KabarMakassar.com – Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat mengalami inflasi tahunan sebesar 0,67% pada Maret 2025, angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 1,03% year on year (yoy). Inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga beberapa komoditas unggulan di provinsi tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Aryanto, menjelaskan bahwa inflasi tahunan ini didorong oleh beberapa kelompok pengeluaran, seperti makanan, minuman, tembakau, pakaian, alas kaki, perlengkapan rumah tangga, dan sektor lainnya.
Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami kenaikan tertinggi sebesar 3,23%, sementara perawatan pribadi dan jasa lainnya naik hingga 9,31%.
Menurut Aryanto, beberapa komoditas memberi andil signifikan terhadap inflasi, di antaranya adalah emas perhiasan yang naik 46,86%, memberikan kontribusi 0,56% terhadap inflasi. Selain itu, harga cabai rawit juga melonjak 59,92%, memberikan andil 0,22%, serta kenaikan harga sigaret kretek mesin (SKM) dan minyak goreng.
Namun, Aryanto juga mencatat adanya beberapa komoditas yang menekan inflasi Sulsel, yakni tarif listrik dan beras. Penurunan harga tarif listrik yang mencapai 24,38% akibat diskon untuk pelanggan pasca bayar berperan dalam menekan inflasi, sementara beras turun 8,88% seiring dengan panen raya di Sulsel.
Secara bulanan, Sulsel juga mengalami inflasi sebesar 2,16% month to month (mtm). Kenaikan tarif listrik, yang berakhirnya diskon tarif untuk pelanggan prabayar turut memberi andil dalam inflasi bulanan ini. Selain itu, cabai rawit dan emas perhiasan juga memberikan andil dalam lonjakan harga pada Maret 2025.
“Secara keseluruhan, meskipun terjadi inflasi tahunan, penurunan harga beberapa komoditas utama seperti tarif listrik dan beras cukup membantu menjaga laju inflasi di Sulsel,” ungkap Aryanto dalam keterangan resminya dikutio Senin (21/04).