KabarMakassar.com — Kepala OJK Sulawesi Selatan, Darwisman, menyampaikan bahwa Sulawesi Selatan memiliki potensi unggulan di sektor pertanian, perikanan, dan peternakan yang tersebar di 24 kota/kabupaten.
Potensi tersebut berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, terutama melalui dukungan sektor jasa keuangan di tahun 2025.
Pengembangan Komoditas Unggulan
Darwisman menyebut dalam sektor pertanian, program pengembangan budidaya pisang cavendish menjadi salah satu fokus utama.
Sejak diinisiasi, program ini mencatat peningkatan dari segi lokasi budidaya, jumlah petani, luas lahan, hingga realisasi kredit.
Selain itu, pengembangan komoditas kakao, meskipun mengalami tren penurunan produksi sebesar 27,12% dalam 16 tahun terakhir, tetap memiliki prospek besar karena tingginya permintaan global dan kenaikan harga kakao akibat kelangkaan pasokan.
Komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai rawit juga menjadi unggulan Sulawesi Selatan. Produksi bawang merah mencatat surplus pada neraca ekspor impor, sedangkan cabai rawit mencatat defisit, membuka peluang pengembangan lebih lanjut.
“Di Kabupaten Barru, terdapat potensi budidaya nanas madu dengan lahan seluas 3.000 hektare,” katanya dalam Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025, di Hotel Four Point Makassar, Selasa (10/12).
Sektor Peternakan
Lebih lanjut, Darwisman menyebut dari sektor peternakan mencatat pertumbuhan PDRB sebesar 6,49% meskipun produksi daging ternak pada 2023 mengalami penurunan sebesar 5,85% secara tahunan (yoy).
Produksi daging didominasi oleh daging sapi dengan share sebesar 63,15%. Sektor jasa keuangan turut berperan dengan peningkatan penyaluran kredit, terutama untuk komoditas sapi potong (43,38%) dan unggas (34,09%).
Sektor Perikanan
Menurut Darwisman, Sulawesi Selatan menempati posisi ketiga nasional dalam perikanan tangkap laut dengan share 5,54%, terutama untuk jenis tongkol, cakalang, tuna, dan udang.
Pada perikanan budidaya, rumput laut menjadi komoditas unggulan dengan kontribusi 27,72% terhadap PDRB nasional, terutama dari Kabupaten Luwu Timur (633.924 ton).
Namun, pengembangan rumput laut menghadapi tantangan seperti penyerapan pasar yang belum optimal, kualitas produk yang belum terstandar, dan minimnya hilirisasi.
“Penyaluran kredit sub sektor rumput laut mencapai Rp545 miliar pada Oktober 2024, dengan NPL sebesar 3,65%. Kabupaten Jeneponto menjadi wilayah dengan penyaluran kredit tertinggi sebesar Rp136 miliar (24,99%),” lanjutnya.
Dukungan Sektor Jasa Keuangan
Sektor jasa keuangan menunjukkan tren peningkatan penyaluran kredit pada sektor-sektor unggulan:
Pertanian dan perkebunan: Kredit tumbuh 15,38%, didominasi oleh padi (46,48%).
Peternakan: Kredit tumbuh 14,52%, didominasi oleh sapi potong (43,38%) dan unggas (34,09%).
Perikanan: Kredit didominasi oleh rumput laut (27,12%), tuna (14,45%), dan biota budidaya air payau lainnya (11,56%).
Disisi lain, program pemerintah, seperti makan bergizi gratis, membuka peluang peningkatan permintaan pada komoditas pangan utama seperti beras, daging sapi, ayam, telur, dan ikan.
“Dengan jumlah siswa (SD-SMA) di Sulawesi Selatan mencapai 1.896.186 orang, sektor pertanian, peternakan, dan perikanan memiliki prospek besar untuk mendukung kebutuhan pangan,” tutupnya.