kabarbursa.com
kabarbursa.com

Investor Muda Menguat, OJK Catat 32 Ribu Remaja Terlibat Pasar Modal di Sulsel

Investor Muda Menguat, OJK Catat 32 Ribu Remaja Terlibat Pasar Modal di Sulsel
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Barat, Darwisman (Dok : Hanifa KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pertumbuhan pasar modal di Sulawesi Selatan (Sulsel) semakin positif. Kini, Total Single Investor Identification (SID) di Sulsel mencapai 385.477, mencatat pertumbuhan 29,62% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year), dengan Remaja mencapai 32 ribu.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), Darwisman, memaparkan pencapaian signifikan dalam perkembangan pasar modal di wilayah Sulawesi Selatan.

Pemprov Sulsel

“Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa tingkat inklusi masyarakat terhadap pasar modal semakin membaik. Semakin banyak individu yang sadar akan pentingnya investasi sebagai bagian dari pengelolaan keuangan,” ujar Darwisman dalam Jurnalis Update OJK, di Jakarta Minggu (01/12).

Lebih lanjut, Darwisman menjelaskan, pertumbuhan positif yang dicatat di Sulsel dengan rincian;

  • Saham: tumbuh 24,13%
  • Reksa Dana: meningkat 30,58%
  • Surat Berharga Negara (SBN): naik 17,31%

Ini mencerminkan minat masyarakat yang beragam terhadap instrumen investasi, dari instrumen berisiko tinggi seperti saham hingga instrumen yang lebih stabil seperti SBN.

Pegawai swasta mendominasi kepemilikan saham di Sulsel dengan 38.271 rekening, diikuti oleh pelajar (32.120) dan pengusaha (17.671). Berikut daftar lengkapnya:

  1. Pegawai Swasta: 38.271
  2. Pelajar: 32.120
  3. Pengusaha: 17.671
  4. Lainnya: 16.969
  5. Pegawai Negeri: 5.941
  6. Ibu Rumah Tangga: 5.397
  7. Guru: 1.740
  8. TNI/Polisi: 778
  9. Pensiunan: 623

Investor berusia muda menjadi motor utama pertumbuhan pasar modal di Sulsel. Rentang usia 18-25 tahun mendominasi dengan kontribusi 35%, diikuti oleh Usia 26-30 tahun sebesar 25%, Usia 31-40 tahun sebesar 24%, dan usia di atas 41 tahun sebesar 16%

“Dominasi generasi muda menunjukkan kesadaran yang semakin tinggi terhadap pentingnya investasi sejak dini. Ini adalah tren yang sangat positif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” jelas Darwisman.

Meski inklusi pasar modal terus meningkat, Darwisman menekankan pentingnya literasi keuangan.

“Pertumbuhan jumlah investor harus diiringi dengan pemahaman yang baik mengenai produk investasi, sehingga masyarakat tidak hanya tergiur dengan keuntungan tetapi juga memahami risiko,” tambahnya.

OJK Sulselbar bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berupaya meningkatkan edukasi keuangan melalui berbagai program literasi, termasuk untuk kelompok pelajar dan pekerja.

Dengan pertumbuhan yang konsisten dan inklusi yang semakin baik, pasar modal di Sulawesi Selatan diharapkan dapat menjadi katalis bagi pembangunan ekonomi wilayah dan mendorong masyarakat untuk berinvestasi dengan bijak.

Kepala Unit Pengelolaan Wilayah 3 Bursa Efek Indonesia (IDX), Kemas M. Rumaiyar, menyoroti pentingnya literasi pasar modal di kalangan mahasiswa untuk menciptakan kebiasaan investasi sejak dini. Melalui program Galeri Investasi, Bursa Efek dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkolaborasi mendekatkan edukasi keuangan kepada generasi muda.

“Pesan yang kami sampaikan sederhana, yaitu menciptakan kebiasaan atau habit. Bagaimana mahasiswa bisa memahami investasi, mengenali pasar modal, dan mulai mengambil langkah kecil untuk masa depan keuangan mereka,” ujar Kemas.

Kemas mengakui bahwa branding pasar modal saat ini masih memiliki tantangan. Berbeda dengan perbankan yang memiliki anggaran pemasaran besar, sekuritas masih terbatas dalam menjangkau audiens yang lebih luas.

“Karena itu, kami mendekatkan branding ini ke kampus-kampus melalui Galeri Investasi. Di sana, mahasiswa dapat belajar tentang bursa saham dengan pendekatan yang lebih santai, didukung oleh kekuatan sosial media untuk memperluas jangkauan,” jelasnya.

Ia juga mencatat perbedaan menarik antara generasi saat ini dan generasi sebelumnya dalam menyikapi kerugian investasi.

“Dulu, membahas kerugian itu memalukan. Tapi sekarang, ada yang justru berbagi cerita rugi di media sosial. Ini menunjukkan adanya perubahan mentalitas antara generasi Baby Boomers, X, Milenial, dan Gen Z,” tambah Kemas.

Melalui kolaborasi antara OJK dan Bursa Efek, Kemas berharap edukasi ini mampu mendorong perubahan pola pikir di kalangan mahasiswa.

“Alhamdulillah, dengan kerja sama ini, kami melihat peningkatan jumlah investor muda, khususnya dari generasi milenial. Ini adalah hasil positif dari upaya bersama untuk meningkatkan literasi keuangan,” ungkapnya.