligasi dan sukuk yang masih tercatat di BEI mencapai 602 emisi dengan total nilai nominal outstanding Rp484,86 triliun serta US$85,70 juta yang diterbitkan oleh 134 emiten.

Hal ini menunjukkan bahwa minat terhadap instrumen pendapatan tetap masih cukup tinggi di tengah pergerakan pasar saham yang dinamis.

Selain itu, BEI juga mencatat adanya 192 seri Surat Berharga Negara (SBN) dengan total nilai nominal sebesar Rp6.097,37 triliun dan US$502,10 juta.

Di samping itu, sebanyak 8 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nilai Rp2,41 triliun juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, mencerminkan semakin beragamnya instrumen investasi yang tersedia bagi para pelaku pasar.

Keberadaan SBN dan EBA dalam daftar efek yang tercatat di bursa turut memberikan kesempatan bagi investor yang mencari instrumen investasi dengan risiko lebih rendah dibandingkan saham.

Dengan perkembangan yang terjadi dalam sepekan ini, pasar modal Indonesia terus menunjukkan daya tariknya bagi investor domestik dan global.

Meskipun terdapat dinamika dalam pergerakan nilai transaksi harian, peningkatan IHSG dan kapitalisasi pasar memberikan optimisme terhadap prospek pertumbuhan pasar modal di tahun 2025.

Dengan adanya variasi instrumen investasi yang semakin beragam, para investor memiliki lebih banyak pilihan dalam menyusun strategi investasi mereka di tengah fluktuasi pasar yang tetap menjadi bagian dari dinamika ekonomi global.

harvardsciencereview.com
https://inuki.co.id