KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan perdagangan dengan penguatan tipis sebesar 0,48%, parkir di level 7.195,56 pada Jumat (22/11/2024). Meski indeks berhasil mempertahankan tren positif, sejumlah indikator lain justru mencerminkan pelemahan signifikan di pasar modal.
P.H Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Aulia Noviana Utami Putri, mengungkapkan bahwa IHSG naik dari posisi 7.161,25 pada pekan sebelumnya. Namun, kapitalisasi pasar mencatat penurunan 0,08% menjadi Rp12.053 triliun dari Rp12.063 triliun.
“Rata-rata nilai transaksi harian Bursa turun 19,17% menjadi Rp9,93 triliun dari Rp12,29 triliun pada pekan sebelumnya,” ujar Aulia, Sabtu (23/11/2024). Volume transaksi harian pun ikut melemah drastis sebesar 37,82%, menjadi 19,89 miliar lembar saham dari 31,99 miliar lembar saham.
Penurunan juga terlihat pada rata-rata frekuensi transaksi harian yang turun 13,80% menjadi 1,10 juta kali transaksi dari 1,28 juta kali transaksi pekan sebelumnya.
Investor Asing dan Obligasi Baru
Pada akhir pekan, Jumat (22/11/2024), investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp353,68 miliar. Namun, sepanjang tahun 2024, mereka masih mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp25,46 triliun.
Dalam perkembangan obligasi, pekan ini BEI mencatat penerbitan Obligasi Berkelanjutan VI Mandiri Tunas Finance Tahap IV Tahun 2024 dengan peringkat AAA oleh PEFINDO. Obligasi ini memiliki Wali Amanat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Selain itu, PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatatkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap I Tahun 2024 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Tahap I Tahun 2024, dengan peringkat idA dan idA Syariah. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang 2024 mencapai 124 emisi dari 65 emiten, dengan nilai Rp115,74 triliun.
Gambaran Besar Pasar Surat Berharga
Hingga saat ini, BEI mencatat total 592 emisi obligasi dan sukuk dengan nilai nominal outstanding Rp469,02 triliun dan USD86,02 juta. Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) mencapai 191 seri dengan nilai Rp6.035,71 triliun dan USD502,10 juta.
Di tengah penurunan aktivitas pasar, penguatan IHSG memberikan secercah harapan bagi investor. Namun, pelaku pasar tetap dihadapkan pada tantangan menjaga stabilitas likuiditas di tengah tekanan global dan domestik.
Top Gainers Pekan Ini: Saham BOAT Melejit Lebih dari 130%
Perdagangan saham pekan ini memberikan kejutan besar bagi para investor dengan sejumlah emiten mencatatkan lonjakan signifikan. Posisi puncak top gainers ditempati oleh PT Newport Marine Services Tbk (BOAT), perusahaan di sektor penyewaan kapal, yang mencatatkan kenaikan fantastis sebesar 131,88% menjadi Rp320 per saham.
Saham BOAT bukan satu-satunya yang mencuri perhatian. Emiten properti PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) juga melonjak tajam sebesar 128,78% ke level Rp9.975 per saham, diikuti oleh bank PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) yang terapresiasi hingga 106,56% ke Rp252 per lembar saham.
Kinerja impresif ini menjadi sorotan para pelaku pasar, memberikan gambaran optimisme meskipun kondisi pasar modal secara keseluruhan cenderung fluktuatif.
10 Saham dengan Kenaikan Tertinggi Pekan Ini (18–22 November 2024):
1. PT Newport Marine Services Tbk (BOAT) – Melonjak 131,88% ke Rp320
2. PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) – Naik 128,78% ke Rp9.975
3. PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) – Terapresiasi 106,56% ke Rp252
4. PT Global Sukses Digital Tbk (DOSS) – Melesat 76,34% ke Rp328
5. PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI) – Naik 73,33% ke Rp182
6. PT Pudjiadi Prestige Tbk (PUDP) – Tumbuh 68,32% ke Rp340
7. PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) – Menguat 55,43% ke Rp4.150
8. PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) – Naik 42,06% ke Rp152
9. PT Victoria Investama Tbk (VICO) – Meningkat 36,14% ke Rp226
10. PT Golden Flower Tbk (POLU) – Terapresiasi 35,38% ke Rp1.435
Kenaikan signifikan saham-saham ini mencerminkan optimisme sektor tertentu, mulai dari perkapalan, properti, hingga teknologi. Namun, investor diimbau tetap mencermati faktor fundamental emiten serta risiko pasar yang mungkin terjadi ke depan.
Fenomena lonjakan harga ini diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi investor baru, sekaligus mencerminkan dinamika pasar modal Indonesia yang terus berkembang.