KabarMakassar.com — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pada akhir Agustus 2024, pasar modal Indonesia menunjukkan performa yang mengesankan, ditandai dengan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan berbagai indikator pasar lainnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Jayadi, melaporkan bahwa IHSG menguat sebesar 5,72 persen secara month-to-date (mtd) per akhir Agustus kemarin, mencapai level tertinggi sepanjang masa di 7670,73. Nilai kapitalisasi pasar juga meningkat sebesar 6,29 persen mtd, atau 12,34 persen year-to-date (ytd), mencapai sekitar Rp13 ribu triliun
Tren penguatan ini tidak hanya terlihat pada IHSG, tetapi juga pada aktivitas investor non-residen yang mencatatkan net buy sebesar Rp28,77 triliun rupiah secara mounth to date (mtd), dan 27,73 triliun rupiah ytd.
“Penguatan ini terus berlanjut hingga awal September 2024, menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari investor terhadap pasar saham Indonesia,” katanya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulan (RDKB) Agustus 2024 OJK via Zoom Meeting, Jumat (06/09)
Selain itu, pasar obligasi juga mencatatkan penguatan dengan indeks obligasi meningkat sebesar 1,71 persen mtd atau 4,41 persen ytd, mencapai level 391,14. Sektor ini menunjukkan stabilitas dan menjadi pilihan investasi yang menarik di tengah tren positif pasar modal.
Industri pengelolaan investasi juga mengalami pertumbuhan, dengan nilai aset yang tercatat sebesar 841,37 triliun rupiah, naik 1,34 persen mtd dan 2,02 persen ytd. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan minat terhadap produk investasi di Indonesia.
“Di sisi lain, penghimpunan dana di pasar modal terus berada dalam tren positif dengan total nilai penawaran umum mencapai Rp135,25 triliun,” lanjutnya
Dari jumlah tersebut, kata Dian, Rp4,9 triliun rupiah berasal dari 28 emiten baru yang melantai di bursa, menandakan minat yang kuat terhadap pasar modal Indonesia.
Bursa karbon, yang diluncurkan tahun lalu, juga menunjukkan kinerja positif. Hingga akhir Agustus 2024, sebanyak 75 pengguna jasa telah berpartisipasi dengan total volume perdagangan mencapai 613 ton CO2 ekuivalen, yang bernilai 37,05 miliar rupiah. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mendukung ekonomi berkelanjutan melalui mekanisme perdagangan karbon.
Selama bulan Agustus, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga fokus pada penyusunan regulasi untuk industri pasar modal.
Beberapa di antaranya adalah Rancangan Peraturan OJK (RPOJK) tentang pengendalian internal dan perilaku perusahaan efek, serta pengembangan dan penguatan investasi sebagai tindak lanjut dari UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).
Selain itu, OJK juga menyusun RPOJK tentang laporan bank umum untuk meningkatkan kualitas pelayanan data secara terintegrasi dan transparan.
“Kami terus memperkuat pengawasan terhadap perusahaan efek dan industri pengelolaan investasi untuk memastikan pasar modal Indonesia tetap sehat dan berkembang,” ujar Inarno Jayadi.
Lebih lanjut, Dian menyebut pihaknha berkomitmen untuk mendorong perluasan inklusi pasar modal guna mendukung ekonomi keberlanjutan di Indonesia.
Dengan tren positif yang terus berlanjut, pasar modal Indonesia diharapkan dapat terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, serta mendukung agenda pembangunan berkelanjutan di masa mendatang.