KabarMakassar.com — Menyikapi kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate), Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Marsuki DEA menyampaikan apresiasi atas pengaruh positif yang terjadi.
Menurutnya, kebijakan BI rate berhasil mempengaruhi perilaku pelaku ekonomi, terutama dalam menahan aliran modal keluar dan menarik aliran masuk modal dari luar.
Meskipun demikian, kekhawatiran tetap terjadj sebab adanya terhadap gap nilai tukar yang masih melampaui target kebijakan, yakni sebesar Rp15 ribu per US dollar.
“Meskipun ada kekhawatiran terhadap gap nilai tukar yang masih signifikan, kondisi saat ini dapat dianggap cukup baik karena nilai tukar mampu stabil, memberikan kepercayaan bagi pelaku ekonomi terhadap tren perkembangan perekonomian ke depan,” ujarnya.
Namun, Prof Marsuki menyebut kondisi ketidakpastian dalam perkembangan perekonomian global dapat mempengaruhi kondisi di dalam negeri.
Dia menyebutkan, ada anggapan kondisi ini dapat menekan permintaan kredit dan meningkatkan risiko kredit macet (NPL). Namun, melihat tren perkembangan beberapa indikator moneter dan keuangan, seperti Loan to Value (LTV), Kebijakan Likuiditas Minimum (KLM), dan Rasio Pembiayaan Terhadap Modal (RPIM), kekhawatiran tersebut mungkin belum akan membahayakan dalam jangka pendek.
“BI dan pemerintah melalui kebijakan Makroprudensialnya, akan menjaga agar kondisi yang akan dihadapi perbankan dapat dimitigasi dengan beberapa kebijakan makroprudensial yang disiapkan,” lanjutnya.
Di sisi lain, kondisi perbankan umumnya cukup kuat dari segi permodalan dan rasio kecukupan modal (CAR, ATMR), sehingga diharapkan kebijakan makroprudensial BI dapat mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul.
Lebih lanjut, Prof Marsuki menilai masih sulit untuk memprediksi arah kebijakan suku bunga the Federal Reserve (the FED) AS. Menurutnya, arah kebijakan suku bunga FED sulit diprediksi karena eskalasi geopolitik dan keamanan yang masih tidak pasti.
“Ketidakpastian dalam kebijakan suku bunga FED AS dapat berdampak pada kebijakan BI, terutama dalam meningkatkan suku bunga kebijakannya. Oleh karena itu, perlu perhatian lebih dalam mengantisipasi dampak dari perkembangan ekonomi global yang semakin tidak pasti,” pungkasnya.