KabarMakassar.com — Pasar saham domestik pada November 2024 menunjukkan pelemahan yang cukup signifikan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa indeks saham domestik melemah sebesar 6,07 persen secara month-to-date (mtd) ke level 7.114,27.
Penurunan ini turut berdampak pada nilai kapitalisasi pasar yang tercatat sebesar Rp12.000 triliun, mengalami penurunan sebesar 5,48 persen secara mtd.
Selain itu, investor non-resident mencatatkan aksi jual bersih (net sell) dengan total sebesar Rp16,81 triliun selama periode tersebut.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, pelemahan di pasar saham ini terjadi hampir di seluruh sektor.
Sektor yang mencatat penurunan terbesar adalah sektor bahan dasar (basic materials) serta sektor properti dan real estate.
Meski begitu, dari sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham sepanjang tahun atau year-to-date (ytd) tercatat tetap stabil di angka Rp12,78 triliun.
Di sisi lain, pasar obligasi menunjukkan performa yang lebih positif dibandingkan pasar saham. Indeks pasar obligasi, Infovesta Corporate Bond Index (ICBI), mencatat kenaikan sebesar 0,15 persen secara mtd, dengan nilai indeks mencapai level 393,14.
Meski begitu, yield Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8,41 basis poin secara mtd hingga 29 November 2024.
Investor non-resident pada pasar SBN mencatatkan aksi jual bersih dengan nilai sebesar Rp13,07 triliun secara mtd per 29 November 2024.
Namun, berbeda dengan pasar saham dan SBN, pada pasar obligasi korporasi, investor non-resident justru mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp0,22 triliun secara mtd.
Pada industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp844,04 triliun.
Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,95 persen secara mtd, meskipun secara ytd tercatat tumbuh sebesar 2,34 persen.
Di sektor reksa dana, Nilai Aktiva Bersih (NAB) tercatat sebesar Rp494,45 triliun, mengalami penurunan sebesar 1,17 persen secara mtd.
Namun, secara keseluruhan, sektor ini tetap menunjukkan perkembangan positif dengan mencatatkan net subscription sebesar Rp3,0 triliun sepanjang November 2024.
Inarno Djajadi juga mengungkapkan bahwa penggalangan dana di pasar modal tetap berada dalam tren yang positif.
Hingga November 2024, nilai total penawaran umum yang tercatat mencapai Rp219,45 triliun.
Jumlah tersebut mencakup kontribusi dari 34 emiten baru yang melakukan penggalangan dana melalui berbagai mekanisme, termasuk Initial Public Offering (IPO), penerbitan Efek Beragun Aset (EBUS), dan penawaran umum oleh pemegang saham.
Dari total nilai tersebut, penggalangan dana melalui IPO saham, penerbitan EBUS, dan penawaran umum mencatatkan nilai sebesar Rp51,20 triliun.
Selain itu, terdapat 133 pipeline penawaran umum yang tengah disiapkan dengan nilai indikatif mencapai Rp58,34 triliun.
Sementara itu, untuk penggalangan dana melalui Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan regulasi hingga 29 November 2024, tercatat sebanyak 18 penyelenggara telah mendapatkan izin resmi dari OJK.
Selama periode tersebut, telah dilakukan 694 penerbitan efek dengan melibatkan 170.450 pemodal. Total dana yang berhasil dihimpun melalui SCF dan teradministrasi di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencapai Rp1,33 triliun.