kabarbursa.com
kabarbursa.com

Masuk Zona Merah! IHSG Anjlok 0,75 Persen

IHSG Melemah 0,61 Persen, Berikut Saham yang Cetak Keuntungan Besar
Ilustrasi Saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada penutupan perdagangan Selasa (16/07) kemarin.

Berdasarkan data RTI Business, IHSG melemah sebesar 0,75% atau 54,57 poin, mengakhiri sesi di level 7.224,29. Penurunan ini menambah tekanan pada indeks yang sebelumnya sudah menunjukkan tren melemah.

Pemprov Sulsel

Meskipun IHSG menurun, pergerakan saham pada penutupan perdagangan hari ini didominasi oleh tren positif. Terdapat 273 saham yang terapresiasi, 270 saham terkoreksi, dan 247 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp7,7 triliun dari 11,9 miliar saham yang diperdagangkan.

Beberapa saham yang menjadi top gainers antara lain PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) yang naik 24,19% ke Rp77, PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) yang naik 20,48% ke Rp100, dan PT Ladangbaja Murni Tbk (LABA) yang naik 13,46% ke Rp236.

Sebaliknya, saham-saham yang masuk top losers antara lain PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) yang turun 11,56% ke Rp260, PT Homeco Victoria Makmur Tbk (LIVE) yang turun 9,70%, dan PT Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) yang turun 7,27% ke Rp153.

Saham-saham yang teraktif diperdagangkan meliputi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Astra International Tbk (ASII).

Indeks Sektoral
Beberapa indeks sektoral juga menunjukkan performa bervariasi. Indeks LQ45 turun 0,88% ke 904, indeks JII melemah 0,82% ke 504, indeks IDX30 turun 0,83% ke 450, dan indeks MNC36 turun 0,74% ke 340.

Di sektor-sektor lainnya, sektor energi menguat 0,1%, barang baku naik 0,65%, konsumer siklikal naik 1,62%, teknologi naik 1,15%, dan transportasi naik 0,64%. Sementara itu, sektor industri turun 0,18%, non-siklikal turun 0,78%, keuangan turun 0,61%, properti turun 0,28%, dan infrastruktur turun 0,74%.

Perdagangan Hari Ini
Selama perdagangan hari ini, IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di level 7.294,79 dan terendah di level 7.213,28. Pada sesi pertama, IHSG melemah 0,48% ke posisi 7.243,94 dengan nilai transaksi sekitar Rp4 triliun dari 7,1 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 554.265 kali. Sebanyak 251 saham menguat, 262 saham melemah, dan 263 saham stagnan.

Beberapa saham yang menjadi penekan utama IHSG antara lain PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang turun 3,04% ke level 8.775 dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang turun 1% ke level 9.950. Penurunan IHSG terjadi meski terdapat kabar positif dari Amerika Serikat, di mana pernyataan Ketua Federal Reserve AS menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Faktor Eksternal dan Internal
Pasar merespons negatif pertumbuhan ekspor yang hanya sebesar 1,17% (yoy), di bawah ekspektasi pasar sebesar 5% (yoy), dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS setelah rilis data neraca dagang Juni yang mencatat surplus US$2,39 miliar. IHSG berpotensi terkonsolidasi sebab rilis neraca dagang belum mampu mendongkrak indeks.

Namun, peluang koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan investor untuk melakukan akumulasi pembelian saham dengan likuiditas tinggi. Saham-saham yang direkomendasikan antara lain SRTG, MARK, ICBP, AALI, BBCA, dan BBNI.

Bursa Asia
Dua bursa Asia, yaitu Nikkei dan Shanghai, berada di zona hijau dengan kenaikan masing-masing sebesar 0,20% dan 0,08%. Namun, Hang Seng turun 1,60% dan Straits Times melemah 0,34%. Di lain sisi, investor di dalam negeri tampaknya masih cenderung wait and see menanti keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Rabu (17/07), di mana Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan dimulai hingga hari ini.

Sebelumnya, pada RDG BI Juni lalu, BI mempertahankan suku bunganya pada level 6,25% yang konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa ditahannya suku bunga acuan ini juga mempertimbangkan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah prospek perekonomian dunia yang lebih kuat. Ia menganggap, pertumbuhan ekonomi global pada 2024 akan mencapai 3,2% lebih tinggi dari perkiraan awal, terutama karena ditopang baiknya pertumbuhan ekonomi India dan China.

IHSG diperkirakan akan tetap berada di level psikologis 7.200 meski tekanan dari berbagai faktor eksternal dan internal masih berlanjut. Inflasi pada kuartal kedua naik pada laju tahunan sebesar 2,1%, tidak termasuk komponen makanan dan energi yang bergejolak, dan indeks tersebut cenderung lebih tinggi daripada indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi yang disukai oleh The Fed. Data PCE untuk bulan Juni baru akan dirilis minggu depan.

Deskripsi Powell mengenai perekonomian menunjukkan bahwa ia memandang perekonomian dengan cara yang penting sebagai kembali ke keseimbangan yang memungkinkan kembalinya inflasi secara stabil sesuai target bank sentral, dan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mencoba melindungi sisi lapangan kerja penuh negara tersebut.

IHSG diharapkan dapat menemukan momentum pemulihan seiring dengan stabilisasi faktor-faktor makroekonomi baik dari dalam maupun luar negeri. Investor disarankan untuk tetap waspada dan memanfaatkan peluang koreksi wajar untuk melakukan akumulasi saham-saham dengan fundamental kuat dan likuiditas tinggi.