KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan pada penutupan sesi perdagangan akhir pekan kemari , setelah sepanjang hari bergerak di zona hijau. IHSG berhasil ditutup naik 43,12 poin atau 0,57% ke level 7.670,7 pada perdagangan Jumat (29/08) kemarin.
Pada penutupan kemari , tercatat 310 saham mengalami kenaikan, 274 saham melemah, dan 207 saham stagnan. Volume transaksi mencapai Rp26,1 triliun dengan 23,1 miliar saham berpindah tangan.
Indeks LQ45, yang berisi saham-saham unggulan, justru sedikit melemah 0,08% ke 941,375. Sementara itu, indeks JII turun 0,32% ke 516,065, sedangkan indeks IDX30 mencatatkan penguatan tipis 0,13% ke 477,417, dan indeks MNC36 naik 0,15% ke 362,023.
Secara sektoral, beberapa sektor utama mencatatkan penurunan. Sektor energi turun 0,57%, diikuti sektor barang baku yang melemah 0,51%, industri turun 0,47%, kesehatan 0,66%, finansial 0,16%, dan properti turun 0,4%. Di sisi lain, sektor konsumer non-siklikal mencatatkan kenaikan 0,39%, diikuti konsumer siklikal 0,29%, teknologi 0,63%, infrastruktur 0,94%, dan transportasi yang naik 0,73%.
Saham-saham yang mencatatkan kenaikan tertinggi (top gainers) antara lain, PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA) yang melonjak 25% ke Rp420, PT Tanah Laut Tbk (INDX) naik 20,73% ke Rp99, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menguat 16,07% ke Rp390.
Sebaliknya, beberapa saham mengalami penurunan tajam (top losers), seperti PT Aman Agrindo Tbk (GULA) yang turun 24,62% ke Rp750, PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk (AHAP) turun 9,85% ke Rp119, dan PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) melemah 9,70% ke Rp298.
Di antara saham yang paling aktif diperdagangkan adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Pada pembukaan perdagangan pagi kemarin IHSG sudah mencatatkan kenaikan 15 poin atau 0,20% di level 7.642, di tengah ekspektasi pasar terhadap data Core PCE Price Index atau indeks harga belanja personal inti untuk bulan Juli yang akan dirilis malam ini. Data ini diharapkan menunjukkan angka yang terkendali, membuka peluang bagi The Fed untuk segera menurunkan suku bunga.
Di bursa regional, sebagian besar pasar Asia melemah pada perdagangan kemarin. Indeks Nikkei 225 Jepang turun tipis 0,02%, Kospi Korea Selatan melemah 1,02%, Taiex Taiwan turun 0,75%, dan S&P/ASX 200 Australia turun 0,33%. Namun, Hang Seng Hong Kong berhasil naik 0,53%, sementara FTSE Straits Singapura menguat 0,60%, dan FTSE Malay KLCI Malaysia turun 1,29%.
Sebelumnya diberitakan, Kenaikan IHSG ini mencerminkan kinerja yang positif, bertolak belakang dengan tren negatif yang terlihat di sejumlah bursa Asia lainnya. Misalnya, Hang Seng Index tercatat mengalami penurunan sebesar 1,02 persen, Shanghai Composite Index melemah 0,4 persen, dan Straits Times Index turun 0,26 persen.
IHSG kmenunjukkan performa yang mengesankan pada perdagangan Rabu kemarin, dengan berhasil membalikkan keadaan setelah sempat bergerak fluktuatif di awal sesi.
IHSG mencatat kenaikan sebesar 0,37% dan ditutup pada posisi 7.625,83 pada penutupan sesi pertama pukul 12:00 WIB. Penguatan ini tidak hanya menunjukkan pemulihan dari tekanan awal, tetapi juga membawa IHSG ke level tertinggi intraday-nya sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
Perdagangan di sesi pertama ini berlangsung sangat aktif, dengan volume transaksi yang mencatatkan angka signifikan. Total nilai transaksi mencapai sekitar Rp 110 triliun, melibatkan peralihan sebanyak 18 miliar saham dalam 770.677 transaksi.
Aktivitas pasar yang ramai ini sebagian besar dipengaruhi oleh transaksi besar-besaran pada saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Berdasarkan data yang dihimpun dari RTI, terjadi transaksi luar biasa di pasar negosiasi saham BYAN dengan nilai mencapai Rp 101,8 triliun. Dalam transaksi tersebut, harga per saham BYAN ditetapkan sebesar Rp 13.888, dengan total volume transaksi mencapai 7,33 miliar lembar saham.
Transaksi jumbo pada saham BYAN ini menarik perhatian banyak pihak, terutama karena belum diketahui siapa pembeli besar yang terlibat dalam transaksi tersebut. Hingga saat ini, perusahaan juga belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait transaksi bernilai besar itu, yang tentunya menambah spekulasi di kalangan pelaku pasar.
Dari segi sektor, sektor properti menjadi yang paling berperan dalam mendorong kenaikan IHSG pada sesi pertama hari itu, mencatatkan penguatan sebesar 3,59%. Penguatan sektor ini didukung oleh berbagai faktor, termasuk optimisme terhadap prospek industri properti di tengah stabilitas ekonomi nasional.
Selain sektor properti, saham-saham dari perusahaan energi baru terbarukan juga menjadi kontributor utama bagi penguatan IHSG. Salah satu yang paling menonjol adalah saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang memberikan kontribusi signifikan sebesar 15 poin indeks.
Di sisi lain, saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) juga memberikan kontribusi positif dengan menyumbangkan 5,5 poin indeks, meskipun sebelumnya sempat menjadi perhatian karena transaksi besarnya.
Penguatan IHSG ini terjadi di tengah sentimen positif pasar global, yang dipicu oleh peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Amerika Serikat (AS). IKK AS tercatat naik menjadi 103,3 pada bulan Agustus, yang merupakan level tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Kenaikan ini jauh melampaui ekspektasi para ekonom, yang sebelumnya memprediksi IKK akan berada di sekitar angka 100,3. Peningkatan IKK ini mengindikasikan bahwa konsumen AS lebih optimis terhadap prospek ekonomi, meskipun masih ada kekhawatiran tentang kondisi pasar tenaga kerja.
Namun, meski inflasi di AS telah menunjukkan tren penurunan, pasar tenaga kerja masih menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan. Tingkat pengangguran di AS meningkat hingga 4,3%, yang merupakan level tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Meskipun demikian, optimisme pasar tetap tinggi, didukung oleh peningkatan Indeks Ekspektasi Conference Board, yang naik menjadi 82,5 pada bulan Agustus, tertinggi sejak Agustus 2023.
Indeks ini mengukur pandangan konsumen terhadap pendapatan, bisnis, dan kondisi pasar tenaga kerja dalam jangka pendek, dan kenaikannya menunjukkan bahwa konsumen tetap percaya diri terhadap prospek ekonomi, meskipun dengan kekhawatiran yang masih ada terkait pasar tenaga kerja.
Perkembangan di AS ini mempengaruhi sentimen pasar global, termasuk di Indonesia. Pelaku pasar di Indonesia kini memperkirakan bahwa The Federal Reserve (The Fed) AS mungkin akan melakukan penyesuaian kebijakan suku bunga pada pertemuan 18 September 2024 mendatang. Banyak yang memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, menurunkan suku bunga acuan ke target 5,00%-5,25%.
Bahkan, ada spekulasi bahwa The Fed mungkin akan melakukan pemangkasan lebih lanjut hingga akhir tahun, dengan total penurunan sebesar 100 basis poin, sehingga suku bunga acuan bisa berada di level 4,25%-4,5% pada akhir 2024.
Optimisme terkait kebijakan The Fed ini juga menjadi faktor pendorong bagi penguatan IHSG. Pasar melihat bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar di AS dapat mendorong aliran modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, ekspektasi bahwa inflasi global akan tetap terkendali dan pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut, meskipun dengan tantangan di pasar tenaga kerja, semakin memperkuat sentimen positif di pasar saham.
Dengan demikian, pergerakan IHSG pada perdagangan Rabu ini mencerminkan kombinasi dari faktor-faktor domestik dan global yang mendukung penguatan pasar saham. Sentimen positif ini diharapkan dapat berlanjut, seiring dengan perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter yang lebih jelas dalam beberapa bulan mendatang.