KabarMakassar.com — Industri perbankan wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, berhasil menunjukkan stabilitas yang kuat dalam menghadapi berakhirnya restrukturisasi kredit pada 31 Maret lalu.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tingkat intermediasi loan to deposit ratio (LDR) mencapai 126,65 persen, sementara non performing loan (NPL) atau risiko kredit bermasalah tetap terjaga di angka rendah, yakni 2,70 persen.
Kepala OJK Regional 6 Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua), Darwisman, mengungkapkan bahwa kinerja industri perbankan di Sulsel juga menunjukkan kestabilan, dengan LDR sebesar 124,29 persen dan tingkat NPL yang tetap aman di 3,08 persen.
“Meski begitu, pertumbuhan industri perbankan di wilayah ini tetap positif. Total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 7,37 persen, 8,42 persen, dan 9,81 persen (yoy),” ujar Darwisman.
Total aset perbankan di Sulsel mencapai Rp190,95 triliun, dengan kontribusi dari bank umum sebesar Rp187,30 triliun dan bank perkreditan rakyat (BPR) sebesar Rp3,65 triliun. Sementara itu, DPK tumbuh menjadi Rp127,19 triliun, dan kredit yang disalurkan mencapai Rp158,08 triliun.
Dalam sektor kredit usaha mikro, realisasi kredit kepada UMKM di Sulsel meningkat sebesar 10,10 persen (yoy) menjadi Rp60,42 triliun, dengan porsi sebesar 38,95 persen dari total kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah tersebut.
“Kredit usaha mikro mencatat pertumbuhan tertinggi, mencapai 30,01 persen (yoy) menjadi Rp33,26 triliun. Secara total, kredit UMKM telah disalurkan kepada 926.391 debitur dengan tingkat NPL terkendali pada level 4,91 persen,” tambah Darwisman.