KabarMakassar.com — Dalam ajang The 20th CITIC CLSA Asean yang baru-baru ini digelar di Jakarta, saham-saham small cap menjadi pusat perhatian para investor asing. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini dihadiri oleh 30 investor asing yang tertarik pada saham di sektor infrastruktur jalan tol, properti, dan pengembangan kawasan industri.
Di antara saham yang paling diminati adalah PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA).
Mayoritas peserta dalam acara tersebut menunjukkan ketertarikan yang besar pada saham JSMR dan SSIA. Tidak mengherankan, karena Jasa Marga adalah pemimpin dalam bisnis jalan tol di Indonesia, sementara Surya Semesta mendapatkan keuntungan dari boom sektor kawasan industri.
Menurut laporan riset dari CLSA, Jasa Marga menarik perhatian karena mencatat pertumbuhan dua digit berkat pengembangan masif dalam satu dekade terakhir. Meskipun saham JSMR sudah menguat 45% dalam setahun terakhir, minat asing tetap tinggi.
Saham SSIA telah mengalami kenaikan 150% sepanjang tahun ini, namun para investor masih melihat potensi besar di saham ini. Keyakinan tersebut didorong oleh prospek cerah perseroan, termasuk akuisisi lahan seluas 108 hektare oleh BYD, perusahaan kendaraan listrik terkemuka dunia, di kawasan industri Subang Smartpolitan milik SSIA.
CLSA merekomendasikan beli saham JSMR dengan target harga Rp 6.600, SSIA dengan target harga Rp 1.515, dan CTRA dengan target harga Rp 1.385. Potensi keuntungan dari ketiga saham tersebut berkisar antara 24-33%.
Penguatan IHSG dan Aktivitas Perdagangan yang Meningkat
Selama periode 19 hingga 21 Juni 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan signifikan sebesar 2,16 persen, menutup perdagangan di level 6.879,97. Penguatan ini mencerminkan sentimen positif yang mendominasi pasar saham Indonesia selama periode tersebut. Kapitalisasi pasar juga meningkat menjadi Rp 11.719 triliun, naik 2,03 persen dari pekan sebelumnya.
Aktivitas perdagangan di bursa menunjukkan peningkatan yang signifikan. Rata-rata nilai transaksi harian bursa melonjak 43,38 persen menjadi Rp 15,17 triliun dari Rp 10,58 triliun pada pekan sebelumnya. Peningkatan ini mengindikasikan tingginya minat dan aktivitas perdagangan saham di kalangan investor, didukung oleh optimisme terhadap prospek pasar.
Frekuensi transaksi harian bursa turut tumbuh sebesar 0,76 persen, mencapai 909.000 kali transaksi. Namun, rata-rata volume transaksi harian bursa mengalami penurunan sebesar 6,67 persen, menjadi 23,62 miliar saham.
Minat Asing Meningkat dengan Net Buy Signifikan
Pada akhir pekan, Jumat (21/06)), investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 1,15 triliun di seluruh pasar. Minat mereka terhadap pasar saham Indonesia terus meningkat karena optimisme yang kuat terhadap prospek ekonomi dan potensi pertumbuhan di tanah air.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi incaran utama, dengan net buy asing mencapai Rp 556 miliar. Saham-saham lainnya seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga diborong oleh investor asing, masing-masing mencatatkan net buy sebesar Rp 372,7 miliar, Rp 113,7 miliar, dan Rp 72,1 miliar.
Di sisi lain, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) memimpin jajaran saham yang paling banyak dijual oleh investor asing dengan net sell sebesar Rp 113,6 miliar. Saham-saham lain yang turut dilego oleh asing termasuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Saham dengan Pergerakan Terbesar dalam Pekan Ini
Di antara saham yang mencatatkan kenaikan terbesar (top gainers) pekan ini, saham PT Meta Epsi Tbk (LABA) memimpin dengan penguatan sebesar 34,81 persen ke level Rp 182. Saham PT Fortune Indonesia Tbk (FWCT) mengakumulasikan kenaikan sebesar 23,66 persen ke level Rp 115, sementara saham PT Auto Supra Logistik Tbk (ASLC) naik 12,31 persen ke level Rp 73, dan saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) melesat 10,53 persen ke level Rp 1.155.
Sebaliknya, saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) mencatatkan performa negatif terbesar, anjlok 50 persen ke level Rp 1. Saham PT Puri Sentul Permai Tbk (PTPS) turun 34,15 persen ke level Rp 81, diikuti oleh saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang turun 14,75 persen ke level Rp 15.175, dan saham PT Indospring Tbk (IBOS) yang ambruk 9,4 persen ke level Rp 212.
Aksi Korporasi dan Merger di Bursa Efek Indonesia
Saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) juga mengalami pergerakan signifikan karena aksi merger yang semakin mendekati penyelesaian. Proses due diligence dijadwalkan selesai dalam empat bulan ke depan, dan kedua perusahaan optimis merger akan rampung pada akhir 2024.
PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) juga menjadi sorotan setelah adanya kabar akuisisi oleh manajer investasi global asal Bahrain, Investcorp. Sementara itu, saham PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk (TRON) mengalami penurunan yang signifikan hingga masuk dalam pengawasan Bursa Efek Indonesia (BEI) karena penurunan harga saham yang tidak wajar.
Investor asing terus menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap pasar saham Indonesia, didorong oleh prospek ekonomi yang cerah dan berbagai aksi korporasi yang menarik. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar dalam jangka panjang, dengan berbagai peluang investasi yang menjanjikan.
Berikut rekapan saham yang masuk top gainners dan top losers selama sepekan terakhir :
Saham Top Gainners :
– PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) pergerakan 33,33 persen
– PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) pergerakan 33,11 persen
– PT Remala Abadi Tbk (DATA) pergerakan 28 persen
– PT Pulau SUbur Tbk (PTPS) pergerakan 23 persen
– PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI) pergerakan 20 persen
Saham Top Losers :
– PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk (TRON) kontraksi 43,94 persen
– PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk (MKAP) kontraksi 22,83 persen
– PT Benteng Api Technic Tbk (BATR) kontraksi 16,96 persen
– PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) kontraksi 14,09 persen
– PT Sumber Global Energi Tbk (SGER) kontraksi 13,04 persen