KabarMakassar.com — Pada Kamis (25/07) kemarin, indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan tren penurunan, terpengaruh oleh pergerakan bursa saham global yang mengalami tekanan. Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG turun sebesar 0,59% ke level 7.219,68, meskipun masih berada di atas batas psikologis 7.200.
Pada sesi I, volume transaksi mencapai Rp 4,99 triliun dengan 8,8 miliar saham berpindah tangan dalam 635.973 transaksi. Dari keseluruhan saham yang diperdagangkan, 176 mengalami kenaikan, 381 mengalami penurunan, dan 225 stagnan. Penurunan ini dipicu oleh beberapa sektor yang mengalami tekanan signifikan, antara lain transportasi yang turun 1,97%, bahan baku 1,36%, teknologi 1,33%, dan properti 1,29%.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penekan terbesar dengan penurunan mencapai 13,1 indeks poin. Investor cenderung mengantisipasi musim perilisan kinerja keuangan emiten pada kuartal II-2024, yang mempengaruhi pergerakan saham di pasar.
Sementara, pada penutupan perdagangan Kamis (25/7/2024), IHSG tercatat turun 0,31% di level 7.240,28. Penutupan ini memperpanjang penurunan IHSG selama tiga hari beruntun
Turunnya IHSG didorong oleh penurunan signifikan dari sektor transportasi yang anjlok 1,72%, properti 1,64%, teknologi 0,41%, industrial 1,07%, basic-industri 1,70% hingga perbankan yang ikut terkoreksi 0,51%.
Sentimen Global Mempengaruhi IHSG
Penurunan IHSG ini juga dipengaruhi oleh kekecewaan investor terhadap kinerja keuangan perusahaan teknologi besar di Amerika Serikat pada kuartal II-2024. Saham Alphabet (Google) dan Tesla, dua dari “Magnificent Seven” yang selama ini mencatatkan kenaikan signifikan pada tahun 2024, menunjukkan hasil yang mengecewakan. Hal ini menyoroti standar pendapatan tinggi bagi perusahaan teknologi megacap dan memicu sentimen negatif di pasar.
Optimisme terkait adopsi kecerdasan buatan (AI) dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) yang sebelumnya mendorong kenaikan saham teknologi, kini mulai memudar. Indeks Volatilitas Cboe (VIX), yang dikenal sebagai pengukur ketakutan pasar di Wall Street, berada di angka 18,35, tertinggi sejak April lalu, menunjukkan meningkatnya kekhawatiran di pasar.
Data Ekonomi AS Menambah Ketidakpastian
Investor global saat ini juga mengadopsi pendekatan wait and see menjelang rilis data ekonomi penting di AS, seperti pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 dan inflasi personal (PCE) Juni 2024. Menurut FactSet, Produk Domestik Bruto (PDB) AS diperkirakan naik sebesar 1,9%, menunjukkan peningkatan dari kenaikan 1,4% pada kuartal pertama. Namun, ini tetap menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan paruh kedua tahun 2023, di mana PDB naik 4,9% pada kuartal ketiga dan 3,4% pada kuartal keempat.
Jika PDB AS mengalami peningkatan sesuai prediksi, tendensi untuk pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan September akan semakin kecil. Selain data PDB, AS juga akan merilis data klaim pengangguran mingguan untuk periode pekan yang berakhir 20 Juli 2024. Konsensus pasar memperkirakan angka klaim pengangguran akan meningkat menjadi 247.000, dari 243.000 pada pekan sebelumnya. Jika klaim pengangguran kembali meningkat, hal ini dapat memberikan keyakinan kepada pelaku pasar bahwa The Fed mungkin akan lebih bersikap dovish.
Kinerja Emiten Domestik
Di dalam negeri, IHSG mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut, ditutup turun 0,31% di level 7.240,28 pada Kamis. Penurunan ini terutama disebabkan oleh sektor transportasi yang anjlok 1,72%, properti 1,64%, teknologi 0,41%, industrial 1,07%, basic industri 1,70%, hingga perbankan yang ikut terkoreksi 0,51%.
Meski PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melaporkan kinerja keuangan positif pada kuartal II-2024, sektor perbankan tetap tidak mampu mengangkat IHSG. BBCA mencatat laba bersih Rp 26,9 triliun, naik 11,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), dengan total kredit meningkat 15,5% yoy menjadi Rp 850 triliun per Juni 2024. Pertumbuhan kredit terjadi di segmen korporasi maupun UMKM, serta pelaksanaan BCA Expoversary yang mengumpulkan total aplikasi KPR dan kredit kendaraan bermotor (KKB) sekitar Rp 50 triliun.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) membukukan laba bersih Rp 29,9 triliun, tumbuh 1,13% secara tahunan (yoy) pada semester I-2024. Pencapaian positif BRI didukung oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp 69,93 triliun, naik 6,7% yoy, serta penyaluran kredit yang tercatat sebesar Rp 1.336,78 triliun, tumbuh 11,2% yoy pada periode Juni 2024. Kredit UMKM BRI mencapai Rp 1.095,64 triliun, menyumbang komposisi sebesar 81,95%.
Evaluasi Indeks oleh BEI
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengumumkan bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) akan masuk dalam daftar Indeks LQ45 untuk periode Agustus-Oktober 2024, menggantikan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). BEI melakukan penyesuaian evaluasi indeks utama lebih sering, dari dua kali menjadi empat kali setahun, untuk lebih sesuai dengan dinamika pasar.
Penyesuaian ini mencakup evaluasi mayor yang sebelumnya dilakukan dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli, kini akan dilakukan empat kali setahun pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Kriteria universe untuk Indeks IDX80 juga diperketat, termasuk syarat tidak pernah disuspensi, selalu ditransaksikan setiap hari dalam 6 bulan terakhir, memiliki kapitalisasi pasar free float di atas batas yang ditentukan BEI, serta minimum rasio free float sebesar 10%.
BEI berharap perubahan ini dapat membuat indeks lebih relevan dan menjadi acuan dalam pengambilan keputusan investasi serta penciptaan produk investasi berbasis indeks, seperti reksa dana indeks maupun exchange-traded fund (ETF).
Berikut daftar saham anggota Indeks LQ45 terbaru yang akan berlaku mulai Agustus 2024: ACES, ADRO, AKRA, AMMN, AMRT, ANTM, ARTO, ASII, BBCA, BBNI, BBRI, BBTN, BMRI, BRIS, BRPT, BUKA, CPIN, ESSA, EXCL, GGRM, GOTO, HRUM, ICBP, INCO, INDF, INKP, INTP, ISAT, ITMG, KLBF, MAPI, MBMA, MDKA, MEDC, MTEL, PGAS, PGEO, PTBA, SIDO, SMGR, JSMR, TLKM, TOWR, UNTR, dan UNVR.