KabarMakassar.com — Perkembangan pasar bursa karbon di Indonesia terus menunjukkan tren positif sepanjang kuartal pertama 2025. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa hingga akhir Maret 2025, total nilai transaksi dari pemanfaatan jasa karbon telah mencapai Rp77,91 miliar.
Peningkatan ini turut tercermin dari jumlah pengguna dan volume transaksi yang terus bertambah. Berdasarkan data OJK, sebanyak 111 pengguna telah memanfaatkan jasa karbon dengan total volume sebesar 1.598.693 ton karbon dioksida ekuivalen (tCO2e). Angka tersebut naik dari posisi sebelumnya sebesar 1.578.443 tCO2e yang dicapai oleh 110 pengguna.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengungkapkan bahwa perkembangan ini menjadi sinyal positif bagi pasar karbon di dalam negeri.
Ia menyebutkan, pada Februari 2025 lalu, nilai transaksi tercatat sebesar Rp77,25 miliar dan mengalami peningkatan menjadi Rp77,91 miliar di Maret.
“Transaksi bursa karbon sejak periode 26 September 2023 hingga 27 Maret 2025 kami lihat terus mengalami peningkatan positif,” kata Inarno dalam pernyataan resminya dikutip Rabu (30/04).
Untuk mendukung pertumbuhan pasar ini, OJK juga melakukan berbagai inisiatif, salah satunya adalah kunjungan kerja ke fasilitas pembangkit listrik energi terbarukan.
Kunjungan ini tidak hanya menyoroti pemanfaatan energi hijau, tetapi juga bagian dari upaya mendukung program hilirisasi pemerintah yang berdampak langsung pada peningkatan pasokan kredit karbon.
“Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan supply kredit karbon di bursa karbon,” ujar Inarno.
Dalam laporan yang sama, Inarno turut menyampaikan perkembangan sektor derivatif keuangan dan Securities Crowdfunding (SCF).
Periode 10 Januari hingga 28 Februari 2025 mencatat 111 pelaku dan empat penyelenggara berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST) antara OJK dan Bappebti.
Selama itu pula, volume transaksi derivatif keuangan dengan aset dasar berupa efek mencapai 98.684 lot, dengan nilai akumulatif sebesar Rp455,53 triliun sejak 1 Januari hingga 25 Februari 2025.
Sementara itu, di sektor SCF, tercatat ada 18 penyelenggara resmi yang telah mendapat izin dari OJK. Sejak aturan SCF diberlakukan hingga 26 Maret 2025, telah dilakukan 785 penerbitan efek dari 503 penerbit yang berhasil menarik minat 177.717 pemodal.
Total dana yang dihimpun dan tercatat di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencapai Rp1,49 triliun.
Capaian ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan sektor keuangan berkelanjutan yang dijalankan OJK terus membuahkan hasil.
Baik melalui peningkatan transaksi bursa karbon maupun penguatan skema pendanaan alternatif seperti SCF, OJK tetap konsisten mendorong partisipasi pelaku usaha dan masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi hijau dan inklusif.














