kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Menguat Signifikan, Dipicu Stabilitas Politik dan Menanti Kebijakan The Fed

IHSG Catat Penguatan di Perdagangan Awal Pekan, Sektor Teknologi Memimpin
Ilustrasi Saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan signifikan pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (28/08) kemarin.

Setelah menyentuh level 7.544,29, penguatan sebesar 0,74% atau 55,62 poin ini menggarisbawahi optimisme pasar setelah dinamika politik dalam negeri mereda, menyusul keputusan penting terkait Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akhirnya dibatalkan.

Dengan penguatan ini, IHSG telah mengalami kenaikan sebesar 3,01% dalam setahun terakhir, yang mencerminkan stabilitas dan pertumbuhan pasar modal Indonesia di tengah berbagai tantangan.

Faktor utama yang mempengaruhi penguatan IHSG hari ini adalah stabilitas politik dalam negeri, terutama setelah kepastian bahwa pengesahan RUU Pilkada dibatalkan oleh DPR RI.

Keputusan ini, yang diikuti oleh penegasan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Pilkada akan tetap berlaku, memberikan kejelasan dan mengurangi ketidakpastian yang sebelumnya menghantui pasar. Sebelumnya, polemik seputar RUU Pilkada ini sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, mengingat potensi dampaknya terhadap iklim investasi dan perekonomian nasional.

Selain stabilitas politik, pasar juga dipengaruhi oleh perkembangan di tingkat global. Investor di seluruh dunia kini mengalihkan fokus mereka ke Jackson Hole Symposium, sebuah pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh Federal Reserve (The Fed) di Wyoming, Amerika Serikat. Pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan akan berlangsung akhir pekan ini, menjadi momen yang dinantikan oleh pelaku pasar.

Para investor berharap mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan suku bunga The Fed, khususnya setelah spekulasi yang berkembang bahwa bank sentral AS tersebut mungkin akan melakukan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Perkembangan ini akan sangat menentukan arah pergerakan pasar global di pekan-pekan mendatang.

Di tengah optimisme pasar domestik, bursa saham global justru menunjukkan performa yang beragam. Di Wall Street, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,43% atau 177,71 poin menjadi 40.712,78 poin. Indeks S&P 500 dan Nasdaq juga merosot masing-masing 0,89% dan 1,67%, dengan tekanan terbesar datang dari sektor teknologi dan konsumen yang mencatatkan penurunan 2,13% dan 1,87%.

Delapan dari sebelas sektor utama dalam indeks S&P 500 berakhir di zona merah, sementara sektor real estat dan keuangan menjadi sedikit pengecualian dengan kenaikan tipis.

Sementara itu, bursa saham Asia bergerak positif, dengan IHSG menjadi salah satu indeks dengan kinerja terbaik. Beberapa bursa saham utama di kawasan ini seperti Nikkei 225 di Jepang, Shanghai Composite di China, dan Straits Times di Singapura juga mencatatkan penguatan.

Di sisi lain, bursa saham Malaysia, Korea Selatan, dan Hong Kong mengalami sedikit pelemahan, meskipun tidak signifikan.

Volume perdagangan IHSG hari ini mencapai 20,9 miliar saham dengan nilai transaksi yang cukup tinggi, yaitu Rp13,71 triliun. Pergerakan positif ini didukung oleh kenaikan harga pada 407 saham, sementara 170 saham melemah dan 212 saham stagnan.

Seluruh sektor utama di IHSG bergerak menguat, dengan sektor perindustrian, energi, dan konsumen non-primer mencatatkan kenaikan tertinggi masing-masing sebesar 1,65%, 1,28%, dan 1,25%. Saham-saham sektor keuangan juga ikut menguat, mencatatkan kenaikan sebesar 1,20%.

Beberapa saham yang mencatatkan penguatan tajam dan masuk dalam daftar top gainers antara lain PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) yang melonjak hingga 34,6%, diikuti oleh PT Natura City Developments Tbk (CITY) yang melesat 34%, dan PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang menguat 24,8%.

Di sisi lain, saham yang mengalami penurunan tajam atau top losers mencakup PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI) yang anjlok 10%, PT Lion Metal Works Tbk (LION) yang merosot 9,61%, dan PT Manggung Polahraya Tbk (MANG) yang turun 9,59%.

Bursa saham di Asia pada umumnya juga mengikuti tren penguatan, dengan indeks-indeks utama seperti SETI di Thailand, Topix di Jepang, dan CSI 300 di China masing-masing mencatatkan kenaikan signifikan. Sebaliknya, bursa saham di Malaysia, Korea Selatan, dan Hong Kong berada di zona merah, meskipun penurunannya relatif terbatas.

Di sisi lain, saham AMRT milik Sumber Alfaria Trijaya Tbk mengalami penurunan meski IHSG mencatatkan penguatan. Saham AMRT ditutup pada harga Rp 2.850 per saham, turun 1,38% dibandingkan penutupan sebelumnya.

Saham Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) juga mengalami penurunan sebesar 1,37%, ditutup pada harga Rp 5.400 per saham. Selain itu, saham ESSA milik Surya Esa Perkasa Tbk juga berakhir di zona merah dengan penurunan sebesar 1,29%, ditutup pada harga Rp 765 per saham.

Secara keseluruhan, penguatan IHSG di tengah ketidakpastian global menunjukkan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan politik dalam negeri. Pasar kini menantikan perkembangan lebih lanjut dari Jackson Hole Symposium, yang dapat memberikan arah baru bagi pergerakan pasar saham di pekan mendatang.